Find Us On Social Media :

Mengapa Timor Leste Diam Saja Saat Australia Mengeruk Ladang Minyaknya? Rupanya Negara Itu Juga Alami Kutukan Ledakan Penduduk Usia Dini, Buat Tak Ada Orang yang Cakap Mengurusi Negaranya, 'Hanya Ada Milenial'

By Maymunah Nasution, Rabu, 11 November 2020 | 14:38 WIB

Penduduk Timor Leste yang kebanyakan masih terlalu muda jadi kutukan negara itu

Intisari-online.com - Hampir 20 tahun merdeka, Timor Leste seharusnya merayakan keberanian, tekad dan kehebatan mereka untuk bisa merdeka dari Indonesia.

Timor Leste saat ini merupakan negara bebas dan berdaulat.

Mereka telah mencapai kemajuan hebat mempertahankan kedamaian dan stabilitas negara itu.

Institusi demokrasi berhasil dibangun, jasa publik diperluas untuk mencapai wilayah perkotaan maupun wilayah yang masih terisolasi.

Baca Juga: Bikin Geleng-geleng Kepala, Gegara Masalah Tak Bisa Diselesaikan dengan Musyawarah, Pejabat Timor Leste Pilih Baku Hantam untuk Berebut Kursi Bicara, Uskup Agung sampai Turun Tangan

Peningkatan infrastruktur dasar seperti listrik, jalan raya dan fasilitas lain juga terus dilakukan oleh Timor Leste.

Namun negara itu masih menghadapi sejumlah tantangan.

Membangun pondasi perkembangan ekonomi berkelanjutan adalah salah satunya.

18 tahun merdeka, lebih dari 15 tahun ekonomi Timor Leste ditopang oleh ketergantungan hebat mereka dengan industri minyak bumi.

Baca Juga: Pantas Saja Meski Disokong Kekayaan Alam Melimpah Timor Leste Tetap Susah Kaya, Kemiskinan Merajalela, Rakyat dan Pemerintahnya Saja Begini Kelakuannya, Cuma Mau Enaknya Saja

Hal itu tetap mereka lakukan meskipun bisnis itu terus-menerus alami penurunan tren.

2017 lalu industri minyak bumi masih bernilai lebih dari 40% keseluruhan PDB.

Bahkan, lebih dari 90% ekspor total Timor Leste didapatkan dari minyak bumi.

Di luar industri minyak bumi, sektor publik lebih dominan, dengan konsumsi pemerintah dan investasi ibukota senilai seperempat dari PDB non-minyak.

Baca Juga: Jadi Simbol Fenomenal di Timor Leste, Patung Raksasa Ini Ternyata Tidak Sembarang Dibangun, Diberikan Indonesia oleh Presiden Soeharto untuk Hal Ini

Secara keterbalikan, pembagian sektor produktif seperti pertanian dalam PDB keseluruhan menurun dari 24% tahun 2000, sampai hanya 9,2% tahun 2016 kemarin.

Industri wisata diharapkan memerankan peran penting dalam penarikan pencari kerja dan pemasukan generasi mendatang.

Namun industri wisata Timor Leste masih 'balita', dan baru berada di tahap awal perkembangan mereka.

Industri itu baru menyerap 1.1% penjualan barang-barang dan ekspor jasa.

Baca Juga: Tanpa Menenteng Senjata, Inilah Pasukan Khusus Indonesia Berjuluk 'The Blue Jeans Soldier' yang Masuk ke Medan Tempur Timor Timur Menyamar sebagai Mahasiswa

Struktur ekonomi akan jelas terlihat dengan masuknya industri manufaktur.

Meningkatnya konsumsi lokal telah bertemu dengan impor barang dan jasa, yang menyulitkan industri lokal sulit tumbuh.

Bencana bonus demografi

Bicara tentang demografi negara Timor Leste, rupanya kondisi yang mirip terjadi di Indonesia juga terjadi di sana.

Baca Juga: Tak Hanya Beri Sokongan Biaya Pembangunan di Timor Leste, Industri Kecil di Negara Itu Ternyata Dibangun Oleh Orang China, 4.000 Orang China Diperkirakan Pindah Ke Timor Leste

Profil demografi Timor Leste telah menjadi tekanan ekonomi negara itu.

70% populasi Timor Leste berumur di bawah 30 tahun.

Hal ini menyebabkan ekonomi tidak bisa tumbuh.

Secara struktur, ekonomi mereka tidak bisa memenuhi membludaknya permintaan lapangan pekerjaan dan proporsi anak muda yang begitu tinggi.

