Penulis
Intisari-Online.com - Selain China, Iran juga menjadi musuh Amerika Serikat (AS) di tahun 2020 ini.
Jika konflik dengan China dikarenakan pandemi virus corona (Covid-19) dan Laut China Selatan, maka konflik dengan Iran lebih intens.
Ini karena kematian salah satu jenderal top Iran yang tewas dalam serangan udara.
Apalagi serangan udara itu merupakan perintah langsung dari Presiden AS Donald Trump.
Kematian sang jenderal membuat pemerintah Iran menyatakan balas dendam pada AS.
Namun kekalahan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS 2020 membuat Iran berpikir keras.
Apakah akan memusuhi AS lagi atau sebaliknya.
Nah, kiniPresiden Iran Hassan Rouhani membuat pernyataan agresifnya pada hari Senin (14/12/2020).
Dan ituditerjemahkan oleh Washington sebagai ancaman serius bagi stabilitas regional.
Padahal Presiden AS terpilih Joe Bidentelah meningkatkan kemungkinan untuk kembali ke meja perundingan dengan kekuatan dunia lainnya untuk mencapai kesepakatan proliferasi nuklir dengan Teheran.
Tetapi deklarasi terbaru Iran telah mengesampingkan penghentian program rudalnya, yang merupakan permintaan utama dari Washington.
Teheran malah melakukan ofensif dan menuntut perubahan kebijakan AS terhadap negara yang terisolasi itu.
Ini termasuk pencabutan sanksi dan kompensasi atas penarikan Presiden Trump dari perjanjian nuklir aslinya.
"Amerika telah mencoba selama berbulan-bulan untuk menambahkan masalah rudal ke dalam pembicaraan nuklir," ungkapRouhani dalam pidatonya di televisi.
"Namun, ini ditolak."
"Trump tidak mendapat informasi dan tidak tahu tentang masalah tersebut."
"Tapi, Tuan Biden sangat menyadari detail kesepakatan itu."
“Saya belum mendengar Biden mengatakan bahwa kami harus mencapai kesepakatan lain untuk kembali ke kesepakatan nuklir."
"Itulah yang dikatakan Trump."
Iran memiliki salah satu program rudal paling luas di Timur Tengah.
Negara itu memandang senjata seperti itu penting untuk kelangsungan hidupnya.
Iran melihat rudal sebagai kekuatan pencegah dan pembalasan yang mungkin terhadap serangan AS.
AS melihat program rudal Iran sebagai ancaman militer konvensional terhadap stabilitas regional.
Tapi, yang lebih penting, sistem rudal dapat dikembangkan untuk digunakan dengan hulu ledak nuklir, jika Iran dapat mengembangkannya.
Diketahui, Presiden Trump membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2018.
Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat sejak saat itu.
AS telah menggunakan sanksi untuk mencoba dan menghentikan program rudal balistik Iran.
Ancaman Iran: Program rudal Teheran TIDAK bisa dinegosiasikan - Rouhani mengeluarkan peringatan baruIRAN telah menyatakan program rudalnya tidak dapat dinegosiasikan dan bahwa Presiden terpilih AS "sangat menyadarinya".