Penulis
Intisari-Online.com - Ingin tahu ramuan obat penurun panas untuk anak?
Ada banyak obat penurun panas untuk anak yang terbuat dari bahan herbal.
Obat penurun panas ini dapat diberikan pada si kecil, sehingga ibu jangan cepat panik ketika melihat buah hati demam.
Salah satu pengobatan yang dilirik untuk mengobati demam pada bayi maupun balita adalah ramuan herbal atau obat tradisional.
Baca Juga: Ini Dia Obat Penurun Panas Alami untuk Obati Karena Virus dan Pilek
Pengobatan ini dinilai lebih aman karena tidak mengandung bahan kimiawi yang dapat merusak tubuh, namun khasiatnya tak kalah efektif.
Bawang Mewah
Salah satu obat ampuh untuk mengatasi demam adalah bawang merah.
Bahan bumbu ini sejak dulu terkenal efektif untuk menurunkan demam pada bayi.
Saat si kecil demam, tubuh si kecil pun dibaluri ramuan herbal ini.
Ternyata, kandungan yang ada pada bawang merah sangat baik untuk kesehatan si kecil, termasuk mengobati demam.
Di antaranya minyak atsiri, sikloaliin metilaliin, kuersetin, dan juga floroglusin.
Semua kandungan di atas bermanfaat untuk menurunkan demam pada bayi dan balita.
Baca Juga: Peduli Tubuhmu Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D, Ini yang Terpenting!
Cara Membuat:
Parut atau iris tipis beberapa buah bawang merah, tambahkan juga sedikit minyak kelapa.
Setelah ramuan jadi, balurkan ramuan ini pada tubuh bayi dan tunggu hasilnya.
Ramuan ini dapat diberikan dua kali sehari.
Jangan lupa untuk membersihkan baluran ini pada tubuh si kecil dengan memandikan bayi secara teratur setiap hari.
Lidah Buaya
Selain bawang merah dengan minyak kelapa, lidah buaya juga bisa Anda manfaatkan sebagai obat penurun panas.
Tanaman ini menghasilkan dua zat, yaitu gel dan lateks.
Gel adalah zat bening seperti jeli yang berasal dari bagian dalam daunnya.
Sementara lateks berwarna kuning berasal dari tepat di bawah kulit tanaman.
Beberapa produk yang memanfaatkan tanaman ini biasanya dibuat dari seluruh daun yang dihancurkan sehingga mengandung kedua zat.
Masing-masing zat ini tentu memiliki khasiatnya.
Gel lidah buaya biasanya digunakan untuk pengobatan luar dengan mengoleskannya seperti untuk jerawat, radang dingin, ruam popok, ketombe, luka bakar, dan sebagainya.
Lalu lateks biasanya digunakan sebagai obat dengan cara diminum, seperti sebagai obat pencahar untuk sembelit. Selain itu asma, diabetes, hingga melancarkan periode menstruasi.
Terkait pemanfaatan lateks untuk pengobatan, sebagian orang mungkin termasuk ke dalam kelompok yang sebaiknya tidak menggunakannya.
Seperti anak di bawah usia 12 tahun, ibu hamil dan menyusui,menjelang operasi, dan lainnya.
Namun untuk gel, yang juga digunakan untuk menurunkan panas, relatif aman.
Efek samping gel lidah buaya hanya terjadi sesekali, seperti kulit mengalami sensasi terbakar dan gatal-gatal.
Jika seseorang yang akan diobati menggunakan gel lidah buaya ini tidak memiliki kulit yang terlalu sensitif, biasanya aman saja menggunakan tanaman ini.
Nah, sampailah kita pada cara menurunkan panas dengan lidah buaya.
Bagaimana cara menggunakannya?
Pertama, ambil lidah buaya yang dagingnya sudah tebal dan panjang.
Kedua, kupas dan bersihkan.
Ketiga, ambil gelnya untuk dioles ke bagian kulit. Gel inilah yang dapat membantu menurunkan panas.
Kemudian oleskan gel pada bagian tubuh tertentu, terutama kening. Gunakan lidah buaya secukupnya.
Untuk hasil yang lebih optimal, Anda bisa memasukan lidah buaya ke dalam lemari pendingin lebih dahulu sebelum dioleskan. Simpanlah sekitar setengah jam.
Mudah ya cara memanfaatkan lidah buaya untuk menurunkan panas ini?
Jika ingin, mengonsumsi lidah buaya dengan cara diminum saat demam juga bisa dilakukan.
Lidah buaya dapat membantu penderita demam untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.
Enzim yang ada di dalam lidah buaya memecah protein yang kita makan menjadi asam amino.
Yang lalu mengubah enzim menjadi bahan bakar untuk setiap sel dalam tubuh, yang memungkinkan sel berfungsi dengan baik.
Kandungan di dalam lidah buaya merangsang sistem kekebalan tubuh dan membunuh infeksi.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini