Viral WNI Liburan ke Korea Utara, Orang Bisa Dipenjara Justru Gara-gara Hal yang Wajib Dilakukan di Indonesia Ini

Tatik Ariyani

Penulis

Jika di Korea Utara, orang dilarang bertransaksi dengan mata uang setempat, di Indonesia justru sebaliknya.

Intisari-Online.com- Seorang pengguna TikTok Warga Negara Indonesia (WNI) membagikanpengalaman liburannya ke negara Korea Utara.

Kontenyang pertama kali dibagikan oleh akun @kharismuda itu pun menjadi viral.

Dalam video tersebut, dia membagikan pengalamannya selama liburan ke negara tersebut.

Hingga Jumat (2/10/2020) konten milik @kharismuda telah ditonton lebih dari 2,3 juta kali oleh warganet.

Baca Juga: Habis-habisan Demo Perdana Menterinya, Warga Israel Kini 'Dibungkam' Pakai Undang-undang Ini, Pencegahan Virus Corona Cuma Kedok?

Kepada Tribunnews Haris membagikan cerita lengkapnya saat bisa mengunjungi Korea Utara.

Dirinya mengaku wisata tersebut dirinya lakukan pada awal bulan April 2019 yang lalu.

Haris sendiri memulai perjalannya dari Kota Jakarta kemudian terbang menggunakan pesat menuju Kota Shenyang dan berlanjut ke Kota Dandong.

Perlu diketahui dua kota tersebut terletak di negara China.

Baca Juga: Segera Setelah Presiden AS Donald Trump Positif Terinfeksi Covid-19, Ini Sederet Fakta yang Perlu Dikonfirmasi Lebih Lanjut, Sehabis Debat, Apakah Biden Positif Juga?

"Kota Dandong sendiri merupakan kota perbatasan antara China dengan Korea Utara."

"Kemudian perjalanan lanjut ke Ibu Kota Korea Utara, Pyongyang dengan menggunakan kereta selama kurang lebih 8 jam," kata Haris.

Haris menyebut negara China merupakan akses satu-satunya untuk bisa masuk ke Korea Utara.

Selain itu, berkunjung serta mengurusan visa kunjungan ke Korea Utara harus menggunakan travel agency resmi yang ditunjuk langsung oleh negara tersebut.

"Kita tidak bisa sembarangan atau pergi secara mandiri buat jalan-jalan ke sana, memang harus travel resmi dari pemerintah sana," ucap Haris.

Ketika ditanya asalan Haris memilih Korea Utara sebagai destinasi wisata, ia menjawab negara yang memiliki luas 120.540 km² tersebut telah masuk dalam bucket list-nya.

Dirinya juga telah melakukan berbagai persiapan untuk melakukan perjalanan ini.

Mulai mencari informasi cara masuk ke Korea Utara hingga melakukan riset.

"Sudah saya pelajari sejak lama dan baru bisa berangkatnya bulan April tahun lalu," ujar dia.

Sedangkan motivasi keduanya, Haris mengaku ingin membuktikan kebenaran dari media yang selama ini memberitakan kondisi Korea Utara.

Dirinya mengaku mendengar jika negara ini dibanjiri pemberitaan negatif.

"Benar ndak sih seserem seperti yang kita denger, seserem yang banyak orang bilang begitu, karena mungkin pada orang takut Korea Utara kan negara komunis. Dan ketika ke sana ndak bisa balik atau gimana-gimana," urai Haris.

Baca Juga: Prancis Mulai Berisik soal Perang Armenia-Azerbaijan, Turki: Kalau Tak Mau Kami Ikut Campur, Anda pun Harus Mundur!

Tempat yang Dikunjungi

Haris mengaku hampir mengeksplor seluruh negara Korea Utara, mulai Kota Pyongyang, museum Koryo hingga perbatasan dengan Korea Selatan.

Namun, baginya hal yang paling menarik dan mencuri perhatian adalah kehidupan warganya setempat.

"Yang paling mengesankan adalah bisa melihat kehidupan warga di sana secara langsung dengan mata dan kepala saya sendiri. Itu merupakan daya tarik tersendiri," ujar Haris.

Haris kemudian mencetikan sisi lain dari Korea Utara.

Ia menyebut negara tersebut ternyata tidak macet sama sekali.

