Find Us On Social Media :

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Masalah Covid-19 Belum Tuntas, Kini Presiden Jokowi Ingatkan Sebagian Besar Wilayah Indonesia Bisa Alami Bencana Alam Ini

By Mentari DP, Kamis, 15 Oktober 2020 | 09:20 WIB

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

Intisari-Online.com - Saat ini, hampir seluruh warga Indonesia tengah berjuang menghadapi virus corona (Covid-19).

Di mana kita semua berusaha sebaik mungkin untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga.

Apalagi kasus Covid-19 di Indonesia semakin melonjak tajam.

Nah, belum usai masalah pandemi Covid-19 ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi potensi bencana di musim hujan.

Baca Juga: Covid Hari Ini 15 Oktober 2020: Indonesia Peringkat ke-19 Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, Ada 53 Daerah Berstatus Zona Merah, Kota Anda Masuk?

Dikutip Kompas.com pada Selasa (13/10/2020), Jokowi mengatakan akumulasi curah hujan pada 2020 ini akan naik 20-40 persen.

Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas tentang persiapan penanganan bencana hidrometeorologi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/10/2020).

"Laporan yang saya terima dari BMKG, fenomena La Nina diprediksi akan menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia akan naik 20-40 persen di atas normal," ucap Jokowi.

Karena itu, pihaknya ingin agar semua pihak menyiapkan diri, mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi. 

Baca Juga: 10 Negara dengan Utang Luar Negeri Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 7, Segini Banyak Besar Utang Pemerintah, 'Dalam 10 Tahun Utang Indonesia Terus Naik'

Apa itu La Nina?

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indra Gustari menjelaskan, La Nina merupakan anomali sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik.

Selain itu, atmosfer di atas Samudera Pasifik juga berubah dari keadaan netral (normal) minimal berlangsung selama 2 bulan.

"Saat fenomena La Nina yang terjadi adalah pendinginan yang tidak biasa, yaitu anomali suhunya melebihi -0.5 derajat celcius di area yang sama," kata dia saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (14/10/2020). 

Indra mengatakan saat La Nina, Angin Passat (trade wind) dan kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik barat.

Hal itu termasuk perairan Indonesia yang menjadi lebih hangat dari biasanya.

Sedangkan Samudra Pasifik bagian tengah lebih dingin dari biasanya.

Lalu termoklin akan lebih dangkal di timur.

Sehingga, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling.

Dia menambahkan, konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat.

 

Baca Juga: Gemetar dan Ketakutan Saat Jadi Buronan TNI, Beginilah Kondisi Pemimpin KBB Timor Leste Xanana Gusmao saat Ditangkap, Mendekam di Balik Lemari

Indra mengatakan, secara umum dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca/iklim di Indonesia adalah peningkatan curah hujan.

Namun kondisi topografi yang berbeda menyebabkan dampak La Nina tidak seragam di seluruh wilayah.

Indra juga mengatakan, berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian keadian sebelumnya.

Dampak La Nina berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia.

Adapun wilayah tersebut diungkapkannya, bervariasi secara spasial dan temporal.

Mewaspadai La Nina

Dia mengatakan La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Sehingga masyarakat perlu mewaspadai dampak bawaan dari curah hujan tinggi, yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

"Misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir."

"Misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih," kata Indra.

 

Baca Juga: Terinfeksi Covid-19 hingga Tak Bisa Kampanye dan Ikut Debat, Putra Donald Trump: Ayah Saya Kehilangan Banyak Uang untuk Calonkan Diri Sebagai Presiden

Dia mengatakan, pihaknya mengharapkan masyarakat tetap waspada dan memantau informasi terbaru cuaca dan iklim dari BMKG.

Selain itu bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor untuk berhati-hati.

Sebelumnya diberitakan Kompas.com pada Minggu (11/10/2020), berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG), prakiraan dampak La Nina terjadi pada akhir 2020 hingga awal 2021.

Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki musim hujan sejak Oktober hingga November 2020.

Wilayah tersebut meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah bagian barat.

(Nur Fitriatus Shalihah)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi Peringatkan soal La Nina, Kenali Dampak dan Hal yang Diwaspadai")

Baca Juga: Jadi Raja Terkaya dengan Kekayaan Rp1.032 Triliun, Nyatanya Raja Thailand Ini Lebih Suka Bersenang-dengan dengan Puluhan Selirnya di Jerman Dibanding Urus Rakyatnya