Penulis
Intisari-online.com -Sudah bukan rahasia lagi jika ada sosok-sosok taipan yang mengendalikan pemilihan umum.
Hal ini terutama terjadi di negara demokrasi dengan sistem ekonomi kapitalis.
Tidak terkecuali di Amerika Serikat.
Negara tersebut baru saja menyelenggarakan pesta demokrasi yang menyorot perhatian dunia.
Pemilihan umum AS kemarin memilih anggota DPR, anggota Senat dan juga Presiden dan Wakil Presiden.
Hasil Pemilu kemarin didapatkan bahwa kandidat Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris berhasil melengserkan petahana Republik Donald Trump dan Mike Pence.
Lengsernya Donald Trump dari Gedung Putih sebenarnya tidak mengherankan.
Banyak yang kecewa karena Trump tidak berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dan tidak memulihkan ekonomi negaranya.
Trump justru fokus pada kebijakan luar negeri seperti perlawanan dengan China di Laut China Selatan serta kebijakan yang mencekik di Timur Tengah.
Trump mendukung penuh aneksasi Tepi Barat oleh Israel, bahkan mendorong negara-negara Timur Tengah untuk normalisasi hubungan mereka dengan Israel.
Lantas dapat wejangan apa Trump sampai sebegitu getolnya mendukung Israel dan mencekik Palestina?
Rupanya, ada sosok taipan yang bayangi langkah politik Trump.
Hal ini cukup mengherankan bahwasanya Trump sendiri merupakan pebisnis, tapi ia malah membutuhkan sosok taipan untuk menghidupi politiknya.
Ialah Sheldon Adelson, pemilik kasino dan juga seorang miliuner.
Mengutip Guardian.com, Adelson merupakan pendana partai Republik.
Tahun 2015 ia hampir dipenjara atas bukti-bukti ia telah menyuap pejabat China dan bekerja dengan organisasi 'jahat' di cabang kasinonya di Macau.
Tuduhan tersebut menjadi titik penentu hidup Adelson, sebelumnya ia telah gelontorkan uang 150 miliar Dolar AS tahun 2012.
Jika dihitung dengan inflasi, ia telah gelontorkan uang sebanyak 242 Triliun Rupiah untuk gulingkan Barack Obama di pemilu 2012, tapi upaya tersebut gagal.
Namun kondisi dengan cepat berubah.
Tiga tahun sejak sidangnya, pengaruh Adelson terasa di mana-mana.
Soalnya, ia adalah sosok yang terlibat dalam keputusan politik kontroversial Trump.
Ia yang sebabkan Trump memilih melanggar perjanjian nuklir dengan Iran.
Adelson juga terlibat dalam pemindahan kedutaan besar Amerika di Israel ke Jerusalem.
Bahkan keputusan memilih John Bolton sebagai penasihat keamanan nasional juga karena pengaruh Adelson.
Logan Bayroff dari kelompok liberal pro-Israel, J Street mengemukakan: "Adelson berhasil mencapai posisi yang aman di politik AS berkat jumlah uang yang ia donorkan.
"Tidak ada keraguan jika ia memiliki posisi kuat yang sangat berbahaya dan secara praktisnya, posisi itu merupakan posisi tertinggi di pemerintahan."
Sidang dengar tahun 2015 tersebut tidak selesai, tapi miliuner tersebut menelan kesombongannya dengan membayar jutaan dolar untuk hentikan gugatan.
Namun, kasinonya masih berjalan dengan lancar, menjadikannya orang terkaya nomor 14 di AS tahun lalu.
Tidak hanya terapkan uang untuk lancarkan operasi kontroversial di Timur Tengah, Adelson juga gunakan uang untuk mendorong berlakunya undang-undang yang membantunya untuk hidup.
Dari melindungi bisnisnya yaitu judi online sampai perlawanan atas legalisasi marijuana.
Namun memang, campur tangannya yang paling licik adalah atas Israel.
Dukungan Adelson untuk Partai Republik sebagian besar dimotivasi oleh apa yang dia anggap sebagai dukungan mereka yang lebih dapat diandalkan untuk kebijakan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel.
Netanyahu memang mencegah pembentukan negara Palestina merdeka.
Adelson sampai berikan 82 juta Dolar di tahun 2016, atau untuk saat ini senilai 127 Triliun Rupiah kepada Trump dan kampanye Republik lainnya.
Donor tersebut lebih dari tiga kali lipat donor individu terbesar berikutnya.
Komitmen itu memberinya dengar pendapat yang penuh perhatian dari pemerintahan baru saat dia mendorong penunjukan Bolton sebagai penasihat keamanan nasional karena mengetahui bahwa dia akan menjadi sekutu penting dalam membuat Gedung Putih menghentikan kesepakatan nuklir Iran.
The New York Times melaporkan bahwa Adelson adalah anggota dari " Dewan Keamanan Nasional bayangan " yang menasihati Bolton.
Sehari setelah Trump mengumumkan bahwa AS menarik diri dari perjanjian Iran, Adelson dikabarkan telah mengadakan pertemuan pribadi di Gedung Putih dengan presiden, Bolton dan Wakil Presiden Mike Pence.
Adelson sangat berkomitmen untuk melindungi Israel di AS, dengan membayar markas baru untuk kelompok lobi pro-Israel paling kuat di Washington.
Saat ini, Adelson berkonsentrasi untuk memastikan Partai Republik tetap memegang kendali Kongres, dan mengalokasikan $ 30 juta untuk mendanai kampanye pemilu paruh waktu GOP.
Adelson tidak kalah aktifnya di Israel di mana dia memiliki surat kabar terbesar di negara itu, sebuah publikasi yang sangat terkait dengan pemerintahan Netanyahu sehingga dijuluki "Bibipaper" setelah julukan perdana menteri.
Hubungan pribadi dengan Netanyahu telah memburuk tetapi Adelson tetap berkomitmen pada agenda politik "Israel Raya" perdana menteri yang lebih luas dan untuk memperkuat hubungan antara Partai Republik dan Israel.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini