Find Us On Social Media :

Media Asing Soroti Ancaman Pisahnya Papua di Indonesia dan Rasisme yang Melatar Belakanginya, Seperti Apa?

By Maymunah Nasution, Senin, 8 Februari 2021 | 10:00 WIB

450 Prajurit Batalyon 122/Tombak Sakti tengah bersiap berangkat ke Papua

Meski begitu pembatasan pembahasan rasisme terhadap Papua tidak akan menyelesaikan konflik ini.

Untuk memahaminya kita perlu kembali dan memahami sifat dari Konflik Papua.

Separatisme adalah bentuk bangkitnya medan perang yang menempatkan pengaruh dan narasi politik sebagai cara mencapai kemenangan.

Populasi asli area konflik dianggap sebagai populasi netral yang harus dibujuk untuk mendukung salah satu pelakunya.

Baca Juga: 14 Tahanan Polresta Jayapura Kabur Jebol Jendela, Dugaan Dalang Dari Warga Papua Nugini Mencuat Kuat, Ini Sebabnya

Dukungan itu berarti banyak dalam perang; memotong jalur logistik separatis, kepintaran, pergerakan, mendapat dukungan internasional, menguatkan pengelolaan dan legitimasi atas teritori yang ada, bahkan bisa memenangkan potensi referendum di masa depan.

Dalam demokrasi saat dukungan politik merupakan aspek penting memastikan kelanjutan rezim, sangat menguntungkan untuk memenangkan simpati populasi netral daripada menekannya.

Hal ini karena populasi netral dapat berpartisipasi dalam proses check and balance pemerintah dan menyuarakannya ke publik.

Pengalaman negatif apapun dapat berdampak pada tingkat persetujuan publik terhadap pemerintah dan mengancam citra di tingkat publik dan internasional.

Baca Juga: Nyaris Tak Pernah Dibocorkan ke Publik, Ternyata Beginilah Cara Terselubung Donald Trump Mencoba Peras Kekayaan Indonesia Melalui Tambang Emas di Papua