Find Us On Social Media :

Lebih Dari Perebutan Status dan Hegemoni Negara Adidaya, Inilah yang Sebenarnya Dicari AS Sampai Mati-matian Kalahkan China, Bahkan Berani Perang Dingin Lagi Bila Perlu

By Maymunah Nasution, Kamis, 7 Januari 2021 | 20:10 WIB

Keduanya Merupakan Mitra Dagang Indonesia, Begini Dampak Perang Dagang Cina-AS bagi Indonesia

Institusi-institusi ini telah diuji oleh waktu, bekerja sebagai pilar stabilitas global.

Pertukaran emas di awal 1970an telah menguatkan supremasi dolar, membakar finansialisasi tingkat kedua.

Dalam ekonomi terfinansial, kekuatan tawaran buruh dan terpusatnya produksi telah dikurangi.

Kekuatan politik dan pengaruh telah berganti ke sektor finansial, kemudian sebabkan ketidakseimbangan meningkat dan banyak warga AS tidak diuntungkan dari globalisasi.

Baca Juga: Siapapun yang Menang Pemilu AS, Tatanan Dunia Lawas Sudah Tidak Akan Bisa Kembali, Ini Sebab Harapan Sudah Sirna

Sudah umum diyakini jika AS telah menyerahkan manufaktur ke China, dengan tumbuhnya ketidakpuasan di AS karena kegagalan Beijing untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma ekonomi dan demokrasi liberal.

Keraguan telah muncul atas apakah China bahkan harus diterima di Organisasi Perdagangan Dunia.

Kemudian penyebab ketegangan ini terus berlangsung adalah defisit perdagangan global AS, yang tercermin dalam tingkat penghematan yang rendah di AS.

Hal ini disebabkan penurunan tabungan domestik, sebagian besar investasi domestik AS dibiayai dengan meminjam dari luar negeri.

Baca Juga: Padahal Berulang Kali Dibuat Susah Trump, Tapi Justru China Bakal Untung Kalau Trump Menang Pilpres AS Lagi, Kok Bisa?