Baca Juga: Hidup dalam Kemiskinan, Terhimpit Antara Indonesia dan Timor Leste, Penduduk di Daerah Ini Mendadak Terkejut Militer Indonesia Tiba-tiba Nongol, Apa yang Terjadi?

Penarikan para buruh masih didominasi di bisnis pertanian, yang merupakan sumber kehidupan untuk hampir 70% populasi di luar Dili.

Pemerintah tidak bisa bergantung pada ekonomi lokal untuk membiayai aktivitas mereka, sebuah tantangan yang sudah dicoba diubah oleh politikus negara itu.

Industri minyak bumi tetap menyediakan sekitar 85% pendapatan dan pengeluaran tahunan, sedangkan pendapatan dalam negeri menyumbang kurang dari 20% belanja negara.

Panduan untuk Reformasi dan Pertumbuhan Ekonomi 2015 dibuat untuk menguraikan cara-cara untuk mendiversifikasi ekonomi melalui pertanian, pariwisata dan manufaktur.

Baca Juga: Bukan Hanya Dari Australia Apalagi China, Sejak Merdeka Ternyata Timor Leste Mendapatkan Uang Sumbangan dari Negara-negara Ini, Pantas Saja Tak Mengalami Kesulitan Uang Meski Negara Miskin

Sektor swasta juga diharapkan menjadi mesin untuk pertumbuhan jangka panjang dan penciptaan lapangan kerja.

Pendekatan pemerintah berfokus pada sektor infrastruktur, yang memperoleh 30-40% belanja tahunan negara.

Infrastruktur di Timor Leste tidak dapat dikesampingkan.

Dulunya, 80% dari infrastruktur dasar dihancurkan oleh milisi pro-Jakarta, serta mendapat dukungan militer Indonesia setelah referendum kemerdekaan tahun 1999.

Baca Juga: Balibo Five, Pembantaian 5 Jurnalis di Timor Leste yang Terus Hantui Australia, Faktanya Disembunyikan Mati-matian

Selanjutnya Timor Leste mendapatkan donor internasional pada tahun-tahun berikutnya, tapi semua hampir habis untuk menutupi biaya administrasi lembaga bantuan internasional.

Sementara itu, kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur dasar terus meningkat.

Pemerintah pun mulai berinvestasi dalam infrastruktur negara, yang memberikan dampak positif seperti pertumbuhan jangka pendek.

Sekitar 80% total populasi, contohnya, telah memiliki akses atas listrik.

Baca Juga: Kisah Warga Timor Leste, Pilih Tinggal di Indonesia Ketimbang Timor Leste, Sebut Nasibnya Baik dan Serba Kecukupan, Tapi Mengganjal Hal Ini dari Indonesia

Perkembangan yang perlu dicatat lainnya adalah pembangunan jalan-jalan di negara itu, yang membantu para produsen untuk memasarkan hasil mereka dan mengurangi biaya transportasi.

Pembangunan itu juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara sementara di sektor pembangunan.

Namun itu semua hanya jangka pendek dan sementara saja, sementara tantangan ekonomi yang menghadang jauh lebih besar.

Sektor minyak bumi memang menyediakan pendapatan negara, tapi kelemahannya adalah industri ini tidak menyediakan dampak sekunder untuk ekonomi lokal.

Baca Juga: Demi Minyak Bumi di Timor Leste, Cara Kotor pun Dilakukan Australia Termasuk Halalkan Cara Picik Ini Memaksa Negara Miskin Itu Tunduk pada Australia

Industri ini juga tidak menumbuhkan sektor swasta lokal.

Kebanyakan kegiatan sektor swasta sifatnya kecil dan belum matang, bergantung pada subsidi pemerintah dan terkonsentrasi di Dilil.

Di luar ibu kota yang gemerlap, pertanian menjadi kegiatan ekonomi yang dominan.

Satu-satunya cara agar minyak bumi berdampak pada ekonomi domestik adalah melalui belanja negara, yang memberikan tekanan pada pemerintah dalam hal kebijakan fiskal.

Baca Juga: Menyelinap Secara Rahasia Untuk Bongkar Kondisi Timor Leste saat Invasi Indonesia, Jurnalis Ini Ungkap 'Alasan Gelap' Negara-negara Barat Tunggangi Indonesia Untuk Gempur Timor Leste

Meskipun pengeluaran pemerintah dapat merangsang konsumsi domestik, permintaan konsumen hampir seluruhnya dipenuhi oleh barang dan jasa impor.

Selain itu, warisan kolonialisme, pendudukan, dan konflik selama berabad-abad terus mempengaruhi dinamika kekuasaan formal dan informal, administrasi publik, pengaturan kelembagaan, dan modal manusia.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini