Find Us On Social Media :

Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Disebut Pakar Penerbangan Asing Jadi Cermin Bisnis Penerbangan Indonesia, Bisakah Penerbangan Aman Tercipta di Tanah Air?

By Maymunah Nasution, Selasa, 12 Januari 2021 | 13:26 WIB

Maskapai Sriwijaya Air

Desember 2014 AirAsia Airbus A320-200 hancur setelah jatuh di Selat Karimata, membunuh 162 orang.

Kemudian 9 bulan kemudian, Agustus 2015, Trigana Air ATR 42-300 jatuh di Provinsi Papua, membunuh 54 orang.

Selanjutnya pada Oktober 2018 Lion Air Boeing 737 Max jatuh membunuh 189 orang.

Angka itu genap menjadi 700 korban dengan kecelakaan Sriwijaya Air kemarin.

Baca Juga: Menjadi Insiden Kecelakaan Paling Nahas dalam Sejarah, Pesawat Ini Hilang Tanpa Jejak Bahkan Tidak Pernah Ditemukan Keberadaannya Hingga Kini

Ahli penerbangan Australia, Geoffrey Thomas, mengatakan kepada wartawan BBC James Reynolds jika "perkembangannya tidak membaik:.

Ia menekankan mengapa Indonesia memiliki catatan aviasi yang bermasalah.

"Banyak landasan pacu tidak sesuai dengan standar internasional, tidak ada kelebhan, lebih pendek dari seharusnya dan tidak beralur, padahal itu penting karena di sana sering terjadi badai petir, dan alat bantu navigasi tidak sebaik saat Anda masuk misalnya Eropa. Namun ada masalah lain yang sebabkan Indonesia tidak memiliki catatan yang baik.

"Telah banyak terjadi kecelakaan karena adanya sejumlah maskapai biaya rendah di Indonesia, dan tentunya, batasnya sudah dipotong di masa lalu."

Baca Juga: Tekankan Pentingnya Perawatan Mesin, Pengamat Menduga Elevator Sriwijaya Air Copot, Hanya Ada Waktu 2 Menit dan Pilot Pun Tak Bisa Berbuat Banyak