Find Us On Social Media :

Sejarah Lahirnya Pasukan Khusus Indonesia, Ternyata 'Dibidani' Serdadu Belanda yang Pernah Menjadi Musuh Pejuang Indonesia Ini

By Khaerunisa, Rabu, 18 November 2020 | 20:30 WIB

Sat-81 Kopassus.

Intisari-Online.com - Pasukan khusus Indonesia menjadi salah satu pasukan khusus yang disegani juga dikagumi dunia.

Bahkan, pasukan khusus sekelas SAS Inggris pun mengakui kekagumannya.

Indonesia sendiri sedikitnya memiliki lima pasukan khusus: Satuan 81 Kopassus TNI AD, Detasemen Jala Mengkara (Denjaka) Korps Marinir, Detasemen Bravo 90 (Den Bravo 90) TNI AU, Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, serta Detasemen C Resimen IV Gegana dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror.

Baik Gegana maupun Densus 88 berada di bawah naungan Kepolisian RI (Polri).

Baca Juga: Meski Menyandang Gelar Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, Ternyata Navy SEAL AS Pernah Babak Belur Hadapi Pasukan Ini

Dari sisi sejarahnya, terbentuknya pasukan khusus di Indonesia ternyata unik.

Awalnya tak lepas dari peran Letkol Slamet Riyadi dan Kolonel A.E. Kawilarang.

Gagasan ini muncul ketika kedua perwira gagah berani ini memimpin operasi penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Ambon dan sekitarnya pada 1950.

Dalam misi tempur bersandi Operasi Senopati itu, Kawilarang bertindak sebagai pimpinan operasi, sementara Slamet Riyadi komandan penyerbuan.

Baca Juga: Indonesia Berupaya Modernisasi Alusista, Malaysia Terkendala Anggaran, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Indonesia dan Malaysia

Ketika mengejar gerombolan RMS keduanya mengaku sering kerepotan menghadapi pemberontak yang ternyata memiliki ketrampilan yang mumpuni.

Pemberontak diperkuat dua kompi bekas pasukan khusus Belanda KST (Korps Speciale Troepen/Pasukan Khusus Belanda) dari KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger).

KST merupakan hasil penggabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda yang dilakukan pada November 1948 dan telah memiliki pengalaman tempur di berbagai medan perang khususnya pada Perang Dunia II.

Kemampuan tempur satuan ini sungguh mengagumkan. Terutama para penembak jitunya (sniper).

Baca Juga: Tak Mau Kalah Dengan China yang Terus Keruk Keuntungan di Laut China Selatan, Ternyata Negara Sekelas Malaysia Pernah Nekat Lakukan Hal Ini Di Laut China Selatan, Mengapa Tidak Terendus?

Jumlahnya kecil namun bisa merepotkan pasukan TNI yang personelnya jauh lebih besar.

Dari pengalaman menghadapi kompi istimewa RMS ini, menginspirasi Slamet Riyadi dan Kawilarang untuk membentuk pasukan khusus.

Slamet Riyadi malah sudah menggebu-gebu seperti tidak sabar dan akan segera membentuknya usai perang. Tapi sayang, Letkol Slamet Riyadi gugur di Ambon justru oleh tembakan sniper KST.

Baca Juga: 'Hanya Presiden Biden yang Bisa Mencegahnya', Banyak Pakar Khawatirkan Pecahnya Perang AS dan China yang Bisa Lebih Ngeri Daripada Perang Dunia I

Akibatnya hanya tertinggal Kolonel Kawilarang yang memendam cita-cita, tak kalah menggebunya untuk segera membentuk satuan komando khusus.

Gagasan itu baru saja diwujudkan ketika Kawilarang diangkat menjadi Panglima TT III (sekarang Kodam II Siliwangi).

Tapi Kawilarang dilanda kebingungan, bagaimana dan seperti apa pasukan yang akan dibentuk, apalagi pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas.

