Find Us On Social Media :

'Untuk Mempertahankan, Bukan Menghancurkan', Kisah Operasi Swift Mercy yang Bawa Perbekalan untuk Tawanan Perang di Pasifik, Ini Kisah Mereka yang Terselamatkan

By K. Tatik Wardayati, Senin, 1 Februari 2021 | 14:00 WIB

Parasut ini menjatuhkan perbekalan dalam operasi Switf Mercy, kepada para tawanan perang di Pasifik.

Intisari-Online.com – Ketika Perang Dunia II berakhir, lebih dari 12.000 tawanan perang Amerika tersebar di kamp-kamp di seluruh Pasifik dalam keadaan putus asa.

Dari 30 Agustus hingga 20 September 1945, dalam Operasi Swift Mercy, B-17 dan B-29 menerbangkan 1.000 misi dan menjatuhkan 4.500 ton pasokan ke pasukan Amerika yang tidak lagi menjadi tahanan, tetapi masih terjebak dalam kamp tawanan.

Kemenangan Perang Pasifik juga menjadi kemenangan bagi mereka yang ditahan oleh Jepang sebagai tawanan perang.

Lebih dari 27.465 orang Amerika yang ditangkap di Pasifik berada di luar perlindungan Konvensi Jenewa sehubungan dengan tawanan perang.

Baca Juga: Kim Jong-un Didenda Rp 505,2 Juta, Atas Perbuatannya Sebabkan Tawanan Kena Gangguan Mental dan Fisik yang Parah karena Jalani Kerja Paksa Keras

Tingkat kematian di antara tawanan perang di Pasifik lebih dari 40 persen, sekitar 11.107 tidak akan kembali ke rumah.

Sebagian besar dari mereka mati karena kelaparan, terserang penyakit tropis, atau terbunuh saat diangkut dalam gudang kapal tak bertanda yang disebut "kapal neraka".

Pada akhir perang, tawanan perang Amerika yang masih hidup tersebar di kamp-kamp di seluruh wilayah Pasifik, hampir tidak bertahan hidup dan berpegang teguh pada harapan untuk bertahan hidup setelah rata-rata lama penahanan tiga tahun.

Mereka mengalami kondisi yang menyedihkan, seringkali perlakuan brutal, dan dipaksa bekerja berjam-jam dengan makanan yang sangat sedikit.

Baca Juga: Bersama Kedipan Genit, Tahanan Perang Nazi Itu Berikan Strudel Apel Spesial untuk Perawat Militer Amerika, Kisah Cinta Terlarang Masa Perang Dunia II