Advertorial
Intisari-online.com - Pandemi Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, dan hampir dipastikan semua negar terkena dampaknya.
Bahka negara-negara kecil seperti Timor Leste dan Papua Nugini yang tampaknya aman dari virus ini juga alami pukulan ekonomi.
Seorang Analis Riset Program Riset Indo-Pasifik, Jarryd de Haan, mengatakan melalui tulisannya membocorkan kondisi Timor Leste dan Papua Nugini.
Keduanya negara ini memang relatif belum tersentuh virus corona, tetapi berdampak signifikan pada ekonominya.
Dalam kasus ini, Timor Leste dan Papua Nugini, diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi hebat sebesar 3 persen akibat Covid-19.
Keduanya mengalami penurunan lima persen, dari sebelumnya tumbuh dua persen.
Akibatnya, kedua negara ini hidup bergantung pada utang yang meningkat, seperti yang disebutkan dalam sebuah laporan.
Menurut Future Direction Internasional, laporan tersebut berbunyi sebagai berikut:
"Penurunan nominal PDB cukup untuk mengangkat rasio utang Anggaran 2020 terhadap PDB dari 40,3 persen menjadi 45,6 persen."
"Ke depan dampak Covid-19 diperkirakan akan berlanjut hingga 2021, dengan skenario untuk meningkatkan rasio utang terhadap PDB menjadi lebih dari 55 persen, bahkan dengan peningkatan pendapatan dan kendala berat pada operasional."
Mengejutkannya lagi, mayoritas utang tersebut adalah ke China dan mengingat lambatnya pembayaran, kemungkinan akan mengalami kemunduran pembayaran hingga beberapa dekade.
Selain itu Timor Leste menghadapi penurunan tajam harga minyak akibat perang harga dengan negara Arab dan Rusia, menempatkannya pada risiko yang lebih besar.
Terutaman diketahui sektor perminyakan telah berkontribusi pada pendapatan sekitar 80 persen dari pengeluran pemerintah Timor Leste.
Selain itu, kebuntuan politik berarti bahwa pemerintah belum menyetujui APBN 2020.
Artinya negara tersebut harus beroperasi di bawah sistem duo-desimal, sistem yang sama yang disalahkan atas kontraksi ekonomi pada 2017 dan 2018.
Sementara ke depan, Pemerintah Timor-Leste juga menghabiskan sejumlah besar sumber daya untuk proyek Tasi Mane.
Dengan tujuanuntuk membangun fasilitas pengembangan minyak di darat di Timor-Leste.
Pendanaan yang dibutuhkan untuk proyek semacam itu sangat besar, dengan perkiraan biaya mulai dari 10-20 miliar dollar AS.
Namun hingga tulisan ini dibuat, tidak ada investor swasta yang bersedia bergabung dengan proyek tersebut.
Bagi Australia, hal itu mengkhawatirkan, mengingat minat China terhadap proyek tersebut.
Telepon baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Timor-Leste dan mitranya dari China juga melihat kedua belah pihak membahas kerja sama yang lebih dekat dalam Belt and Road Initiative.
Baca Juga: Penggerebekan di Distrik Sugapa Tewaskan Anggota KKB, TNI Pastikan Sosok Tersebut Bukan Tokoh Agama
Ini berpotensi memperkuat posisi China sebagai investor untuk Tasi Mane.
Setelah selesai, proyek tersebut akan bertanggung jawab untuk menyediakan sebagian besar kekayaan rakyat Timor dan termasuk pembangunan pelabuhan, pembuatan kapal dan fasilitas perbaikan kapal yang terletak sekitar tujuh ratus kilometer dari Pelabuhan Darwin.
Kemudian dikelola oleh sebuah perusahaan Cina di bawah Sewa 99 tahun.
Dari kerentanan tersebut, masuknya Pemerintah China kePapua Nugini dan Timor-Leste semakin diperkuat.
Sementara Pemerintah Australia baru-baru ini meminjamkan 135 juta dollar AS kepada Papua Nuginiuntuk membantu membiayai kekurangan anggaran.
Serta memiliki program bantuan yang berkelanjutan untuk kedua negara, Australia tidak dalam posisi yang kuat secara finansial untuk membantu lebih jauh.
Selain itu, dengan hubungan perdagangan yang memburuk dengan cepat dengan China, Pemerintah Australia mungkin akan ditekan untuk bertindak ringan dalam berurusan dengan tetangga dekatnya.