Find Us On Social Media :

Salah Kaprah, Disebut Lebih Baik dari Donald Trump, Nyatanya Joe Biden Tetap Tak Bisa Jinakkan Iran, Malah Iran Siap-siap Balas Dendam ke Negeri Paman Sam

By Mentari DP, Selasa, 15 Desember 2020 | 11:40 WIB

Konflik Iran dan Amerika Serikat (AS).

Intisari-Online.com - Selain China, Iran juga menjadi musuh Amerika Serikat (AS) di tahun 2020 ini.

Jika konflik dengan China dikarenakan pandemi virus corona (Covid-19) dan Laut China Selatan, maka konflik dengan Iran lebih intens.

Ini karena kematian salah satu jenderal top Iran yang tewas dalam serangan udara.

Apalagi serangan udara itu merupakan perintah langsung dari Presiden AS Donald Trump.

Baca Juga: China Maruk Ingin Kuasai Laut China Selatan, Inilah Rencana Super Gila Amerika Ingin Halangi Negeri Panda, Gunakan Kekuatan Militer dengan Terobosan Besar Ini

Kematian sang jenderal membuat pemerintah Iran menyatakan balas dendam pada AS.

Namun kekalahan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS 2020 membuat Iran berpikir keras.

Apakah akan memusuhi AS lagi atau sebaliknya.

Nah, kini Presiden Iran Hassan Rouhani membuat pernyataan agresifnya pada hari Senin (14/12/2020).

Baca Juga: Berbulan-bulan Lakukan 'Pelanggaran', India Langsung Mencak-mencak Tak Terima dan Salahkan China Karena Merasa Selalu Dijahati, 'Mereka Provokasi Kami Duluan'

Dan itu diterjemahkan oleh Washington sebagai ancaman serius bagi stabilitas regional.

Padahal Presiden AS terpilih Joe Biden telah meningkatkan kemungkinan untuk kembali ke meja perundingan dengan kekuatan dunia lainnya untuk mencapai kesepakatan proliferasi nuklir dengan Teheran.

Tetapi deklarasi terbaru Iran telah mengesampingkan penghentian program rudalnya, yang merupakan permintaan utama dari Washington.

Teheran malah melakukan ofensif dan menuntut perubahan kebijakan AS terhadap negara yang terisolasi itu.

Ini termasuk pencabutan sanksi dan kompensasi atas penarikan Presiden Trump dari perjanjian nuklir aslinya.

"Amerika telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menambahkan masalah rudal ke dalam pembicaraan nuklir," ungkap Rouhani dalam pidatonya di televisi.

"Namun, ini ditolak."

"Trump tidak mendapat informasi dan tidak tahu tentang masalah tersebut."

"Tapi, Tuan Biden sangat menyadari detail kesepakatan itu."

“Saya belum mendengar Biden mengatakan bahwa kami harus mencapai kesepakatan lain untuk kembali ke kesepakatan nuklir."

"Itulah yang dikatakan Trump."

Baca Juga: Sempat Dicap Sebagai Pencipta Virus Corona, Bill Gates Kembali Prediksi Masa Depan Amerika Suram, 'Sampai Tahun 2022!'

Iran memiliki salah satu program rudal paling luas di Timur Tengah.

Negara itu memandang senjata seperti itu penting untuk kelangsungan hidupnya.

Iran melihat rudal sebagai kekuatan pencegah dan pembalasan yang mungkin terhadap serangan AS.

AS melihat program rudal Iran sebagai ancaman militer konvensional terhadap stabilitas regional.

Tapi, yang lebih penting, sistem rudal dapat dikembangkan untuk digunakan dengan hulu ledak nuklir, jika Iran dapat mengembangkannya.

Diketahui, Presiden Trump membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2018.

Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat sejak saat itu.

AS telah menggunakan sanksi untuk mencoba dan menghentikan program rudal balistik Iran.

Baca Juga: Bertetangga dengan India Tapi Tak Pernah Akur, Pasukan China dan Pakistan Mendadak Bertemu Setelah Sekian Lama dan Lakukan Hal Ini, Mau Serang India Bersama-sama?

 

Ancaman Iran: Program rudal Teheran TIDAK bisa dinegosiasikan - Rouhani mengeluarkan peringatan baruIRAN telah menyatakan program rudalnya tidak dapat dinegosiasikan dan bahwa Presiden terpilih AS "sangat menyadarinya".