Penulis
Intisari-online.com -Rupanya kebencian China terhadap Amerika bukanlah perkara sepele.
Hal itu terlihat dari tindakan Xi Jinping menyeru negara-negara Asia dan Rusia untuk melawan masuknya pengaruh AS.
Dilansir dari South China Morning Post, Xi Jinping memberi tanggapan atas pidato AS dalam KTT Regional.
Xi tidak menyebut Washington secara langsung dalam pidato tersebut.
Pidato itu juga merupakan komentar internasional pertamanya semenjak pemilu AS semingggu yang lalu.
Pidato disampaikan saat administrasi Donald Trump meningkatkan tekanan kepada Beijing.
"Dunia sedang memasuki masa transformansi dan turbulensi. Komunitas internasional saat ini menghadapi tes besar-besar dengan pilihan harus dibuat antara mulitlateralisme dan unilateralisme, keterbukaan dan penutupan, kerjasama dan konfrontasi," ujar Xi dalam pernyataannya kepada pemimpin negara di pertemuan virtual Shanghai Cooperation Organisation (SCO) Selasa lalu.
Pernyataan Xi tersebut secara tersirat menyebutkan beberapa kebijakan luar negeri dari Beijing kepada Washington.
Hubungan kedua negara memburuk selama era kepemimpinan Donald Trump.
Xi meminta negara-negara anggota SCO untuk "secara tegas melawan masuknya kekuatan luar dalam hubungan dalam negeri" mereka.
Negara-negara SCO antara lain China, India, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Uzbekistan.
Xi juga mengingatkan ancaman meningkatnya unilateralisme di dunia.
Unilateralisme adalah sebuah ungkapan yang sering dipakai Beijing untuk menyebut politik Washington yang tiba-tiba mundur dari perjanjian internasional.
Contohnya adalah perjanjian iklim Paris dan perjanjian nuklir Iran.
Ia juga memanggil kelompok itu untuk menahan masuknya "virus politik".
Virus politik adalah istilah yang dipakai untuk kampanye Washington mempertanyakan cara Beijing menangani pandemi virus Corona.
Kebijakan luar negeri AS kepada China
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan administrasi Trump lainnya telah meningkatkan tekanan terhadap China.
Hal tersebut tetap mereka lakukan meskipun sudah banyak sekali media raksasa yang menyebutkan kemenangan bagi Presiden Terpilih Joe Biden.
Trump menolak mengakui kekalahannya dan berjanji akan memerangi 'kecurangan' dalam pemilu tersebut.
Selasa kemarin, Pompeo mengatakan bahwa administrasi Trump belum selesai berurusan dengan China.
Dalam pernyataan terpisah ia juga mengatakan akan ada "transisi mulus kepada administrasi kedua Trump."
Pertemuan SCO diadakan sebagai bagian penanganan pemulihan ekonomi lokal dari pandemi.
Kyrgyzstan, yang baru saja juga mengadakan pemilu, sedang bergulat dengan pemberontakan.
SCO juga merupakan mitra wicara Armenia dan Azerbaijan, yang sedang berada di tengah konflik.
Pertemuan tersebut tergolong ganjal, karena ketegangan antara India dan China masih berjalan.
Sehingga pertemuan SCO merupakan pertemuan multilateral pertama yang dihadiri oleh Xi Jinping dan Narendra Modi sejak konflik meningkat Mei lalu.
Pernyataan Narendra Modi
Modi mengatakan sangat disayangkan jika ada upaya yang tidak perlu dilakukan untuk membawa isu bilateral ke dalam agenda SCO.
Ia meminta negara anggota SCO untuk menghargai integritas teritorial dan kedaulatan masing-masing negara.
"Untuk memperdalam hubungan (di antara SCO), perlu kita semua menghargai kedaulatan dan integritas wilayah masing-masing negara," paparnya.
Bagaimanapun kondisi pertemuan tersebut, pertemuan itu menghasilkan pernyataan gabungan dari semua anggota.
Anggota SCO berjanji akan melawan aksi unilateral dalam hubungan internasional.
Mereka juga akan mempromosikan hubungan regional tanpa gangguan sama sekali.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengecam "tekanan internasional" dalam pidatonya di pertemuan itu.
Ia mengecam sanksi kepada Belarusia yang diterapkan oleh Eropa dan AS semenjak Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menolak turun dari jabatannya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini