Timor Leste Benar-benar Jadi Mitra Murah yang Sempurna Bagi China, Ribuan Tenaga Kerjanya Sudah Disebar di Bumi Lorosae, Jebakan Utang pun Sudah Siap Menjerat

May N

Penulis

Timor Leste terlena dengan status sahabat yang ditawarkan oleh China, tidak sadar jika China memberi jebakan utang sampai warganya pindah

Intisari-online.com -Baru-baru ini ramai urusan mengenai jebakan utang China.

China dikabarkan memberikan pinjaman dengan angka fantastis kepada negara-negara yang membutuhkan.

Selanjutnya, cara membayarnya adalah dengan apa pun yang dimiliki negara tersebut.

Isu ini kini ramai karena Indonesia tengah dikabarkan berhutang kepada China.

Baca Juga: Mahathir Muhammad Peringatkan Negara Lain Agar Tidak Ikut Utang Pada China, Rupanya Ia Belajar Dari Kesalahan Negeri Jiran, 'Negara Anda Akan Dikontrol Mereka Layaknya Anjing, Terkekang Oleh Tali Leher'

Sebenarnya jebakan utang China ini bukanlah hal yang baru.

Sebagai negara yang sangat ingin diakui sebagai negara maju, China sudah berulang kali lakukan berbagai cara untuk lebarkan sayapnya untuk memberi pengaruh di dunia.

Negara Asia-Pasifik tidak luput dari perhatian mereka.

Serta, negara-negara di Asia Tengah maupun Asia Selatan, yang ekonominya masih terbilang belum maju.

Baca Juga: Jebakan Utang China Kembali Makan Korban, Negara Kecil Kaya Sumber Daya di Asia Tenggara Ini Pasrah Serahkan 'PLN' Miliknya karena Gagal Bayar Utang

Tindakan China ini merupakan bagian dari rencana besarnya untuk membangun jalur sutra baru.

Disebut dengan program Belt and Road Initiative, program ini merupakan upaya China membangun jalur perdagangan baru lewati seluruh Asia untuk mencapai Eropa.

Gunanya adalah agar produk mereka bisa bersaing di pasar internasional.

Cara untuk 'membeli' negara-negara yang akan dijadikan bagian dari jalur sutra tersebut adalah dengan memberi mereka utang untuk membangun negara mereka.

Baca Juga: Jadi Hajatan Terbesar China di Abad Ke-21, Ini Penjelasan Singkat Mengenai Megaproyek Belt And Road Initiative yang Disebut 'Jalur Sutra Era Abad Ke-21', Negara Mana yang Sudah Bergabung?

Semenjak Presiden Xi Jinping menjabat pada tahun 2010 lalu, program Belt and Road Initiative sudah diajukan pada tahun 2013.

Namun jebakan utang itu baru mulai terasa sekarang.

Salah satunya adalah di negara tetangga Indonesia ini, yaitu Timor Leste.

Baca Juga: Ekonominya Di Ujung Tanduk Karena Sanksi China Benar-benar Hancurkan Pendapatan Negara, Diplomat Sampai Desak Australia Bergabung dengan Megaproyek China Ini, Ini Sebabnya

Mengutip pemberitaan di The Diplomat pada November 2016, tercatat pada 13 September 2016, pemerintah Timor Leste memberi izin bagi Menteri Keuangan untuk memulai proses bergabungnya Timor Leste dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia di Beijing.

Tindakan itu sudah pasti digunakan untuk menguatkan hubungan China dan Timor Leste.

Kesepakatan ini juga terjadi sebulan sebelum Forum Konferensi Menteri Kelima di Macau dilaksanakan.

Dalam forum tersebut pejabat senior dari China dan semua negara berbahasa Portugis, termasuk Timor Leste, diundang.

Baca Juga: Dulu Koar-Koar Ingin Merdeka dari Indonesia, Giliran Sudah Merdeka Xanana Gusmao Malah Ungkap Kondisi Asli Timor Leste Sangat Kacau, Bahkan Sampai Memilih Angkat Tangan

Jelas-jelas hal tersebut merupakan upaya untuk mempromosikan hubungan dan perdagangan lebih baik.

Timor Leste merupakan negara termuda di Asia dan termasuk negara termiskin di Asia Pasifik, terutama jika dibandingkan negara-negara Asean. Kolonisasi pertama oleh Portugal dari 1701 sampai 1975, kemudian disusul pasukan Indonesia mendarat di pantainya beberapa minggu setelah warga Portugal pergi.

