Inisiatif Belt and Road, inisiatif membangun jalur sutra baru dibuat untuk menginvestasikan lebih dari 8 miliar Dollar dalam negara-negara yang akan dijadikan "sabuk" oleh China, artinya negara yang akan dijadikan jalan darat China.
Sabuk bersama jalan maritim China yang dibangun dengan kerjasama negara lain akan menanam investasi besar-besaran ke negara-negara mayoritas Muslim, dari Sudan sampai Indonesia.
Dengan keruntuhan ekonomi akibat virus Corona, digabungkan dengan ketidakstabilan politik jangka panjang dan perkembangan yang sulit di dunia Muslim, banyak negara akhirnya sepakat dengan BRI, berapapun biaya moralnya.
Keuntungan finansial ternyata hanya satu bagian dari cerita ini, seperti diktator Rusia, Kuba, Korea Utara yang berkoordinasi dengan China di panggung internasional untuk menormalisasi otoritarianisme besar-besaran, administrasi di sepanjang dunia Muslim juga ingin mendapatkan beberapa kuntungan.
Sementara upaya NATO di Afrika, Timur Tengah dan Asia sering melibatkan upaya dalam mengimplementasikan demokrasi dan perubahan rezim, China tidak berambisi untuk itu.
Kuasi-kolonialisme Timur Tengah berfungsi memperkuat rezim garis keras yang mendominasi dunia Islam, dan itu yang mungkin akan diubah, daripada mengkompromikannya.
Beijing saat ini juga merupakan investor asing terbesar di kawasan Teluk, dan hanya Bahrain yang tersisa sebagai potensi kemitraan strategis.
Dengan hindari sebagian besar perang proksi di Suriah, Libya, dan Yaman, China telah memainkan permainan panjang dan mengajak dua pesaing sengit Iran dan Arab Saudi ke kerajaan BRI-nya.