Selain itu, ketika Haris berkunjung ke kota kecil yang bernama Kaesong bebas dari kemiskinan dan kegiatan mengemis.

"Tour guide kita bilang kalau di Korea Utara ada warga yang tidak tidak punya pekerjaan, dikasih pekerjaan dan diberikan subsidi buat keperluannya sehari-hari," lanjut Haris.

Kondisi Penjagaan

Haris kemudian menceritakan kondisi penjagaan di negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un ini.

Ia mengatakan kondisi Kota Pyongyang tidak dijaga dengan ketat.

Namun kondisi dan suasa berbeda terlihat di desa Desa Panmunjom.

Desa ini masuk dalam demilitarized zone (DMZ) yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Korea Selatan.

"Banyak tentara di sana yang mengasi, kita ke sana dikawal oleh tentara," beber Haris.

Baca Juga: Kini Positif Covid-19, Sehari Sebelumnya Trump Baru Saja Dinobatkan Sebagai 'Bapak Misinformasi Covid-19', Picu 30 Ribu Hoaks

Harus Patuh dengan Tour guide

Haris menyebut selama di Korea Selatan, dirinya selalu didampingi oleh tour guide setempat.

Setiap ingin melakukan perjalanan Hari mendapatkan briefing dari tour guide tersebut.

Terutama untuk menjelaskan apa saja yang boleh dan apa yang tidak dilakukan.

"Misalkan kalau foto-foto, mana yang boleh difoto dan mana yang tidak. Dan kalau mau foto pemimpin dan leluhur di sana harus full tidak boleh ke potong."

"Kita juga tidak boleh jauh-jauh dari tour guide. Kita juga tidak boleh membawa atau membawa pulang uang Korea Utara."

"Jadi saat berbelanja, kita pakai dollar atau uang China. Kalau ada orang asing bawa uang Korea Utara keluar itu tindakan kriminal," urai Haris.

Terakhir Haris berharap dengan videonya yang viral dapat membagikan kondisi negara sesungguhnya.

"Saya pengen cerita jika Korea Utara tidak semenakutkan seperti kita denger selama ini. Korea Utara itu cantik banget, worth it berkunjung ke sana. Menajubkan buat saya sendiri," tandasnya.

Jika di Korea Utara, orang dilarang bertransaksi dengan mata uang setempat, di Indonesia justru sebaliknya.

Di Indonesia, adalah hal yang wajib dilakukan untuk bertransaksi menggunakan mata uang rupiah.

Melansir Kontan.co.id, dari hasil survei Bank Indonesia (BI), diketahui sekitar 90% transaksi pada sektor perhotelan, art shop, dan toko handycraft di Bali menggunakan mata uang asing yakni dollar Amerika Serikat (AS).

Penggunaan mata uang asing di wilayah Indonesia ini, tentu saja akan membawa dampak negatif bagi perekonomian Indonesia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Bali, Dewi Setyowati kepada Tribun Bali mengatakan, sejauh pengamatan pihaknya transaksi menggunakan mata uang dolar Amerika hanya untuk memudahkan transaksi terutama, dengan wisatawan asing.

Dikatakannya, penggunaan transaksi menggunakan mata uang rupiah akan berpengaruh pada kekuatan nilai tukarnya sehingga dapat menekan permintaan mata uang asing khususnya dollar AS.

Untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, serta menindaklanjuti fenomena tersebut, Bank Indonesia telah bekerja sama dengan Polda Bali untuk melakukan pengawasan penggunaan uang rupiah di wilayah Bali.

"Penindakan menjadi tugas kepolisian, kita hanya mensosialisasikan," kata Dewi disela-sela acara sosialisasi kewajiban penggunaan uang rupiah dan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran di Kantor Bank Indonesia Wilayah Bali, Kamis (5/3).

Baca Juga: Sudah Bertekad Bangun Pabrik Senjata Sendiri, Pakar Sebut Australia Bisa Kalah Telak dari China Jika Perang Indo-Pasifik Benar-benar Bergejolak, Urusan Senjata Kecil Ini Sebabnya

Endra Kurniawan

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Viral Video TikTok Liburan ke Negara Komunis, WNI Ini Buktikan Korea Utara Tak Seseram Dugaannya

Artikel Terkait