Musuhnya Bukan Hanya Manusia, Ini Kisah Pertempuran Sengit Tentara Indonesia di Timor Leste, Berangkat 30 Prajurit Pulang Hanya Tersisa 9 Orang

Khaerunisa

Penulis

Di masa lalu, pertempuran demi pertempuran terjadi di Timor Leste antara tentara Indonesia melawan pasukan Bumi Lorosae

Intisari-Online.com - Di masa lalu, pertempuran demi pertempuran terjadi di Timor Leste antara tentara Indonesia melawan pasukan Bumi Lorosae.

Dalam pertempuran itu, tentara Indonesia harus menghadapi medan yang berat, belusukan ke hutan dan gunung di Timor Leste.

Salah satu kisah dramatisnya tertuang dalam '328 Para Battalio, The Untold Stories of Indonesian Legendary Paratroopersm Setia-Perkasa-Rendah Hati' terbitan Elex Media Komputindo.

Dalam buku itu mengungkap cerita mengungkap kisah yang dituturkan oleh seorang prajurit yang selamat dari medan perang di Timor Timur.

Baca Juga: Menyamar Jadi Gondrong Demi Mengecoh Fretilin di Timor Leste, Ini Kisah Penuh Tantangan Tentara Indonesia hingga Memakan Korban Jiwa

Salah satunya adalah pengalaman 30 prajurit ABRI yang dikisahkan dalam buku '328 Para Battalion, The Untold Stories of Indonesian Legendary Paratroopers, Setia-Perkasa-Rendah Hati' terbitan Elex Media Komputindo.

Dari 30 prajurit ABRI yang diberangkatkan, cuma 9 orang yang pulang dengan selamat.

Pertempuran itu berlangsung sengit, tentara Indonesia juga bukan menghadapi musuh manusia saja, melainkan juga alam dan penyakit.

Kronologi ceritanya dibeberkan oleh seorang prajurit ABRI bernama Sersan Mayor Didin Somantri.

Baca Juga: Bermasalah dengan Kolesterol Turunkan dengan Jus Buah dan Sayuran, Bisa Dibuat dengan Apa Saja? Ini Dia! Bahan-bahan Bakunya Mudah Didapat Kok!

Didin Somantri memiliki pengalaman tempur yang mumpuni saat menjalankan misi di Mapenduma.

Saat operasi di Timor Timur pada tahun 1978 lalu, Didin Somantri dan rekan-rekannya ditugaskan dalam misi perebutan Matabean.

Didin Somantri yang merupakan ahli navigasi darat mengungkapkan, Batalyon 328 saat itu mendapatkan tugas merebut sasaran Matabean.

Menurutnya, saat itu selain medan tempur Matabean yang sangat berat, masyarakat setempat menurut Didin juga memiliki posisi yang menguntungkan.

Baca Juga: AS-China Kian Panas dengan Ketegangan Akan Berlangsung Tanpa Batas, Banyak Pebisnis Amerika di China Was-was, AS Tidak Akan Kehilangan Uang?

Sebab, dengan kekuatan empat kabupaten, yaitu Bacau, Pile, Langen, dan Los Palos, mereka memiliki posisi yang lebih memungkinkan untuk melemparkan batu dari ketinggian tebing.

"Jadi pertempuran tak seimbang," tulis Didin dalam buku tersebut.

Didin Somantri saat itu mendapatkan tugas sebagai penembak senapan kompi C Peleton 2.

Akibat pertempuran yang tak seimbang itu, sejumlah personel prajurit ABRI pun gugur.

Baca Juga: Kebrutalan Meningkat, China Serius Pertimbangkan Potong Akses Obat-obatan Untuk AS, 'Berani Beri Kami Lebih Banyak Sanksi Maka Kami Potong Ekspor Obat!'

"Danton Didi Haryadi gugur. Dari 30 prajurit, yang bisa kembali hanya 9 prajurit," tulis dalam buku tersebut.

Sehingga, bisa jadi yang gugur dalam pertempuran itu mencapai 21 orang.

Dalam buku itu disebutkan, sasaran 7 merupakan sasaran yang paling berat.

Didin Somantri ingat betul, saat itu dirinya diminta mengawal Edi Sudrajat, yang saat itu pasukannya juga masuk ke lereng Gunung Tiba Silo.

Baca Juga: Saking Mengerikannya, Kisah Tragis Junko Furuta yang Dibunuh Setelah Dirudapaksa 44 Hari Sampai Diadaptasi Jadi Anime dan Manga

Di sana banyak mata-mata orang sipil, bahkan perempuan yang membawa granat.

Maka sebagai pengawal, Didin Somantri yang juga jago bela diri ini tetap siaga.

Oleh karena itu, menurut Didin Somantri, untuk memenangkan pertempuran di tempat itu membutuhkan taktik yang jitu.

Terlebih, musuh saat itu tidak hanya manusia, melainkan juga alam dan penyakit.

Baca Juga: Dijuluki Raja dengan Istri Terbanyak di Dunia, Inilah Raja Moulay Ismail, Punya 500 Istri Berhubungan Badan Setiap Malam Selama 32 Tahun, Jumlah Anaknya Mencengangkan

7 Prajurit ABRI Digempur Ratusan Fretilin

Pertempuran tak kalah sengit juga dialami Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 501.

Tujuh prajurit ABRI dari Batayon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 501, harus bertahan mati-matian saat menahan gempuran Fretilin.

Bukan tanpa alasan para prajurit Yonif Linud 501 tersebut tak berkutik, musuh yang mereka hadapi saat itu jumlahnya mencapai ratusan.

Meski pada akhirnya mereka dapat melawan balik berkat bantuan pasukan marinir.

Baca Juga: Jamal Khashoggi Sudah Dibunuh Secara Kejam, Para Pembunuh Batal Dihukum Mati, Tapi Keluarga Justru Sebut Hal Itu Adil

Dilansir dari Sosok.grid.id dalam artikel 'Sengit! Kisah Pertempuran Marinir Indonesia Menyapu Habis Kombatan Timor Timur : Maju Terus!', kronologinya berawal saat pasukan dari Batalyon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 501 berangkat dari markasnya menuju Baucau, Timor-Timur pada bulan Maret 1983.

Yonif Linud 501 saat itu dipimpin oleh Letkol Inf Sujana.

Misi mereka ialah mengadakan kontak damai dengan para milis kemerdekaan Timtim.

Pada 9 Maret 1984, Wakil Komandan Batalyon Mayor Inf Wibisono memerintahkan Serda Trilis untuk menjemput dan mengawal Panglima ABRI Benny Moerdani dalam rangka kunjungan di Timtim.

Baca Juga: Beraneka Ragam Wajah Donald Trump Dikuak Oleh Penulis Buku Ini: 18 Wawancara Donald Trump Tanpa Filter Apapun, 'Bisa Serius, Namun Sering Kali Mengecewakan'

Serda Tilis beserta 8 personel Yonif Linud 501 bergerak menuju distrik Viqueque menggunakan 4 kendaraan Land Rover untuk menjemput Benny Moerdani.

Jangan bayangkan perjalanan tersebut akan melewati jalan-jalan mulus.

Di Timtim, jalan-jalan beraspal hanya ada di kota-kota besar macam Baucau dan Dili.

Benar saja pukul 02.30 WIT salah satu kendaraan Land Rover Yonif 501 mogok di tengah hutan rimba.

Untungnya mobil dapat diperbaiki dan bisa melanjutkan perjalanan.

Baca Juga: Inilah 7 Binatang Tercantik di Israel, Salah Satunya Jadi Nama Pasukan Militer Israel 'Mematikan' yang Sebagian Besar Anggotanya Wanita

Setelah dua jam melanjutkan perjalanan, pada pukul 04.30 WIT 10 Maret 1984, kesembilan personel Yonif Linud 501 dihadang ratusan milisi Fretilin di gunung Baunoraq perbatasan Osso-Viqueque.

