Penulis
Intisari-online.com -Saat ini pengaruh China sudah hampir ada di mana-mana.
China, negara yang ingin menjadi negara adidaya baru, berusaha meruntuhkan keadidayaan bangsa Barat.
Serta, ekonomi terbesar kedua di dunia itu ingin menggeser Amerika Serikat yang masih menjadi ekonomi terbesar di dunia.
Jika melihat skala Asia, China memang salah satu dari negara-negara macan Asia.
Pesaing ketatnya adalah Jepang dan Korea Selatan, negara tetangganya.
Dalam melebarkan sayapnya, propaganda China rupanya juga masuk ke kedua negara itu, tapi rupanya kedua negara bisa mempertahankan diri, terutama Jepang.
Apa rahasia Jepang?
Melansir The Diplomat, upaya China untuk membentuk pemikiran politik dan debat di negara lain meningkat dengan cepat.
Kekuatan yang disebut oleh Partai Komunis China (CCP) sebagai "kekuatan ceramah" telah memacu operasi pengaruh media di seluruh wilayah Asia-Pasifik.
Melalui kampanye ini, tujuan CCP adalah menumbuhkan sentimen pro-China dan memanipulasi bentukan politik lokal untuk meraih keuntungan bagi mereka.
Beberapa contoh kasus ini adalah kantor Administrasi Radio dan Televisi Nasional China membuat kesepakatan dengan outlet media pemerintah di Filipina.
Selanjutnya kasus lain adalah CCP terlibat dalam membeli media berbahasa China di Australia.
Lambat laun, operasi meningkatkan pengaruh itu meluas dalam hal jangkauan dan kecanggihannya.
Satu-satunya negara yang masih aman dari pengaruh sentimen pro-China adalah Jepang.
Tentu saja, mengingat posisinya sebagai negara tetangga China, pastinya pengaruh China di media Jepang dan media sosialnya pasti juga ada.
Situs berita Jepang yang pro-China
Jepang memang satu negara yang tidak mengandalkan media sosial untuk mencari berita.
Warga Jepang memilih mencari berita dari situs internet media yang bersangkutan atau televisi.
Salah satu outlet media yang umum dipakai warga Jepang adalah melalui situs agregator berita seperti Yahoo! News, yang mengkurasi berita dari berbagai sumber dan dikumpulkan menjadi satu platform saja.
China pun sudah mengamati hal itu dan mulai melancarkan serangannya.
Mereka menggunakan situs berita Jepang yang bertautan dengan China tapi dikamuflasekan, kemudian meningkatkan jumlah berita yang dikurasi untuk menyamarkan artikel-artikel pro-China dalam situs berita tersebut.
Meskipun agregator terkemuka menyaring kontributor konten untuk keandalan dan profesionalismenya, upaya mengontrol kualitas itu bisa sangat bervariasi.
Hal ini jadi suatu kelemahan yang dilihat China, dan menjadikan berita-berita dari outlet pro-China dapat melewati saringan itu dan muncul di banyak situs agregator berita yang kredibel di Jepang.
Contoh seperti ini adalah situs berita berbahasa Jepang yang fokus pada China, SearChina.
Media ini didirikan pada tahun 1999 dan dimiliki perusahaan Jepang SBI Holdings.
SearChina terkenal karena berita finansial, serta sering menyiarkan berita sosial budaya juga.
Meskipun topik ini sepertinya tidak berbau politik, tapi hasil penelitian Maiko Ichihara, profesor di Graduate School of Law di Hitotsubashi University, Jepang, menemukan jika media ini masih bisa digunakan untuk membangun naratif China.
Ichihara temukan propaganda membangun seperti kata-kata "aman", "superior" dan "indah".
Artikel SearChina biasanya mengutip konten dari Toutiao, outlet China yang dioperasikan oleh raksasa perusahaan teknologi ByteDance.
Meskipun Toutiao tidak secara langsung berkaitan dengan CCP, tapi Toutiao dikenal dengan sensor ketatnya untuk menyesuaikan naratif CCP, sehingga membuat berita yang pro-China.
Kasus lain adalah situs berita online yang berkantor di Tokyo Record China, yang dibuat pembuat film China Shujian Ren di tahun 2005, portal media ini fokus untuk topik sosial dan budaya, meskipun sering ada selipan politik, yang kemudian digaungkan melalui agregator Jepang.
Propaganda mereka begitu buruk, sampai-sampai masalah pelanggaran HAM Uighur justru disebut sebagai penanggulangan teroris.
Record China juga sering mengambil isu-isu yang berkaitan dengan geopolitik terutama dalam hal masalah hubungan Jepang dan Korea Selatan.
Masalah yang dibahas memberikan pandangan buruk mengenai Korea Selatan dengan memberikan isu sejarah dan diplomatik yang buruk antara Jepang dan Korea Selatan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini