Find Us On Social Media :

'Saat Amerika Menyerang, Bakar Seluruh Tahanan Perang Mereka!' Titah Komandan Kojima Pemimpin Penjaga Kamp Tahanan Perang Palawan, Tempat Salah Satu Pembantaian Terbesar Perang Dunia Kedua, Begini Kisahnya

By Maymunah Nasution, Sabtu, 26 Desember 2020 | 09:26 WIB

Kamp tahanan perang Palawan, Filipina, setelah Perang Dunia Kedua berakhir

Akhirnya, ia berhasil keluar setelah ada permintaan dari penjaga 300 orang untuk pergi ke Manila.

McDole melihat ini sebagai harapan untuk tetap hidup, dan mengabaikan slogan tua tentara ("Jangan pernah menjadi relawan") ia pun mengajukan diri.

Pada 12 Agustus 1942, dia dibawa ke Palawan, salah satu pulau terbesar di Filipina yang terletak di perimeter barat Laut Sulu.

Palawan segera menjadi rumah bagi McDale selama dua setengah tahun.

Para tentara bertemu dengan pemimpin komando Batalion Lapangan Udara ke-131, Kapten Nagayoshi Kojima.

Kojima memiliki nama panggilan "Musang" oleh para tahanan perang.

Baca Juga: Disebut Sebagai Harta Karun Nyata yang Belum Ditemukan, Akhirnya Terungkan 21 Ton Emas Milik Nazi Disembunyikan di Tempat Mengerikan Ini, Asal Usulnya Juga Horor

"Kojima berdiri di tumpuannya sehingga ia bisa memandang rendah kami," kenang McDole.

"Dalam suara berdecit, ia akan berkata 'Pasukan Amerika,' lalu berhenti.

"'Hari ini kita membangun jalan', tidak perlu waktu lama kami tahu itu sebuah kebohongan… kita di sana membangun landasan pacu," ujar McDole.

McDole sendiri tidak percaya, karena tidak ada apapun di sekitar kamp itu selain hutan lebat.

Segera kehidupan di kamp itu menjadi mengerikan, makanan menjadi obsesi para tahanan perang, sembari memikirkan apa yang ingin mereka makan setelah bebas, mereka harus bertahan dengan yang ada: kadal, burung, monyet, ular.

McDole ingat pernah memanggang ular, yang ia klaim rasanya seperti ayam."

Banyak sekali tahanan yang sakit dan tidak bisa bekerja, sementara yang lain menderita dari kebrutalan Jepang. "Banyak sekali yang sakit dan babak belur, mereka sampai mengisi satu sayap barak, kami menamainya "teluk sakit".

Baca Juga: Meski Tak Kehabisan Bahan Pangan Sedikit Pun, Tentara Jepang Ternyata Tega Santap Daging Musuh Saat Perang dengan Cara Gila Seperti Ini