Find Us On Social Media :

Saat Balita Sudah Naik Tahta, Kaisar Terakhir China Ini Alami Hidup yang Sangat Tragis: Jadi Kaisar 'Boneka' Jepang Saat Perang Dunia II dan Hampir Dieksekusi Negaranya Sendiri

By Maymunah Nasution, Senin, 17 Agustus 2020 | 15:41 WIB

Di masa Kekaisaran China kuno, ilmu matematika mendudukan tempat yang sangat penting.

Intisari-online.com - Keruntuhan kekaisaran China adalah sebuah cerita mengenaskan mengenai keruntuhan sebuah kerajaan hebat zaman dahulu.

Siapa sangka, kaisar terakhir kerajaan China adalah Aisin Gioro Puyi atau dikenal dengan nama Henry Pu Yi.

Ia lahir pada 7 Februari 1906 di China, dan saat belum genap berusia tiga tahun, ia sudah diangkat menjadi kaisar.

Ia sangat muda saat dilantik, Pu Yi sampai-sampai harus digendong ayahnya saat berjalan menuju Takhta Naga menjadi kaisar tahun 1908.

Baca Juga: Dibangunkan dari Tidur Nyenyaknya, Wanita Tua Ini Syok Suaminya Sudah Berlumuran Darah, Sedang Putranya Jatuh dari Lantai 16 Apartemen Mereka

Kepemimpinan Pu Yi menghadapi gejolak politik China yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Tiga tahun setelah dilantik, politik China berubah drastis.

Banyak orang berencana menyingkirkan Pu Yi.

Pu Yi sendiri dikelilingi puluhan pelayan yang senantiasa bermain dengannya di lingkungan istana.

Baca Juga: Dulu Sepakat Membangun Satu Negara, Putin Justru Berang Kepada Presiden Belarus Sebelum Pemilu Dilaksanakan Tapi Kini Malah Siap Kirim Bantuan Militer Agar Demonstrasi Mereda

Ia jauh dari perawatan orang tua normal, dan istana besarnya justru adalah penjaranya.

Para pelayan hanya berani memanjakannya dan tidak ada yang berani mengajarkan disiplin kepada kaisar kecil tersebut.

Pu Yi lantas menjadi pemimpin kecil yang suka menyiksa para pelayan.

Pada tahun 1919, seorang diplomat asal Skotlandia bernama Reginald Johnston diangkat sebagai guru dan tutor untuk Pu Yi yang saat itu berusia 13 tahun.

Baca Juga: Kenali Penyakit GERD dan Cara Penyembuhannya, Jangan Sampai Salah!

Dikarenakan ia melihat ada yang tidak normal dalam penglihatan anak didiknya, Johnston bersikeras membawa Pu Yi ke dokter mata, dan dokter kemudian memutuskan bahwa ia harus memakai kacamata.

Tantangan keras pun datang dari para mantan selir kekaisaran yang mengatakan bahwa memakai kacamata adalah pelanggaran tradisi bagi Kaisar Naga.

Namun akhirnya Pu Yi boleh memakai kacamata.

Pilihannya jatuh kepada kacamata berbentuk oval berlapis emas 14 karat.

Baca Juga: Dengan Mata Kepala Sendiri Saksikan Sang Ayah Ditembak Mati Tentara Belanda, Inilah Kisah Ngatimin hingga Menjadi Mata-mata Tentara Indonesia

Ikut nama Henry dari Raja Henry VIII Inggris

Beranjak remaja, Pu Yi memilih sendiri nama barat baginya, yaitu Henry.

Ia terinspirasi oleh kisah Raja Henry VIII dari Inggris.

Baca Juga: Melepas Status Artisnya dan Nikahi Pejabat Penting Komisaris Antam, Siapa Sangka Awal Pernikahan Wanita Ini Jauh dari Kata 'Bergelimang Harta'

Namun ternyata seperti Henry VIII, Pu Yi juga menjadi kaisar pertama yang bercerai.

Pada usia 16 tahun Pu Yi diberi empat foto gadis yang belum pernah dia temui untuk dipilih.

Ia juga akan diberikan seorang istri kekaisaran dan seorang selir resmi kekaisaran.

Seperti Henry, semasa hidupnya Pu Yi punya lima orang istri.

Baca Juga: Belum Puas Hancurkan Palestina Berkeping-keping, Tentara Israel Lakukan Serangan Udara ke Jalur Gaza, Kirim Ratusan Roket dan Bom Api ke 2 Juta Warga yang Tinggal di Sana

Namun tidak seperti Henry, Pu Yi dikabarkan tidak terlalu terlibat secara romantis dengan perempuan.