Sampai akhirnya muncul laporan dari Kepala Seksi I TT III, Mayor Inf Djuchro.

Baca Juga: Gagah Balik Mengancam AS saat Digertak Fasilitas Nuklirnya Bakal Diserang, Ternyata Ini Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan AS

Ia melaporkan, seorang mantan pasukan khusus Belanda ditemukan menjadi petani dan beristrikan wanita Sunda di Lembang, Bandung.

Namanya Rokus Bernadus Visser, pangkat terakhirnya mayor. Warga mengenalnya dengan Mochamad Idjon Djanbi. Ia rupanya mengganti nama setelah menikah secara Islam.

Singkat cerita, Djanbi direkrut menjadi anggota TNI dan ditunjuk membidani lahirnya Kesatuan Komando TT III (Kesko).

Jabatan komandan juga langsung diserahkan kepada Mayor Djandi. Lokasinya di Depo Batalion, Bandung. Sebagai cikal bakal, ditunjuk satu kompi dari TT III.

Baca Juga: China dan AS Kini Menuju Perang Besar yang Setara dengan Perang Dunia I: 'Hampir Tidak Mungkin Dikendalikan'

Pasukan khusus ini diresmikan Kawilarang pada 16 April 1952. Awalnya pasukan ini masih di bawah Daerah Militer Siliwangi. Baru pada 1953, komandonya dialihkan ke Mabes Angkatan Darat.

Djanbi sendiri memilih warna merah sebagai baret pasukan baru ini. Sejak itu hingga hari ini, Kesko menjelma menjadi satuan elit TNI AD.

Namanya berubah beberapa kali: Detasemen 81, Grup 5 Anti Teror dan sekarang Satuan 81 Kopassus.

Baca Juga: Jauh-Jauh Diundang Ke Indonesia Buat Latih Militer Indonesia, Master Karate Asal Jepang Ini Malah Langsung Tumbang Saat Uji Coba dengan Orang Indonesia, Padahal Baru Gunakan Satu Jurus

Pada perkembangan selanjutnya, ancaman terorisme ternyata menjalar ke segala aspek kehidupan. Pembajakan dan teror terjadi di mana-mana, tidak hanya di darat.

Tapi juga di laut dan udara. Beberapa peristiwa pembajakan dan teror di luar negeri, jelas menjadi tantangan serius bagi TNI.

Kondisi ini akhirnya memicu lahirnya Denjaka (4 November 1982) dan Bravo 90 (1990). Pembentukan Denjaka hanya beda beberapa bulan dengan pembentukan Detasemen 81 (Den-81) pada 30 Juni 1982.

Namun dalam rentang waktu yang lebih dulu, TNI AL sebenarnya sudah membentuk Kipam (Kompi Intai Para Ampibi) pada 18 Maret 1961 dan Pasukan Katak (Paska) setahun kemudian. Kipam bisa dibilang cikal bakalnya Denjaka.

Baca Juga: Tak Bisa Hanya Bergantung pada Minyak yang Diperkirakan akan Ludes, Ternyata Inilah Pabrik Uang Terakhir Timor Leste yang Digadang akan Hasilkan Uang Besar

Sedangkan Paska dikenal sebagai ‘’moyangnya’’ operasi bawah air. Paska yang sekarang menjadi Kopaska, malah banyak berperan dalam melahirkan pasukan khusus AL Malaysia, Paskal (Pasukan Khas Laut) pada 1983.

Suatu perkembangan satuan-satuan khusus di lingkup TNI dan Polri yang mencerminkan profesionalise.

Sekaligus kemajuan pesat mengingat pada awalnya, Idjon Djanbi memulainya dengan sarana serta prasarana yang masih terbatas. (Agustinus Winardi)

Baca Juga: Di Tengah Latihan Perang, Radar China Deteksi Kehadiran Pesawat Bomber Amerika, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari