Find Us On Social Media :

Gayanya Berikan Hukuman pada Australia dengan Berlakukan Sanksi Ini, Rakyat Chia Justru Jadi Korbannya Gara-Gara Ulah Pemerintahnya Sendiri

By Afif Khoirul M, Sabtu, 19 Desember 2020 | 14:48 WIB

Pembangkit listrik tenaga panas menggunakan batu bara di China.

Intisari-online.com - Sudah bukan rahasia lagi jika China memang bermusuhan dengan negara-negara Barat seperti Amerika, negara Eropa hingga Australia sekalipun.

Belakangan, ketegangan antara Australia dan China semakin memanas.

China dan Australia, saling berikan pukulan dan sanksi ekonomi, yang imbasnya justru rakyatnya sendiri yang menderita.

Menurut 24h.com.vn, pada Jumat (18/12/20), jutaan orang China dipastikan hidup tanpa listrik, akibat kebijakan pemerintahnya sendiri.

Baca Juga: Bencana Nuklir Chernobyl, Sebuah Bencana Ulah Manusia Terbesar Sepanjang Sejarah yang Sampai Buat Pangan di Masa Depan Masih Terkontaminasi Nuklir, Bagaimana Kondisinya Sekarang?

Semua bermula dari kisrus China dengan Australia, yang berujung pada larangan impor batu bara dari Australia.

Australia adalah negara yang memenuhi batu bara suhu tinggi 57% yang diimpor ke China sejak 2019.

Batu bara ini kemudian digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas yang menghasilkan listrik.

Namun, dengan berlakunya sanksi ini, menyebabkan rakyatnya sendiri menjadi korban dari pemerintah China.

Baca Juga: Lagaknya Sudah Seperti Tuhan Saja, China Punya Teknologi yang Bisa Mengendalikan Iklim, Memanggil Angin, dan Hujan Sesuka Hati Mereka, Berbahayakah?

Akibatnya, 80 kapal kargo batu bara senilai hingga 1,1 miliar dollar AS (Rp15 T) tidak dapat berlabuh di China.

Harga batu bara di China turun menjadi sekitar 500 yuan bulan lalu, tetapi telah meningkat lebih dari 50%, menjadi 760 yuan pada 16 Desember.

Akibatnya, jutaan penduduk China mengalami kekurangan listrik, menurut SCMP.

Sekitar 57 juta orang di provinsi Zhejiang, selatan Shanghai, di pantai timur China, hidup dalam kekurangan listrik di tengah musim dingin.

Pemerintah provinsi Zhejiang mewajibkan kantor menggunakan peralatan pemanas hanya jika suhu di bawah 3 derajat Celcius.

Restoran hanya boleh menggunakan AC untuk melayani pengunjung, bukan staf.

Khususnya di kota Wenzhou, peraturan tersebut dikeluarkan 11-20 Desember.

Baca Juga: Senyum Lebar China dan Rusia di Balik Sanksi AS untuk Iran, Korea Utara, dan Venezuela, Benar-benar Seperti Kejatuhan Durian Runtuh

Pabrik kecil dan menengah diharuskan menghentikan produksi selama dua hari, 13-30 Desember.

Di provinsi Hunan, rumah bagi 67 juta orang, banyak penduduk harus berjalan ke lantai 20 karena lift berhenti berfungsi karena kekurangan listrik, menurut The Australian.

"Tidak dapat dikatakan bahwa ketegangan hubungan antara Australia dan China bukanlah penyebab situasi ini," kata seorang sumber di industri energi China.

Tepat di pusat keuangan Shanghai, tempat tinggal 24 juta orang, pemerintah kota telah memerintahkan pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran untuk mematikan AC dan peralatan listrik yang tidak perlu.

Pertunjukan laser dan cahaya ikonik Shanghai, di sepanjang Sungai Huangpu, akan dihentikan selama beberapa hari ke depan.

Komisi Pembangunan Reformasi Nasional, badan perencanaan ekonomi China, mengatakan negara itu memiliki cukup batu bara untuk memenuhi permintaan selama musim dingin dan musim semi meskipun harga naik, menurut SCMP.

Menurut media China, perusahaan listrik utama China baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan pihak berwenang.

Mereka sepakat untuk mencabut pembatasan impor batu bara dari luar negeri, kecuali Australia.

Baca Juga: Dengan Dalih yang Sama Kejinya dengan Korut, China Kembali Bangun 'Tembok Besar', Kali Ini Membentang Hampir 2000 Km di Perbatasan Myanmar

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa China melarang impor batu bara Australia, hanya merugikan kedua negara, dan melanggar undang-undang perdagangan bebas antara kedua negara.

Morrison mengatakan bahwa China yang membeli batubara berkualitas buruk dari negara lain akan berdampak negatif pada perubahan iklim.

Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Australia adalah negara yang harus bertanggung jawab, bukan malah menyalahkan China.

"Ini adalah tindakan yang bertujuan untuk membingungkan publik dan kami tidak menerima pernyataan Australia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Vuong Van Ban.