Penulis
Intisari-Online.com - Indonesia semakin bergejolak.
Ketika semua orang membicarakan omnibus law UU Cipta Kerja yang baru saja disahkan oleh DPR RI, kita seakan lupa soal pandemi virus corona (Covid-19).
Sebab, semakin hari jumlah kasus virus corona di Indonesia semakin tinggi.
Bahkan setelah tujuh bulan berjalan, belum ada tanda-tanda penularan virus corona berkurang.
Data pemerintah memperlihatkan bahwa penularan virus bernama ilmiah SARS-CoV-2 itu terus terjadi, yang terlihat dari semakin banyaknya kasus Covid-19.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperlihatkan bahwa berdasarkan data pada Rabu pukul 12.00 WIB ini, ada 4.538 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 di Indonesia kini berjumlah 315.714 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.
Informasi ini disampaikan Satgas Covid-19 melalui data yang diterima wartawan pada Rabu sore.
Data juga bisa diakses publik melalui situs Covid19.go.id dan Kemkes.go.id, dengan update informasi setiap sore.
Pasien sembuh dan meninggal
Meski kasus Covid-19 terus bertambah, pemerintah berusaha menumbuhkan harapan dengan memperlihatkan semakin banyaknya pasien yang kini sembuh.
Ada penambahan 3.854 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh dalam sehari.
Mereka dianggap sembuh berdasarkan pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang memperlihatkan hasil negatif virus corona.
Dengan demikian, total saat ini ada 240.291 pasien Covid-19 yang sembuh dan dianggap tidak lagi terinfeksi virus corona.
Akan tetapi, masih ada kabar duka dengan bertambahnya pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Pada periode 6 - 7 Oktober 2020, ada 98 pasien Covid-19 yang tutup usia.
Sehingga, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia kini berjumlah 11.472 orang.
Dengan melihat data tersebut, maka jumlah kasus aktif Covid-19 di Tanah Air kini berjumlah 63.951 orang.
Selain kasus aktif, pemerintah juga mengungkap bahwa saat ini ada 142.213 orang berstatus suspek.
Data spesimen
Sebanyak 4.538 kasus baru Covid-19 didapatkan pemerintah setelah melakukan pemeriksaan terhadap 44.212 spesimen dalam sehari.
Pada periode itu, ada juga 32.167 orang yang diambil sampelnya untuk pemeriksaan spesimen.
Hingga saat ini, pemerintah sudah melakukan pemeriksaan 3.595.719 spesimen terhadap 2.177.675 orang yang diambil sampelnya.
Sebagai catatan, satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari satu kali.
Kasus Covid-19 di Indonesia saat ini sudah tercatat di semua provinsi, dari Aceh hingga Papua.
Secara rinci, ada 498 kabupaten/kota dari 34 provinsi yang mencatat kasus Covid-19.
Ini artinya lebih dari 96 persen wilayah di Indonesia sudah terdampak penularan virus corona.
Di bawah standar WHO
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, kapasitas tes usap (swab) di Indonesia masih di bawah standar yang ditentukan World Health Organization ( WHO).
Meskipun Covid-19 telah mewabah selama enam bulan sejak kasus pertama diumumkan 2 Maret 2020, kapasitas tes usap juga masih di bawah standar WHO.
"Jumlah tes kita belum mencapai standar WHO."
"WHO menyebutkan, standar testing per minggu adalah 1 per 1.000 penduduk," kata Wiku lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (2/9/2020).
"Faktanya populasi Indonesia 267 juta."
"Artinya testing di Indonesia setidaknya harus 267.000 orang per minggu dan ini masih jauh dari standar. Kita masih 95.000 orang per minggu," lanjut Wiku.
Untuk itu, pemerintah saat ini mengupayakan sebisa mungkin untuk mengejar ketertinggalan kapasitas tes usap menjadi 267.000 orang per minggu.
"Dan strategi kita ke depan adalah menaikkan tracing dan testing, melalui puskesmas."
"Indonesia memiliki layanan kesehatan puskesmas dan posyandu yang punya fungsi mendukung pencegahan Covid-19," ujar Wiku.
"Untuk mendukung hal ini, peningkatan kapasitas lab dilakukan, termasuk oleh swasta," lanjut dia.
(Haryanti Puspa Sari/Rakhmat Nur Hakim)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "UPDATE: Bertambah 4.538, Kasus Covid-19 Indonesia Kini 315.714 Orang" dan "6 Bulan Pandemi, Kapasitas Tes Usap Masih Jauh di Bawah Standar WHO")