Advertorial
Intisari-Online.com - Hingga Selasa (8/9/2020), sudah 27,5 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Sementara ada 897.231 kasus kematian dan 19,6 juta lainnya sudah dinyatakan sembuh.
Tercatat sudah hampir sembilan bulan lamanya pandemi ini terjadi dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Justru malah semakin parah.
Dan di tengah itu semua,Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Senin (7/9/2020) bahwa dunia harus lebih siap untuk pandemi berikutnya,
"Ini bukan pandemi terakhir," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa.
“Sejarah mengajarkan kita bahwa wabah dan pandemi adalah fakta kehidupan."
"Tetapi ketika pandemi berikutnya datang, dunia harus lebih siap daripada saat ini."
Apa yang disampaikan Tedros seperti menanggapi pernyataan dariWorld Food Programme (WFP) PBB.
Di mana dunia dilaporkan akan mengalami 'mega-kelaparan' jika tidak menyediakan dana yang cukup untuk memberikan dampak pandemi virus corona di negara-negara miskin.
Sehingga nantinya kita berisiko menghadapi pandemi ganda.
Selain itu, Tedros juga menjelaskan soal vaksin virus corona yang menjadi perhatian dunia.
Tedros mengatakan 78 negara berpenghasilan tinggi kini telah bergabung dengan rencana alokasi vaksin global “COVAX”.
Sehingga totalnya menjadi 170 negara dan jumlahnya terus bertambah.
Dia juga mendesak orang lain untuk bergabung sebelum batas waktu 18 September untuk komitmen yang mengikat.
Saat ini, adasembilan kandidat vaksin yang sedang dalam proses dan ada empat lagi yang dinilai"menjanjikan".
WHO dan aliansi vaksin GAVI memimpin fasilitas COVAX bertujuan untuk membantu, membeli, dan mendistribusikan vaksinasi secara adil di seluruh dunia.
Tedros pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Jerman, Jepang, Norwegia, dan Komisi Eropa karena bergabung dengan COVAX selama seminggu terakhir.
Terakhir, Tedros berharap bahwa vaksin virus corona akan siap pada pertengahan tahun 2021.
“Tentunya pada pertengahan 2021 kita harus mulai melihat beberapa vaksin benar-benar pindah ke negara dan populasi,” ungkap Tedros.