Find Us On Social Media :

'Untuk Mempertahankan, Bukan Menghancurkan', Kisah Operasi Swift Mercy yang Bawa Perbekalan untuk Tawanan Perang di Pasifik, Ini Kisah Mereka yang Terselamatkan

By K. Tatik Wardayati, Senin, 1 Februari 2021 | 14:00 WIB

Parasut ini menjatuhkan perbekalan dalam operasi Switf Mercy, kepada para tawanan perang di Pasifik.

Karena mereka dipindahkan ke seluruh wilayah yang dikuasai Jepang ke mana pun pekerja dibutuhkan, lokasi mereka sering kali sangat terpencil.

Beberapa tawanan perang bekerja di dermaga dan fasilitas industri di daerah perkotaan, sementara banyak lainnya bekerja di segala jenis tambang, beberapa di lokasi bawah tanah atau terpencil.

Ada sekitar 775 kamp yang menampung tawanan perang Sekutu, dengan 185 berada di Jepang dan sisanya tersebar di seluruh Asia.

Menghitung dan memulihkan semua tawanan perang Amerika yang masih hidup adalah adalah usaha yang harus dilakukan secepat mungkin.

Tetapi beberapa menunggu hampir sebulan penuh setelah penyerahan resmi dari Jepang.

Tawanan perang yang berada di wilayah Tokyo pulih relatif cepat dan dibawa ke kapal rumah sakit dan kemudian dievakuasi pada minggu-minggu pertama setelah penyerahan diri.

Meskipun pengintaian udara dan intelijen telah menemukan lokasi beberapa kamp, ​​fasilitas kerja paksa lainnya, namun detilnya masih belum diketahui oleh pejabat Sekutu di akhir perang.

Upaya ini dipercepat segera setelah penyerahan resmi dari Jepang.

Jenderal MacArthur memerintahkan agar pejabat Jepang bertanggung jawab atas semua tawanan perang di tangan mereka.

Baca Juga: Pabrik Roti dengan Urin Serta Menyamar Sebagai Lelaki, Gambaran Suasana di Kamp Tawanan Perang Jepang di Indonesia oleh Dua Penyintas