Milisi Fretilin langsung menghujani keempat kendaraan Land Rover dengan tembakan gencar

Belum sempat memberikan perlawanan, Serda Tilis sebagai pimpinan para personel Yonif Linud 501 tertembak lengan kanannya.

Ia tewas saat itu juga.

Baca Juga: Beraneka Ragam Wajah Donald Trump Dikuak Oleh Penulis Buku Ini: 18 Wawancara Donald Trump Tanpa Filter Apapun, 'Bisa Serius, Namun Sering Kali Mengecewakan'

Mengetahui hal ini kedelapan personel Yonif Linud langsung keluar mobil sambil berlindung dan membalas tembakan milisi Fretilin.

Satu lagi personel Yonif Linud 501, Pratu Imam terkena tembakan dan meregang nyawa.

Sadar kalah jumlah, sisa personel Yonif Linud 501 yang tinggal tujuh orang tetap nekat bertahan dari serangan Fretilin menggunakan rifle SS-1.

Bagai neraka dunia, ketujuh personil Yonif Linud 501 itu dihujani tembakan dari segala arah.

Baca Juga: Menang Lotere Rp52 Miliar, Pasangan Suami Istri Ini Tak Menggunakan Uang Tersebut, Justru Pilih Bekerja Keras dan Hidup Sederhana, 25 Tahun Kemudian Terungkap Alasan Mengejutkan

Tahu lawannya terdesak, ratusan milisi Fretilin meneriakkan "Apanca Maubere!" yang berarti "maju terus" untuk segera menghabisi sisa personel Yonif Linud 501.

Antara hidup dan mati, tujuh personel Yonif Linud 501 berusaha menahan serangan Fretilin.

Milisi Fretilin semakin dekat, namun ketika jarak antara mereka tinggal 10 meter lagi datang bala bantuan.

Sebuah helikopter dan tembakan mortir yang berasal dari pasukan Marinir Indonesia menyalak menerjang posisi musuh.

Baca Juga: Tolak Pinangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sutan Syahrir, hingga Soekarno, Ini Sosok Gusti Nurul Gadis Kraton Solo yang pada 1937 'Moncer' Masuk Majalah AS

Bantuan dadakan itu membuat Fretilin kocar-kacir karena maju tanpa perlindungan sama sekali.

Tembakan mortir Marinir kemudian menghantam kelompok milisi Fretilin.

Tanpa basa-basi, para personel Marinir langsung memberi serangan tak kalah gencar dan melibas para milisi gerakan pengacau keamanan tersebut.

Hasilnya banyak milisi yang tewas dan akhirnya melarikan diri.

Baca Juga: Ini Rupanya Trik yang Dipakai Para Pedagang, Simpan Tahu Agar Tidak Asam dan Awet Berhari-hari, Gampang Banget Loh…

Pukul 12.00 WIT situasi kembali normal aman terkendali.

Setelah melakukan pengecekan diketahui 3 personel Yonif Linud 501 gugur, 2 orang terluka dan 4 lainnya selamat.

Kesembilan anggota 501 kemudian dievakuasi memakai helikopter menuju lapangan embarkasi di Kelikai.

Personel 501 yang selamat lantas dimintai keterangan oleh Pasi-1 Yonif Linud 501 Kapten Inf Suryo tentang bagaimana rincian penghadangan tersebut. (Putra Dewangga)

Baca Juga: Iwan Gayo Buru 400 Kg Emas yang Dipinjam Soekarno dari Saudagar Aceh, Ini Bukti Cek Dikeluarkan BNI, Ahli Waris Sudah Sepakat dan Dia Yakin Utang Ini Bisa Dibayar

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 30 Prajurt ABRI Berangkat Cuma 9 Orang yang Selamat, Begini Sengitnya Pertempuran di Timor Timur

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait