Find Us On Social Media :

Dari Sudan Sampai Indonesia, Jebakan Utang China Jadi Pembungkam Mulut Dunia Muslim yang Memprotes Pembantaian Massal Uighur, Ini Penjelasannya

By Maymunah Nasution, Minggu, 14 Februari 2021 | 20:35 WIB

Kamp konsentrasi Uighur di Xinjiang

Intisari-online.com - Genosida, atau pembantaian massal, adalah satu kekejaman mengerikan yang dilakukan antar manusia.

Tindakan ini dilakukan bisa karena dendam, atau penghapusan ras.

Diakibatkan SARA sampai hanya beberapa hal-hal teknis, genosida bisa terjadi.

Salah satunya seperti yang terjadi di China.

Baca Juga: Tak Hanya Kerahkan Kapal Induknya Sambangi China, Inggris Memang Sudah Jengkel dengan Ambisi Gila Negeri Panda, Umumkan Jadi Musuh dan Bongkar Rahasia Ini 

Masalah yang dihadapi Muslim Uighur, kekejaman China, sebenarnya sudah lama terjadi.

China membangun kamp konsentrasi di Xinjiang untuk para Muslim Uighur mendapatkan 'pendidikan khusus' yang dimaksudkan agar melepas keyakinan mereka.

Lantas, mengapa umat Muslim di seluruh dunia hanya Islam saja?

Organisasi Kerjasama Islami (OKI), badan multilateral terbesar yang mengklaim mewakili Ummat Muslim dunia selenggarakan pertemuan virtual.

Baca Juga: Penjara Penahanan Xinjiang yang Menahan Muslim Uighur Rupanya Jadi Lokasi Produksi Buruh Paksa yang Alami Penyiksaan Kejam, China Tak Bisa Berkilah Lagi, Foto Satelit ini Jadi Bukti Mengerikan

Pertemuan itu dikutip dari National Interest adalah untuk menghormati Hari Solidaritas Kashmir Jumat lalu.

Di dalamnya, perwakilan dari Pakistan, Turki, Arab Saudi, Nigeria dan Azerbaijan tunjukkan dukungan "tak tergoyahkan" untuk pergerakan penentuan nasib sendiri Muslim di wilayah Himalaya di mana empat dari wilayah terpadat dari enam wilayah itu disengketakan oleh India dan Pakistan.

Saat isu Muslim Uighur diajukan, OKI secara teratur menawarkan pujian dan penghormatan langsung kepada negara yang bertanggung jawab.

Faktanya dalam sebuah pernyataan Juli 2019, lebih dari selusin negara anggota OKI ikut menandatangani surat yang "memuci pencapaian China di bidang hak asasi manusia."

Baca Juga: Laut China Selatan Dikepung Puluhan Pasukan Militer, Mendadak Amerika, China, dan Rusia Kirimkan Kapal Perusak Mereka ke Pakistan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Kenyataannya, pengungsi Uighur ditangkap dan dideportasi di seluruh Timur Tengah, dan Turki saat ini sedang menunggu untuk menyelesaikan perjanjian esktradisi yang dibuatnya dengan China Desember lalu.

Perjanjian itu akan menempatkan 100 ribu diaspora Uighur pada risiko tinggi deportasi dan kematian.

Rupanya ada penyebab tidak terduga dalam standar ganda OKI ini: uang.

Hal ini kaitannya dengan jebakan utang China, yang digunakan untuk membungkam mulut Muslim dunia.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Sekutu dan Teman Dekat China, Negara Ini Pertimbangkan Jadikan Salah Satu Pelabuhannya Sebagai Pangkalan Militer China

Inisiatif Belt and Road, inisiatif membangun jalur sutra baru dibuat untuk menginvestasikan lebih dari 8 miliar Dollar dalam negara-negara yang akan dijadikan "sabuk" oleh China, artinya negara yang akan dijadikan jalan darat China.

Sabuk bersama jalan maritim China yang dibangun dengan kerjasama negara lain akan menanam investasi besar-besaran ke negara-negara mayoritas Muslim, dari Sudan sampai Indonesia.

Dengan keruntuhan ekonomi akibat virus Corona, digabungkan dengan ketidakstabilan politik jangka panjang dan perkembangan yang sulit di dunia Muslim, banyak negara akhirnya sepakat dengan BRI, berapapun biaya moralnya.

Keuntungan finansial ternyata hanya satu bagian dari cerita ini, seperti diktator Rusia, Kuba, Korea Utara yang berkoordinasi dengan China di panggung internasional untuk menormalisasi otoritarianisme besar-besaran, administrasi di sepanjang dunia Muslim juga ingin mendapatkan beberapa kuntungan.

Baca Juga: Media China Keheranan, Indonesia Berniat Himpun Dana Untuk Pembangunan Besar-Besaran, Tetapi Tak Ada Satupun Perusahaan China di Dalamnya

Sementara upaya NATO di Afrika, Timur Tengah dan Asia sering melibatkan upaya dalam mengimplementasikan demokrasi dan perubahan rezim, China tidak berambisi untuk itu.

Kuasi-kolonialisme Timur Tengah berfungsi memperkuat rezim garis keras yang mendominasi dunia Islam, dan itu yang mungkin akan diubah, daripada mengkompromikannya.

Beijing saat ini juga merupakan investor asing terbesar di kawasan Teluk, dan hanya Bahrain yang tersisa sebagai potensi kemitraan strategis.

Dengan hindari sebagian besar perang proksi di Suriah, Libya, dan Yaman, China telah memainkan permainan panjang dan mengajak dua pesaing sengit Iran dan Arab Saudi ke kerajaan BRI-nya.

Baca Juga: China Rugi Besar! Kudeta yang Dilakukan Militer Myanmar Justru Membuat Sejumlah Perjanjian dengan China Ini Terancam Gagal

Negara-negara ini pun lebih dari bersedia untuk mewajibkan diplomasi "lepas tangan" Beijing sementara uang pembangunan terus mengalir.

Bukti dari ini semua adalah ketika Erdogan diam dan batalkan kecaman terhadap kebijakan China setelah China menawarkan dana talangan 1 miliar Dollar kepada Turki 2019 lalu.

Contoh lain adalah Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, yang nyinyir atas rencana Presiden Perancis Macron berniat mengatasi radikalisme Islam, padahal ia menolak mengakui genosida Uighur, serta muslim Kashmir juga punya masalah sendiri.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini