Find Us On Social Media :

Gulungan Film Ditimbun di Kuburan, Disembunyikan di Celana Dalam, Satu-satunya Bukti Video yang Menangkap Peristiwa Pembantaian Santa Cruz, Mengubah Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Timor Leste

By Khaerunisa, Rabu, 14 Oktober 2020 | 16:09 WIB

Max Stahl di pemakaman Santa Cruz: salah satu dari sedikit jurnalis asing yang bekerja secara diam-diam di negara itu, dia merekam tentara yang menembak, memukuli, dan menyeret orang pergi.

Baca Juga: Keculasan Satu Negara Ini Terkuak: Pemimpin Negara Ini Rupanya Penyulut Api di Konflik Nagorno-Karabakh, Ahli: Dia Manfaatkan Situasi Dengan Sempurna, Azerbaijan dan Armenia Hanya Dimanfaatkan!

“Mereka melihat kamera, dan mereka ingin dunia melihat.

"Mereka sekarat di sekitarku, tapi mereka yang selamat kemudian mengatakan ini padaku - yang lebih penting daripada fakta kematian mereka adalah bahwa kematian mereka bermakna; bahwa semua ini harus 'untuk' sesuatu," ungkapnya.

Saat itu, ia yang berada di tengah kekacauan itu ditangkap untuk diinterogasi.

Namun, sebelum ditangkap ia masih sempat mengubur dua gulungan film di kuburan tempat peristiwa mencekam itu terjadi.

Reaksinya yang cepat menyelamatkan gulungan film itulah yang membuat sebuah bukti video dapat sampai ke mata dunia.

Baca Juga: Punya Jabatan Mentereng Bergaji Rp2 Miliar Per Tahun, Pria Ini Malah Serahkan Semua Asetnya, dan Hidup Sederhana di Gunung Selama 5 Tahun Tanpa Membawa Uang Sepeserpun

Malam itu, setelah diinterogasi selama sembilan jam, dia kembali mengambil dua gulungan film itu.

Rekaman Stahl, yang merupakan satu-satunya bukti video yang ada, diselundupkan ke luar wilayah beberapa hari kemudian.

Mengutip irishtimes.com, rekaman itu membawa titik balik dalam sejarah Timor Lorosa'e: mengingatkan dunia akan kekejaman yang terjadi di sana; mendapatkan, akhirnya, dukungan internasional yang luas untuk perjuangan rakyat Timor; dan menempatkan negara kecil di Asia Tenggara ini di jalan menuju penentuan nasib sendiri.

Dalam perkembangan yang mengejutkan sekaligus ironis, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia dan penyiksaan, yang sedang mengunjungi Dili, menolak terlibat.