100 Tahun Lalu Influenza Menulari Sepertiga Penduduk Dunia, Kapan Covid-19 Berakhir? Begini Prediksinya Lewat Catatan Sejarah

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Intisari-Online.com - Sekitar 100 tahun lalu, satu jenis baru influenza menulari hampir sepertiga penduduk dunia.

Namun dalam waktu tiga tahun, ancaman flu yang mematikan tersebut kemudian hilang.

Hal tersebut terjadi di saat layanan kesehatan modern belum tersedia dan pemahaman mengenai virus belum lagi dikuaasai.

Banyak yang sekarang bertanya bagaimana pandemi sebelumnya berakhir?

Baca Juga: Bermasalah dengan Kolesterol Turunkan dengan Jus Buah dan Sayuran, Bisa Dibuat dengan Apa Saja? Ini Dia! Bahan-bahan Bakunya Mudah Didapat Kok!

Dan bagaimana akhir perjalanan dari pandemi Covid-19 saat ini?

Mungkin bisa mengetahuinya dari sejarah pandemi sebelumnya.

Tiga kondisi disebut pandemi

Menurut pakar masalah virus Kirsty Short dari University Queensland di Brisbanem diperlukan tiga kondisi untuk menyebabkan sebuah virus menjadi pandemi.

Baca Juga: AS-China Kian Panas dengan Ketegangan Akan Berlangsung Tanpa Batas, Banyak Pebisnis Amerika di China Was-was, AS Tidak Akan Kehilangan Uang?

- Virus itu harus menyebabkan penyakit pada manusia.

- Virus itu mudah menyebar dengan cepat.

- Manusia tidak memiliki kekebalan sebelumnya terhadap virus tersebut.

"Sebagai contoh, kita hidup bersama dengan MERS sekarang ini," kata Dr Short merujuk kepada sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), sejenis virus corona yang masih memiliki hubungan dengan virus penyebab Covid-19.

Baca Juga: Jelas-jelas Jadi Ancaman Pemilu AS, Trump Malah Bersikap Lembek pada Rusia, Mantan Menlu AS Sebut Rupanya Trump 'Takut' pada Putin

"[MERS] tidak menyebabkan pandemi, karena virus tersebut tidaklah menyebar dengan cepat dari orang ke orang lainnya."

"Sebagai bandingannya, virus corona musiman, mungkin bisa jadi pandemi, namun menjadi seperti flu biasa yang kemudian diabaikan karena tubuh dengan secara perlahan membentuk kekebalan."

Dengan melihat tiga kondisi untuk menyebabkan pandemi, apa yang dialami kita saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19 tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghentikan penularan virus corona, karena faktor biologi virus tersebut dan keberadaan kita sebagai manusia.

Dengan menerapkan jarak fisik dan penggunaan masker kita bisa mempersulit penyebaran virus.

Baca Juga: Jelas-jelas Jadi Ancaman Pemilu AS, Trump Malah Bersikap Lembek pada Rusia, Mantan Menlu AS Sebut Rupanya Trump 'Takut' pada Putin

Namun faktor penting untuk menghentikan penularan virus menjadi pandemi adalah kekebalan tubuh.

" Herd immunity [kekebalan massal] hanya bisa dicapai dengan vaksinasi atau ketika jumlah yang terkena mencapai angka sangat tinggi," jelas Dr Short.

Flu babi: Dari pandemi menjadi flu biasa

Ketika flu babi mulai merebak bulan April 2009, virus ini berbeda dengan jenis virus flu sebelumnya sehingga menyebar cepat menjadi pandemi.

Baca Juga: Buat Kaum Muda yang Masih Bingung Mau Jadi Karyawan, Pengusaha, atau Malah Keduanya, Simak Bocorannya Ini

Sekitar 10 persen penduduk dunia terkena virus tersebut, namun enam bulan kemudian tersedia vaksin untuk memeranginya.

Di tahun berikutnya, flu babi ini menjadi flu musiman, masih beredar namun bukan lagi bersifat pandemik.

"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr Short.

"Itu berarti kalau seseorang terkena, kita tidak akan menyebarkannya dan keparahannya sudah berkurang. "

Baca Juga: Inilah 7 Binatang Tercantik di Israel, Salah Satunya Jadi Nama Pasukan Militer Israel 'Mematikan' yang Sebagian Besar Anggotanya Wanita

"Virus itu tidak hilang, saat di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."

Pandemi tanpa adanya vaksin

Bagaimana dengan pandemi flu di tahun 1918?

Pandemi ini banyak dibandingkan dengan Covid-19 dengan bagaimana bisa berakhir tanpa adanya vaksin.

Menurut Dr Short yang membedakannya adalah kekebalan massal.

Baca Juga: Beraneka Ragam Wajah Donald Trump Dikuak Oleh Penulis Buku Ini: 18 Wawancara Donald Trump Tanpa Filter Apapun, 'Bisa Serius, Namun Sering Kali Mengecewakan'

Tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang dibandingkan dengan pandemi flu babi di tahun 2009.

"Di tahun 1918, tidak ada vaksin."

"Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat sampai tahun 1921," katanya.

"Yang terjadi adalah munculnya kekebalan massal yang akhirnya membuat virus itu jadi flu biasa."

"Virus tahun 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia."

Namun puluhan juta manusia di seluruh dunia meninggal sebelum terbentuknya kekebalan massal.

Baca Juga: Jamal Khashoggi Sudah Dibunuh Secara Kejam, Para Pembunuh Batal Dihukum Mati, Tapi Keluarga Justru Sebut Hal Itu Adil

Kapan dan bagaimana pandemi Covid-19 ini berakhir?

Para ilmuwan di seluruh penjuru dunia kini sedang berlomba-lomba menciptakan vaksin untuk mengatasi COVID-19.

Namun menurut Dr Short, bila nantinya vaksin COVID-19 tersedia tidaklah dengan serta merta berarti pandemi langsung akan berakhir.

"Tidak akan ada misalnya kita mengatakan di tanggal tertentu, virus ini tidak akan menjadi masalah lagi," kata Dr Short.

"Yang akan terjadi adalah kalau ada vaksin, jumlah kasus akan berkurang."

"Selain itu pengobatan akan meningkat dan tingkat kematian menurun."

"Jadi kemudian perlahan menghilang, tidak tiba-tiba terjadi."

Baca Juga: Ini Rupanya Rahasia Restoran Padang Cara Masak Beras Murah dengan Hasil Nasi yang Empuk, Pulen, danWangi, Mau Coba?

Dengan adanya vaksin tidaklah berarti virus ini akan menghilang, bahkan setelah masa pandemi dilalui.

"Menghilangkan virus dari dunia ini sangatlah sulit."

"Kita baru pertama kali berhasil melakukannya terhadap cacar air," kata Dr Short.

"Untuk melakukannya, kita perlu strategi global."

"Selain itu juga vaksin itu haruslah bisa 100 persen melindungi kita terkena virus dan juga melihat kemungkinan mutasi virus tersebut termasuk di binatang."

"Ini bukan hal yang mudah." kata Dr Short dari University of Queensland.

Baca Juga: Padahal Kondisinya Sangat Sehat dan Bugar, Remaja yang Dicintai Banyak Orang Ini Tiba-tiba Meninggal Saat Memasak Makan Malam

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Kapan Covid-19 Berakhir lewat Sejarah Berakhirnya Pandemi Flu"

Artikel Terkait