Find Us On Social Media :

'Untuk Mempertahankan, Bukan Menghancurkan', Kisah Operasi Swift Mercy yang Bawa Perbekalan untuk Tawanan Perang di Pasifik, Ini Kisah Mereka yang Terselamatkan

By K. Tatik Wardayati, Senin, 1 Februari 2021 | 14:00 WIB

Parasut ini menjatuhkan perbekalan dalam operasi Switf Mercy, kepada para tawanan perang di Pasifik.

Dan mereka menandai setiap kamp dengan mengecat ‘PW’ di atas atas tempat para tawanan perang ditahan.

Berbeda dengan pembebasan kamp tawanan perang di Eropa, di mana tentara yang membebaskan bergerak melalui daerah tertentu dan menguasai musuh dan kamp mereka, maka membebaskan tawanan perang di Pasifik dimulai dari udara.

Bukan dengan tank untuk menghancurkan kamp, tapi pesawat Sekutu menjatuhkan selebaran dari atas dengan berita bahwa perang telah berakhir.

Kampanye udara Sekutu ini juga memberi tahu para tawanan agar tetap di tempat dan bantuan akan segera diberikan.

Setelah bertahun-tahun diperlakukan tidak manusiawi dan brutal, berita kemenangan ini tentunya menjadi pembicaraan lain.

Seorang tawanan perang di kamp Hitachi mengatakan, “Hari ini ketika melihat pesawat tebang rendah dan pilot melambai, benjolan besar rasanya meluncur di tenggorokan saya. Sulit untuk menyadari bahwa tiga tahun delapan bulan penderitaan, kekurangan, penyakit, kelaparan, dan kematian berlalu dan meninggalkan saya di sini.”

Mantan Sersan Staf yang menjadi tawanan perang, Lester Tenney menggambarkan momen ini di kampnya yang berjarak 30 mil dari Nagasaki sebagai "kegembiraan."

Prajurit USMC Lionel Bertheaud menyimpan selebaran yang dijatuhkan di kampnya pada 28 Agustus 1945 oleh sebuah B-17.

Bertheaud telah menjadi tahanan selama 44 bulan, sejak jatuhnya Corregidor pada Mei 1942.

Baca Juga: Kisah Serdadu Australia yang Jadi Tawanan Perang, Kesaksiannya Tentang Militer Indonesia di Luar Dugaan