Hal ini menjadi ujian besar pertama untuk Presiden AS Joe Biden, dan harus dihadapi dengan memandang kedua belah pihak, baik Myanmar dan juga ambisi Beijing.
Beijing sendiri belum tunjukkan dukungan total untuk kudeta, dan memang tampaknya di publik Beijing lebih mendukung persatuan militer dengan Aung San Suu Kyi.
Jika benar demikian, maka Hlaing memang laksanakan kudeta atas inisiatifnya sendiri dan Beijing akan membantu Washington untuk mengatasi hal ini.
Namun jika kedua negara adidaya itu bersatu menyelesaikan kudeta, maka akan terjadi tawar menawar antara China dan AS.
AS akan akhirnya mengakui proyek Belt and Road Initiative China di Myanmar, sebagai biaya membayar dukungan China memaksa Myanmar menyelesaikan masalah Rohingya di perbatasan dan agar pelaksanaan demokrasi di Rohingya terlaksana.
Hal ini menjadi skenario paling optimistik, tapi AS juga harus tahu bagaimana posisi China dalam kudeta militer ini.
Pasalnya jika China malah sebenarnya mendukung kudeta tapi berpura-pura tidak mendukung kemudian bisa bekerjasama dengan AS, China unggul dengan mendapat pengakuan atas proyek Belt and Road Initiative mereka di Asia Tenggara terutama Myanmar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini