Find Us On Social Media :

'Mereka Inginkan Demokrasi yang Nyata' Saat Warga Myanmar Inginkan Perubahan Pemimpin Lewat Pemilu Tapi Justru Presiden dan Calon Presiden Baru Ditahan Militer dan Terjadi Kudeta Mengerikan

By Maymunah Nasution, Selasa, 2 Februari 2021 | 08:52 WIB

Min Aung Hlaing, pemimpin militer Myanmar yang menggulingkan pemerintah dan menjadikan militer menguasai Myanmar

Tentara berjaga di jalanan Myanmar dan telepon serta internet ditiadakan di sebagian besar negara itu.

Beberapa jam setelah kudeta militer, militer nyatakan keadaan darurat selama satu tahun, menggunakan dalih pemerintah NLD dianggap gagal bertindak atas klaim "penipuan yang mengerikan".

Tatmadaw juga menjanjikan pemilihan baru, tapi tidak memberikan kerangka waktu dan mengumumkan jika kekuasaan telah diserahkan kepada Ming Aung Hlaing.

Berambisi menjadi presiden

Baca Juga: Memanas, Aung San Suu Kyi Ditangkap oleh Militer yang Menuduh Hasil Pemilu Myanmar November 2020 Dicurangi

Jenderal Ming Aung Hlaing disebutkan oleh Profesor Fakultas Hukum Universitas New South Wales di Sydney, Australia, Melissa Crouch, sebagai sosok yang telah lama berambisi menjadi presiden.

Tuduhan kecurangan di pemilu November kemarin hanyalah upaya memalukan USDP agar ia mendapatkan ambisinya, ujar profesor tersebut.

Ming Aung Hlaing sendiri seharusnya pensiun dari pos militernya saat ia berusia 65 tahun Juli besok.

Tatmadaw sejak konstitusi yang diubah tahun 2008, telah memiliki 166 atau 25% kursi di parlemen, dan USDP perlu mengamankan 167 kursi lagi agar Min Aung Hlaing menjadi presiden.

Baca Juga: Dengan Dalih yang Sama Kejinya dengan Korut, China Kembali Bangun 'Tembok Besar', Kali Ini Membentang Hampir 2000 Km di Perbatasan Myanmar