Find Us On Social Media :

Digaungkan Menjadi Pemimpin Myanmar yang Luhur, Putri Proklamator Myanmar Ini Dianggap Pakar Telah Gagal Baik Sebagai Aktivis HAM Maupun Politisi, Inilah Sebabnya

By Maymunah Nasution, Selasa, 2 Februari 2021 | 11:33 WIB

Aung San Suu Kyi bersama anggota militer Myanmar

Hal ini terlihat dari kejadian kudeta militer Senin lalu, menyebabkan militer kembali lagi menguasai Myanmar setelah sebelumnya sudah menguasai negara itu selama hampir 50 tahun.

Militer menghentikan berkuasanya partai Suu Kyi, National League for Democracy atau Liga Demokrasi Nasional, yang hanya memegang kekuasaan selama 5 tahun.

Suu Kyi ditahan bersama para jajaran menteri dan sosok pro-demokrasi lainnya.

Di seluruh negara, papan iklan pemerintah masih menunjukkan foto-foto dan logo partainya, burung merak.

Baca Juga: Negara Ini Sedang Dilanda Darurat Pemerintahan, Ternyata Jauh Sebelum Kudeta, Pemerintah Myanmar Sudah Terendus Lakukan Praktik Kotor Ini

Namun faktanya kekuasaan sudah dipegang oleh Jenderal Min Aung Hlaing.

Hilangnya Suu Kyi, yang mewakili dua arketipe untuk dua publik yang berbeda; lokal dan mancanegara, membuktikan ketidakmampuannya untuk laksanakan apa yang sudah diharapkan banyak orang: membentuk kesetaraan politik dengan militer yang akan berbagi kekuasaan dengannya.

Dengan membiarkan negosiasi dengan Min Aung Hlaing melemah, Suu Kyi telah kehilangan telinga militer, dan dengan membela para jenderal yang membunuh para Muslim Rohingya, ia telah kehilangan kepercayaan komunitas internasional yang sebelumnya mendukungnya untuk menang selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Aung San Suu Kyi mendapat kritik internasional dengan mengklaim dia bukan aktivis HAM tapi politisi. Namun bagian menyedihkannya adalah ia juga tidak bagus-bagus amat menjadi politisi," ujar Phil Robertson, deputi direktur Asia untuk Human Rights Watch.

Baca Juga: China Mengawali Tahun dengan Defisit Kepercayaan yang Menggunung dan Memandang HAM Berbahaya, Apa yang Akan Terjadi pada China di 2021?