Penulis
Intisari-online.com -Penyediaan vaksin telah menjadi senjata bagi banyak negara untuk memuluskan upaya diplomasi mereka.
Hal ini mereka gunakan untuk menunjang ikatan global dan regional negara-negara tersebut.
Hal itu tidak baru, banyak negara yang melakukannya.
Meski begitu China dan India menjadi sorotan dalam hal ini.
Pasalnya, perkelahian dua negara memperebutkan pasar menjual vaksin ini sudah sampai di media.
Berbagai pesan menjelek-jelekkan kandidat vaksin negara lain telah dilakukan China dan India.
Melansir The Strategist, kedua negara telah sama-sama mendekati pengembangan dan penyebaran vaksin sebagai urusan gengsi dan kebanggaan nasional.
China memiliki sejumlah kandidat, termasuk CoronaVac, yang dibuat oleh Sinovac.
Lainnya adalah Sinopharm yang telah disetujui digunakan di China.
Sementara itu perusahaan India Serum Institute mengembangkan dosis dari vaksin AstraZeneca, dikenal secara lokal bernama Covishield.
Perusahaan lain bernama Bharat Biotech International dan Dewan Penelitian Medis India telah mengembangkan vaksin bernama Covaxin.
India memiliki catatan panjang mengenai pembuatan vaksin dan membuat kebijakan mengutamakan tetangga-tetangganya terlebih dahulu.
Dilaporkan India rencananya akan mengirim suplai ke Mongolia dan kepulauan Pasifik dan juga Myanmar, Nepal serta Sri Lanka.
Inisiatif ini telah dikenali oleh beberapa pakar sebagai upaya meredakan kekuatan China yang tumbuh di Indo-Pasifik dan dorongan yang disebabkannya dalam penyebaran vaksin serta suplai medis di wilayah tersebut.
Di Twitter, akun diplomasi China telah mengabarkan laporan kedatangan vaksin yang mereka sebarkan ke Sri Lanka dan Kamboja.
China dilaporkan merencanakan membagi 10 juta vaksin virus Corona ke luar negeri sebagai bagian dari inisiatif COVAX, utamanya ke negara-negara berkembang.
Sementara itu politisi India telah menggunakan tagar #VaccineMaitri atau "persahabatan" vaksin untuk merayakan vaksin buatan India yang dikirimkan ke Brasil dan Bangladesh.
Januari kemarin, unggahan menggunakan tagar #VaccineMaitri telah menarik setidaknya 541 ribu interaksi di Facebook menurut platform analisis sosial Crowdtangle.
Karena persaingan ketat ini, akun media sosial buzzer pemerintah keduanya dan outlet media yang mendukung pemerintah telah menguatkan narasi negatif mengenai kandidat vaksin dari musuh.
Media Global Times yang menjadi milik pemerintah China telah mempublikasikan lebih dari 20 cerita menyebut India dan vaksin Januari lalu dalam bahasa Inggris.
Cerita di Global Times menyebutkan kekhawatiran 'keamanan dan efikasi' mengenai vaksin India, kontras dengan cerita mengenai bagaimana warga India di China menerima vaksin China.
Cerita lain juga mengatakan "New Delhi tidak seharusnya menggunakan vaksin sebagai alat geopolitik dan ekspor vaksin bukanlah kontes."
Pesan dari media China dan pejabat-pejabatnya telah ciptakan perang opini.
Media Times of India menuduh China dan Global Times memulai 'kampanye busuk' terhadap vaksin India.
News18 dari India mengklaim jika Global Times geram atas inisiatif Vaccine Maitri dari New Delhi dan jika dunia melihat India sebagai 'teman yang dibutuhkan'.
Sementara itu tajuk berita dari televisi India lain menyatakan 'Beberapa Menyebarkan Penyakit, Beberapa Tawarkan Obat', yang merujuk pada media internasional South China Morning Post yang mengabarkan Covid-19 pertama kali menyebar dari China, sentimen yang digemakan oleh politisi India secara online.
Beberapa kasus lain ketegangan merebak mengenai negara-negara tempat India dan China bersaing untuk menyediakan akses vaksin.
Contohnya beberapa media India mengklaim jika Nepal lebih pilih vaksin India daripada milik China.
Sementara itu pemerintah Kamboja juga dilaporkan memesan vaksin India, terlepas dari kedekatannya dengan China.
Hal ini dimulai setelah pidato respon Covid-19 oleh Perdana Menteri Hun Sen yang dikategorikan oleh beberapa lapak berita sebagai penolakan dari vaksin China, klaim itu segera didebat oleh akun media sosial buzzer China.
Cuitan dari reporter media pemerintah China mengenai isu tersebut dibagikan oleh juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian.
Akun diplomasi CCP kemudian merayakan kedatangan vaksin China di Kamboja.
Ketegangan ini menjadi sekian dari berbagai ketegangan yang ada antara China dan India.
Perebutan wilayah perbatasan juga telah meningkat antara dua negara itu yang menginginkan Himalaya dengan konflik bersenjata pecah pada pertengahan 2020 kemarin.
India juga telah melarang penggunaan TikTok dan aplikasi China lain atas klaim jika aplikasi itu 'merugikan kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara dan aturan publik'.
Diplomasi vaksin seperti halnya nasionalisme vaksin akan terus meningkat di tahun 2021 ini seiring dengan program imunisasi berjalan secara global.
Negara-negara kaya telah mengamankan dosis yang signifikan dan ada ketakutan jika negara miskin akan tertinggal.
Ahli medis telah mengutarakan kekhawatiran mereka mengenai kandidat vaksin China dan India, sebagian besar karena kurangnya data percobaan dan risiko persetujuan yang terlalu terburu-buru.
Meski begitu sementara akses untuk vaksin Covid-19 dan transparansi atas efikasi dan keamanannya adalah prioritas, operasi pengaruh yang berupaya mengganggu penyebaran vaksin tertentu dapat merumitkan inisiatif penyembuhan global.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini