Find Us On Social Media :

Dikepung Kapal Nuklir dari Negara-Negara Barat, China Panik Sampai Minta Bantuan Negara Asia Tenggara Padahal Dulunya Bersengketa dengan China

By Afif Khoirul M, Rabu, 10 Februari 2021 | 16:12 WIB

Kapal selam SNA Emeraude, Prancis.

Intisari-online.com - Belakangan gejolak besar terjadi di Laut China Selatan, di mana beberapa negara kirim armada tempurnya untuk menekan China.

Amerika dikatakan kirim dua kapal induknya pada Rabu (9/2/21) ke laut China Selatan.

Mengetahui situasinya terjepit, China minta bantuan Vietnam yang sebelumnya sempat melawan dominasi China.

Untuk meyakinkan Vietnam, Xi Jinping melakuka diplomasi dengan menelpon Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong, melalui telepon.

Baca Juga: AS yang Paling Getol Ingin Usut Asal usul Virus Corona, Rupanya Tanggapan Biden Hanya Begini Saat Tahu Hasil Temuan Tim WHO di Wuhan yang 'Mengecewakan'

Diplomasi terbaru China ini terjadi saat armada perang Amerika yang tediri dari dua kapal induk Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Nimitz Carrier Strike Group berlatih di Laut China Selatan.

Sedangkan armada lain, kapal serbu amfibi USS America bersama armada Jepang berlatih di Laut Filipina.

Armada Perancis kapal nuklir FS Emeraude dan frigat FS Vendemiaire nimbrung ke Laut China Selatan.

Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, mencuit di akun Twitter dan menyatakan terkesan dengan patroli kapal selam SNA Emeraude yang dilakukan di Laut China Selatan.

Baca Juga: Pembantaian dan Kekejaman Biasa Terjadi pada Perang Sino-Jepang II, Keduanya Gunakan Taktik Perang ‘Bumi Hangus

"Patroli luar biasa ini baru saja menyelesaikan lintasannya di Laut China Selatan. Bukti nyata dari kemampuan Angkatan Laut Perancis untuk ditempatkan di tempat yang jauh (dari Perancis) dan dalam jangka waktu yang lama bersama dengan mitra strategis kami, Australia, Amerika, dan Jepang," cuitnya disertai gambar dua kapal tersebut.

Sebelumnya armada Perancis ini berlatih dengan tiga Kapal Perang TNI Angkatan Laut (KRI) di Selat Sunda, Senin (08/02/2021).

Kapal tersebut yakni KRI Barakuda-633, KRI Tenggiri-865, KRI Cakalang-852 serta 2 Kapal Perang Perancis FS Vendemiaire (Frigate) dan FS Emeraude (Submarine).

Dalam latihan Passex tersebut dilaksanakan serial latihan Flashex (Flash Exercise), Flaghoist, Photoex (Photo Exercise) Mantak diakhiri dengan salam perpisahan (farewell pass) yang selanjutnya Kapal Perang Perancis melanjutkan pelayaran.

Media pemerintah China, Global Times melansir Presiden China Xi Jinping mengatakan, hubungan China dan Vietnam berada di titik awal sejarah baru.

China bersedia bekerja dengan Vietnam untuk mendorong perkembangan hubungan bilateral yang stabil dan langgeng.

"China siap untuk bergabung dengan Vietnam untuk memperkuat komunikasi strategis, meningkatkan rasa saling percaya di bidang politik,," kata Xi Jinping yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Partai Komunis China.

Baca Juga: Saksikan Sangarnya Kapal Induk AS dikirim ke Laut China Selatan Bak Menantang Perang, China yang Ketakutan Ancam Akan Lakukan Hal Ini

"Dan, mempertahankan peran bimbingan politik juga komunikasi yang erat antara kepemimpinan kedua pihak," ujar Xi Jinping.

Senada Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam jumpa pers reguler Selasa, mengatakan China akan bekerja dengan negara-negara lain di kawasan Laut China Selatan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas.

"Amerika Serikat sering mengirimkan kapal dan pesawat ke Laut China Selatan untuk memamerkan kekuatannya, yang tidak kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional," kata Wang Wenbin.

"China akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, dan bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk secara tegas menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan."

Hubungan China dan Vietnam sejatinya tidak terlalu harmonis. Ini menyusul sengketa kedua negara atas Kepualauan Paracel yang berada di Laut China Selatan. China menyebutnya dengan nama Kepulauan Xisha.

Situasi sempat memanas lantaran China tahun lalu beberapa kali menggelar latihan militer di dekat Kepulauan Paracel. Pada Agustus 2020, Vietnam menyatakan, kehadiran pembom China di Kepulauan Paracel "membahayakan perdamaian".

Lalu pada Oktober tahun lalu, Vietnam mengatakan, latihan militer yang China lakukan saat itu di Laut China Selatan, termasuk dekat Kepulauan Paracel bisa mempersulit upaya untuk memulai kembali pembicaraan tentang etika perilaku (COC).

Baca Juga: Indonesia Berhasil Dijadikan China Sebagai Pabrik Listrik Mereka, Tetapi Menteri Luhut Justru Ketar-ketir Karena Hal Ini

"Dimulainya kembali perundingan COC setelah jeda cukup lama karena pandemi menjadi prioritas negara-negara ASEAN dan China," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Le Thi Thu Hang, Oktober lalu, seperti dikutip Reuters.

Vietnam, menurut Hang, menjadikan perundingan tersebut sebagai prioritas dan "berharap menyelesaikan COC dengan cara yang efektif dan komprehensif", sejalan dengan hukum internasional.

Namun, Hang menambahkan, Vietnam menuntut China menghormati kedaulatannya dan tidak mengulangi latihan semacam itu di Kepulauan Paracel.

Source: Tribun Medan