Indonesia menahan kekuasaan di Timor Leste selama 24 tahun, tapi gagal karena sepertiga populasi disebut meninggal dari eksekusi, kelaparan atau penyakit. Akhirnya Timor Leste merdeka pada tahun 2002.

Sejak merdeka, Timor Leste menjaga hubungan dengan mitra terdekat yaitu Australia dan Indonesia, tapi hubungan dengan Australia memburuk karena masalah perbatasan di Laut Timor.

Baca Juga: Berulang Kali Salahkan China Atas Covid-19 dan Sebut China 'Mata-mata Dunia', Australia Kini Terima Getahnya Sendiri dan Harus Menjilat Ludahnya Agar Dimaafkan China, Ancaman Sanksi-sanksi Memang Kian Nyata

Kasus tersebut sudah dibawa sebelumnya ke komisi konsiliasi PBB di Den Haag, sedangkan tahun 2015, Timor Leste juga menuduh Australia memata-matai pejabat pemerintahan mereka.

Selama wawancara di Radio Australia tahun 2014, mantan deputi perdana menteri Timor Leste, Estanislau da Silva, umumkan: kami memiliki tetangga sepetti Indonesia dan Australia, tapi kami juga ingin memiliki hubungan dekat dengan negara lain, terutama China. China telah sangat, sangat suportif."

Memang, China jor-joran dalam menyediakan dana untuk kemerdekaan Timor Leste saat kependudukan Indonesia, tidak seperti pemerintah Barat lainnya, dan mendukung gerakan di Dewan Keamanan PBB pada akhir tahun 1970 saat banyak negara Barat absen dari voting penting sampai bertahun-tahun kemudian.

China juga negara pertama yang lakukan hubungan diplomatik dengan Timor Leste tahun 2002.

Baca Juga: Bela Australia, AS Sebut Gambar Rekayasa China Sebagai Titik Paling Menyedihkan: 'Kemunafikan Jelas Bagi Semua'

Beberapa tahun terakhir, China telah membangun bangunan kantor untuk Kementerian Menteri Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan Militer Timor Leste, serta Istana Kepresidenan.

Lebih dari seribu PNS di Timor Leste telah mengunjungi China untuk pelatihan, sementara ribuan teknisi China telah melatih rekan mereka dalam metode pertanian terkini, perencanaan wilayah, turisme dan lain sebagainya.

Namun kerjasama persahabatan itu rupanya lebih menguntungkan China, dengan impor yang lebih murah bagi mereka serta tempat lapang untuk para penduduk China yang sudah melebihi batas.

Saat invasi Indonesia terjadi pada 1975, diestimasi ada 20 ribu etnis China tinggal di Timor Leste, terutama di ibu kotanya, tapi saat kependudukan tersebut banyak yang pindah ke Australia, Filipina atau kembali ke China.

Baca Juga: Tak Gentar Walau Musuhnya Gabungan Militer Elit Dunia, Begini Reaksi Kopassus Ketika Ditodong Pasukan Interfet di Timor Leste, Genggam Granat dan Bersiap untuk Mati

Tahun 2002, hanya ada 2000-3000 warga China yang tinggal di Timor Leste, dan kondisi antara komunitas lokal dan komunitas China menjadi tegang.

Penulis artikel bernama David Hutt, berbicara kepada warga China yang memiliki toko perangkat keras di Dili hampir 10 tahun tapi jarang bersosialisasi dengan warga Timor Leste dan pilih bergaul dengan komunitas China.

Di kota Maubisse, ada segelintir teknisi China yang bekerja di proyek perkembangan lokal, mengatakan "aku tidak suka negara ini, aku ingin pulang".

Rekan Timor Leste dari penulis mengatakan ia hanya berbicara kepada warga China saat makan di restoran China di Dili.

Baca Juga: Anggap Indonesia Musuh Bebuyutan, Politisi Malaysia Ini Sok-Sokan Ungkit Timor Leste Leste Lepas Gara-gara Kegagalan Presiden Ini Bahkan Menuduhnya Hendak Bubarkan Indonesia

Warga Timor Leste sering curiga dan kadang yakin jika China, terutama ekspat yang baru-baru saja masuk, hanya mencari keuntungan di Timor Leste.

Banyak ahli yang kemudian masih meragukan kebaikan China akan terus mengucur ketika minyak Timor Leste sudah habis, perlu diragukan juga bagaimana Timor Leste akan membayar utang mereka.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait