Penulis
Intisari-Online.com -Kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia III akan terus ada selama banyak negara terlibat dalam konflik.
Adanya kekhawatiran tersebut, negara-negara yang terlibat dalam konflik baik secara langsung maupun tidak pun lantas terus menerus mengembangkan senjata.
Hal itu dilakukan untuk, apa yang mereka katakan, menjaga keamanan negara.
Salah satu senjata yang paling ditakuti adalah senjata hipersonik.
Namun, semakin ditakuti senjata itu, semakin banyak negara yang berambisi untuk memiliki dan mengembangkannya, di antaranyaoleh Rusia dan China.
Melansir Express.co.uk, Senin (28/12/2020), outlet media Jerman memperingatkan Rusia dan China mengadopsi senjata hipersonik.
Media itu lalu mengatakan senjata tersebut menimbulkan "mimpi buruk" bagi keamanan Eropa.
Gerhard Hegmann, seorang jurnalis di Die Welt, mengatakan adopsi rudal hipersonik oleh Moskow dan Beijing menandai adanya "ancaman spiral" ke Eropa dari Rusia dan China.
Hegmann mencatat ketakutan baru-baru ini pada pangkalan militer AS di Ramstein, Jerman yang menggambarkan kekuatan destruktif persenjataan Rusia.
Hegmann mengatakan pangkalan AS disiagakan ketika sebuah kapal selam Rusia melakukan uji rudal balistik antarbenua (ICBM).
Sementara AS terus-menerus waspada terhadap ancaman, Hegmann menambahkan senjata hipersonik hampir tidak mungkin untuk dicegat.
Hegmann menambahkan: "Dengan munculnya apa yang disebut senjata hipersonik, rantai peringatan yang ada tentang peluncuran rudal dan sistem rudal anti-balistik menjadi tidak berguna dan waktu untuk bereaksi terhadap peluncuran berkurang secara drastis."
Hegmann kemudian mengutip pakar Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman yang menyatakan rudal hipersonik akan merusak keseimbangan kekuatan antara negara-negara nuklir.
Para ahli menunjukkan kepada Hegmann Rusia dan China memimpin dalam pengembangan senjata hipersonik, tetapi mengatakan AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.
Departemen Pertahanan AS sendiri mengumumkan awal tahun ini bahwa mereka telah mendirikan pangkalan baru untuk mengembangkan senjata hipersonik, dengan tujuan untuk menerjunkan "kemampuan senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara dan bernapas di udara" dalam waktu tiga tahun.
Australia juga mengumumkan pada awal bulan bahwa mereka akan bekerja sama dengan AS untuk bersama-sama mengembangkan rudal jelajah guna melawan China dan Rusia.
Menteri Pertahanan Linda Reynolds berkata: "Kami akan terus berinvestasi dalam kemampuan-kemampuan canggih untuk memberi Angkatan Pertahanan Australia lebih banyak pilihan untuk mencegah agresi terhadap kepentingan Australia."
Tetapi analis keamanan Jerman mengklaim Rusia tidak peduli dengan kemajuan Amerika karena mereka memiliki pertahanan yang efektif terhadap senjata hipersonik.
Menurut para analis, Rusia telah mengembangkan sistem rudal S-500 Prometey untuk mencegat persenjataan hipersonik, dan juga memiliki "rudal pencegat tak dikenal yang dimodifikasi".
S-500 diharapkan akan dikerahkan oleh angkatan bersenjata Rusia pada tahun 2021, menurut Kementerian Pertahanan AS.
Sergei Surovikin, komandan Pasukan Dirgantara Rusia, mengatakan akan mampu menghancurkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi.
Itu terjadi setelah China dan Rusia berupaya memperkuat hubungan strategis untuk menunjukkan kekuatan kepada Joe Biden, Presiden terpilih.