Pada 1931 istri keduanya yaitu Wenxiu, atau dikenal dengan nama resmi Permaisuri Shu, menceraikan kaisar muda ini.

Dalam alasan perceraiannya, Permaisuri Shu menyatakan adanya “kekosongan hidup selama sembilan tahun.”

Istri ketiganya yaitu Li Yuqin, yang ditunjuk sebagai Selir Xiang, juga menceraikannya pada tahun 1945.

Baca Juga: Efmundus Kolis, Anak Petani yang Mengabdi untuk Pendidikan Anak Papua

Saat Pu Yi berusia 19 tahun pada tahun 1924, China berada dalam kondisi kacau.

Ia pun melarikan diri ke permukiman internasional di Tientsin untuk berlindung kepada Jepang.

Keadaan ini lantas dimanfaatkan oleh Jepang.

Ketika menguasai Manchuria pada tahun 1931, Jepang lantas memproklamasikan Pu Yi sebagai Kaisar Manchukuo.

Baca Juga: Bisa karena Faktor Psikis Maupun Klinis, Ini Penyebab dan Cara Mengatasi Cegukan

Padahal pada kenyataannya, Pu Yi hanya menjadi kaisar boneka yang disetir oleh Jepang.

Menjadi warga negara biasa

Pada tahun 1945, posisi Jepang dalam perang dunia kedua berbalik dan nyaris kalah.

Ketika Jepang resmi kalah setelah dua kali dibom atom oleh Amerika, Pu Yi mencabut gelarnya sendiri dan mengumumkan bahwa daerah Mancukuo adalah bagian dari Cina.

Baca Juga: Panas-panasi India, Menlu China Kunjungi Perbatasan yang Disengketakan di Tibet, Pengamat Sebut Itu Isyarat yang Tidak Biasa

Pu Yi mencoba melarikan diri dengan terbang ke Korea dan Jepang, tetapi tanggal 16 Agustus 1945 dia ditangkap oleh pasukan Uni Soviet di bandara Mukden dan diterbangkan ke Siberia di mana dia ditawan.

Setelah melewati berbagai gejolak, Republik Rakyat Cina akhirnya resmi berdiri pada 1949.

Pada 1950 Soviet kemudian menyerahkan Pu Yi kepada rezim Komunis di Cina.

Saat itu Pu Yi yakin dia akan dieksekusi.

Baca Juga: HUT RI ke-75, Kim Jong-Un Beri Ucapan Selamat kepada Presiden Jokowi, Isi Pesannya Sungguh Tak Terduga, 'Saya Yakin Dengan Persahabatan Korut-Indonesia...'

Namun pemerintah menempatkannya di pusat manajemen penjahat perang bersama dengan beberapa keluarganya, mantan pejabat Manchukuo dan perwira militer lainnya.

Di sana, Pu Yi dikenal dengan identitas sebagai Tahanan No 981 dan bertugas merawat kebun sayur milik penjara.

Pu Yi menghabiskan nyaris sepuluh tahun hidupnya di Pusat Manajemen Penjahat Perang Fushun di Provinsi Liaoning dari tahun 1950 hingga 1959.

Setelah beberapa tahun menjalani masa "rehabilitasi" Pu Yi diterima sebagai seorang komunis sejati dan menjadi warga negara Cina.

Baca Juga: Cavien Satia, Belajar Geologi di Amerika untuk Masa Depan Negeri

Dia pun secara resmi diampuni.

Pu Yi bekerja paruh waktu sebagai asisten tukang kebun di kebun raya Beijing dan pada tahun 1962 menikahi istri kelima dan terakhirnya.

Istri terakhir Pu Yi bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit.

Di akhir hidupnya, Pu Yi kerap dipamerkan kepada para pejabat asing yang berkunjung ke China untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.

Baca Juga: Keadaan Genting Islam Sunni-Syiah Bertambah Parah: Koalisi Arab Tembak Jatuh Rudal Balistik Houthi, 'Serangan Meningkat Sepanjang Tahun Ini!'

Pu Yi meninggal dalam keadaan sebagai rakyat biasa karena kanker ginjal pada usia 61 di tahun 1967.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Henry Pu Yi, Kaisar Terakhir China yang Jadi Rakyat Biasa di Akhir Hayatnya"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini