Penulis
Intisari-Online.com - Bersaing di peringkat teratas, bagaimana perbandingan kekuatan militer China dan India yang belakangan juga tengah terlibat ketegangan di perbatasan?
Bentrokan militer terjadi di perbatasan China dan India, membuat dunia memperhatikan perkembangan situasi antara kedua negara ini.
Pertarungan tanpa adu tembak antara China dan India pun memunculkan keprihatinan, karena setidaknya telah menewaskan 20 tentara India.
Sementara itu, dari pertarungan tersebut China tidak melaporkan adanya korban jiwa atau tentaranya yang luka-luka.
Meski sama-sama menempati peringkat teratas militer paling kuat, namun menurut Global Firepower, secara umum kekuatan militer China mengungguli India.
China berada di peringkat 3, hanya kalah dari Rusia dan Amerika Serikat.
Sementara India menyusul di peringkat 4, tepat di bawah China.
Lalu bagaimana perbandingan kekuatan militer keduanya di sektor udara, darat, dan laut? Berikut ini rinciannya.
Lagi-lagi China memimpin dengan persenjataan di berbagai sektor pertahanan.
Namun ternyata India mengungguli China untuk jumlah personel militernya, yaitu dengan 3.544.000 personel, sementara China memiliki 2.693.000 personel.
Meskipun, China memiliki tentara aktif lebih banyak, yaitu 2.183.000 pesonel dan sisanya 510.000 merupakan cadangan.
Dengan India memiliki personel militer aktif sebanyak 1.444.000 dan cadangan lebih banyak yaitu 2.100.000 personel.
Di sektor udara, India berhasil menempati peringkat ke-4 dari 138 negara, dengan total persenjataan 2.123 unit.
Namun peringkat itu masih di bawah China yang menempati peringkat ke-3 untuk kekuatan udaranya.
China unggul dengan 1.232 pesawat tempur, 371 pesawat serangan khusus, 911 helikopter, 281 helikopter serang, dan 111 pesawat misi khusus.
Sementara pesawat angkutan dan pesawat latihan milik India lebih banyak dari China.
Beralih ke sektor darat, China memiliki 3.500 tank, 33.000 kendaraan lapis baja, 3.800 artileri self-propelled, 3.600 artileri derek, dan 2.650 proyektor roket.
Sedangkan India memiliki 4.292 tank dan 4.060 artileri derek, mengungguli China. Kemudian 8.686 kendaraan lapis baja, 235 artileri self-propelled, dan 266 proyektor roket.
Untuk sektor lautnya, China cukup jauh di atas India yaitu berada di peringkat k2-2, dengan total aset persenjataan 777 unit, terdiri dari 2 kapal induk, 38 kapal perusak, 52 fregat, 50 korvet, 74 kapal selam, 220 kapal patroli, dan 29 mine warfare.
Dan India memiliki total aset persenjataan sektor lautnya sebanyak 285 unit, terdiri dari 1 kapal induk, 10 kapal perusak, 13 fregat, 19 korvet, 16 kapal selam, 139 kapal patroli, dan 3 mine warfare.
Bahkan, untuk anggaran pertahannya, China sangat jauh mengungguli India dan menjadi salah satu militer paling kaya di dunia dengan anggaran sebesar $ 237 miliar.
India memiliki anggaran pertahanan tahun 2020 sebesar $ 61 miliar.
Tentu dengan anggaran pertahanan tersebut, China dapat semakin mengokohkan keunggulan militernya.
Bagaimana pun, anggaran pertahanan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan militer suatu negara.
Mengutip Kompas.com yang melansir Times Now News, China telah memproduksi dan meluncurkan berbagai macam rudal balistik, mulai dari rudal jarak pendek hingga Rudal Balistik Antarbenua (ICBM).
Sementara itu Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) juga telah melakukan uji coba rudal balistik Prithvi-1 (jarak tempuh 150 km) dan Prithvi-2 (jarak tempuh 250 km), yang telah dimasukkan ke dalam angkatan bersenjata.
Armada jet tempur China pun disebut telah diperbarui, meski tidak semua armadanya bisa dikerahkan ke perbatasan India-China.
Purnawirawan petinggi militer India Ravinder S Chhatwal mengatakan, "Untuk meluncurkan pertahanan udara apa pun, pesawat tempur harus dikerahkan dekat perbatasan, kira-kira sekitar 200-300 km dari perbatasan musuh."
"Melawan India, China harus mengerahkan pesawat tempurnya di Tibet dan lapangan udara Xinjiang yang berdekatan.
"China memiliki 2.011 pesawat tempur, tetapi kebanyakan dari mereka dikerahkan di pesisir timur."
"Mereka tidak bisa mengerahkan semuanya melawan India karena terbatasnya lapangan terbang di Tibet."
Tibet disebutnya merugikan China dan sebaliknya menguntungkan India.
"Mereka (Tibet) hanya punya sekitar lima lapangan terbang utama (Kongka Dzong, Hoping, Pangta, Linzhi, dan Gargunsa), dan dua lainnya di Xinjiang (Hotan dan Kashgar)."
"Mereka sedang mengembangkan tiga lapangan terbang lagi di Tibet yang kemungkinan siap pada 2022," terangnya dikutip dari Times Now News.
Chhatwal melanjutkan, untuk untuk melaksanakan operasi pesawat tempur secara kontinu lapangan udara harus saling mendukung.
"Dengan saling mendukung, maksud saya, jika Anda lepas landas darilapangan terbang harus ada lapangan terbang lain di dekatnya dalam jarak 100-200 km, untuk dapat melakukan pengalihan dan lain-lain jika Anda memiliki lapangan terbang alternatif."
Di dua wilayah utara sektor Xinjiang, Hotan dan Kashgar jaraknya 450 km, sementara jarak antara Hotan dan Gargunsa adalah 550 km.
Hotan ke Korla jaraknya 750 km sehingga mereka tidak saling mendukung. Di Tibet barat, hanya ada satu lapangan terbang, Gargunsa.
Jika Gargunsa dibom oleh AU India, akan ada jarak 1.500 km antara Hotan dan lapangan udara terdekat Hoping, urai Chhatwal.
Chhatwal lalu menyimpulkan penjelasannya, dengan menguraikan bahwa untuk memarkir pesawat saat operasi tempur, itu harus dilakukan di tempat perlindungan yang tahan ledakan. Tapi, China tidak memiliki satu pun di wilayah tersebut.
Selain jumlah tentara, persenjataan, dan keuangan, faktor lain seperti geografis, sumber daya, dan logistik pun dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat kekuatan militer suatu negara.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari