Advertorial
Intisari-Online.com - Peringatan akan Perang Dunia 3 semakin di depan mata.
Titik pusay kali ini terjadi di Laut China Selatan.
Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (8/9/2020), untuk meningkatkan kualitas misinya di Laut China Selatan, China telah melakukan perbaikan pada beberapa peralatan yang digunakan oleh militer kelas dunia mereka.
Khususnyaterlihat di pangkalan resimen penerbangan angkatan laut di bawah Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Diketahui, militer China menggunakanKJ-500, pesawat peringatan dini dan kontrol udara China.
Untuk memperkuat pesawat tersebut, militer China menambahkanprobe yang memungkinkan pesawat menerima pengisian bahan bakar udara.
Selain itu, mereka juga meningkatkan jangkauan serta daya tahannya.
Dengan begini, maka militer China bisamelakukan operasi peringatan dini.
Seluruh informasi mengenai kekuatan militer terbaru China ini sendiri dapat dilihat dalam China Military Online, halaman web berbahasa Inggris dari militer China.
Dari sana bisa dilihat bahwa meningkatkan daya tahannya berarti pesawat tersebut memiliki kemampuan tempur yang ditingkatkan.
Ini dilakukan karena ada ketakutan Perang Dunia 3 mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Berbicara kepada Global Times pada hari Senin pada (8/9/2020), Fu Qianshao, seorang ahli penerbangan militer China, mengatakan pesawat udara baru tersebut juga dilengkapi dengan sistem radar peringatan dini yang lebih baik dari AS.
Pemerintah China sendiri benar-benar memegang teguh perkataan terkait klaim atas Laut China Selatan.
Sehingga, di masa depan akan ada terus perselisihan terkaitkepemilikan perairan tersebut.
"Saya pikir pasti ada risiko konflik habis-habisan karena perairan tersebut," kata Kepala Transportasi DWF, Jonathan Moss.
Walau begitu, Moss menjelaskan ini bukan kali pertama beberapa negara berkonflik soalperairan.
"Ada banyak konflik sebelumnya."
"Sekitar 20 tahun yang lalu, ada pertempuran laut di mana tiga kapal China terlibat dengan kapal perang Angkatan Laut Filipina."
"Itu terjadi di Kepulauan Spratly."
Kondisi semakin buruk ketikaMenteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan bantahan resmi atas klaim maritim China di Laut China Selatan.
Di mana pernyataannya dianggap sebagai peningkatan ketegangan lebih lanjut antara AS dan China.
Pompeo mengatakan, "Klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum."
Dan Pompeo sejak awal akan mendukung sekutunya di Asia Tenggara.
“Amerika mendukung sekutu dan mitra Asia Tenggara."
"Kami akan melindungi hak kedaulatan mereka atas sumber daya lepas pantai, sesuai dengan hak dan kewajiban mereka di bawah hukum internasional," tutup Pompeo.