Setelah lolos dari tahanan rumah di tahu 2010, ia sering makan malam dengan mantan anggota junta militer yang menahannya.
Pendukungnya mengatakan kesenangan mereka terhadap Suu Kyi melebihi ketenangan Budhaisme atau taktik politik.
Suu Kyi, anak dari pendiri militer modern Myanmar, mengatakan juga jika ia memiliki kesenangan mendalam untuk militer.
Tampaknya kesenangan mendalam tersebut juga ia utarakan saat para jenderal militer dihukum atas kekerasan terhadap Muslim Rohingya di tahun 2017.
Penyelidik PBB mengatakan pembantaian dan pembakaran desa yang menyebabkan tiga perempat juga anggota minoritas Muslim lari ke Bangladesh itu dilakukan dengan niat genosida atau pembantaian massal.
Namun di Pengadilan Internasional tahun 2019, Suu Kyi yang datang sebagai menteri luar negeri dan penasihat negara Myanmar, mengabaikan kekerasan itu sebagai "konflik internal".
Ia bahkan mengikuti arahan militer tidak menyebutkan nama etnis Rohingya dalam pengadilan itu.
"Beberapa akan berpikir ia tidak sukses menghentikan kekuasaan militer, bahwa ia membela genosida untuk membangun citra politiknya di antara para pejabat militer, tapi juga masih saja kalah," ujar Matthew Smith, pendiri kelompok LSM HAM Fortify Rights.