Find Us On Social Media :

Bukan Amonium Nitrat, Ahli Bahan Peledak Ini Sebut Penyebab Ledakan di Beirut Karena Misil Militer, Hal Ini yang Jadi Bukti Kuatnya

By Mentari DP, Selasa, 11 Agustus 2020 | 16:30 WIB

Terjadi dua ledakan besar di Beirut, ibukota Lebanon.

Intisari-Online.com - Pada Selasa (4/8/2020) petang waktu setempat, telah terjadi dua ledakan besar di Beirut, ibukota Lebanon.

Akibatnya puluhan orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Hamad Hassa seperti dilansir dari kompas.com yang mengutip Kantor berita AFP.

Melihat besarnya ledakan dan dampaknya, membuat orang-orang bertanya, apa penyebab ledakan di Beirut?

Baca Juga: Baru Saja Sekolah Dibuka Kembali, 91 Siswa Langsung Positif Covid-19, Sekolah Pun Ditutup Lagi dan Kepala Sekolah Minta Maaf Sambil Membungkuk

Nah, terkait soal ini, seorang ahli bahan peledak, Danilo Coppe (56), mengklaim ledakan yang terjadi di Beirut disebabkan misil militer.

Apa alasannya?

Dilansir dari Dailymail.co.uk pada Selasa (11/8/2020), Danilo merupakan salah satu ahli bahan peledak terkemuka di Italia. 

Dia meyakini bahwa ledakan yang meluluhlantakkan Beirut pada Selasa (4/8/2020) itu bukan disebabkan amonium nitrat.

Baca Juga: Jelas Bukan Tandingan China, Tapi Militer Taiwan Bisa Saja Taklukan Militer Negeri Panda dengan Cara Ini Jika Seandainya Perang Pecah dalam Waktu Dekat

 

Danilo berpendapat demikian lantaran melihat ledakan yang berwarna oranye.

Pakar yang dijuluki Mr. Dynamite ini menjelaskan, ketika amonium nitrat meledak, ledakannya akan berwarna kuning.

Namun, video ledakan yang beredar memperlihatkan asap yang berwarna oranye.

"Seharusnya ada katalisator, karena jika tidak, tidak akan semuanya meledak bersamaan."

"Anda dapat dengan jelas melihat kolom (ledakan berwarna) oranye bata dan cenderung merah terang, ciri khas partisipasi litium."

"Yang berupa lithium-metal merupakan propelan untuk rudal militer. Saya pikir ada persenjataan di sana," katanya.

Diketahui, katalisator adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.

Danilo menjelaskan bahwa pada ledakan pertama yang besar, dan itu mungkin memicu api di mana persenjataan disimpan.

Lebih lanjut, dia mengklaim, api itu lantas menyebar ke lokasi bahan peledak yang ada dalam misil atau roket.

Ledakan yang terjadi di Beirut diyakini ukurannya seperlima dari bom atom Hiroshima.

Sebab pasca ledakan, bentuk dataran hingga garis pantai Mediterania berubah.

Baca Juga: Terlihat Seperti Gelombang Tsunami, Fenomena Awan Aneh di Aceh Ini Langsung Buat Panik Warga, Begini Penjelasan Lengkap BMKG

Ledakan mendorong gerakan revolusi

Pasca ledakan besar di ibukota, kondisi Beirut mencekam karena warga sipil melakukan demonstrasi dan berujung pada kerusuhan.

Bahkan, pengawal pribadi pejabat tinggi Lebanon, Nabih Berry, tertangkap kamera sedang menembaki pengunjuk rasa.

Menggunakan celana jins dan kaus hitam, pengawal itu mengarahkan senjata ke kerumunan demonstran dan menembakkan peluru.

Perlu Anda tahu, Nabih Berry (62) merupakan pemimpin faksi Syiah terbesar di parlemen dan didukung Hizbullah.

Pekan lalu fotonya digantung di tiang ketika pengunjuk rasa berdemonstrasi menentang kepemimpinan politik yang mereka salahkan atas ledakan tersebut.

Beberapa waktu lalu, Iran mengimbau agar negara-negara tidak mempolitisasi ledakan dan mendesak AS mencabut sanksi terhadap Lebanon.

"Ledakan itu tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk tujuan politik, penyebab ledakan itu harus diselidiki dengan hati-hati," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Abbas Mousavi, dalam konferensi pers.

Iran mendukung Hizbullah, kelompok Syiah yang merupakan salah satu kekuatan politik paling kuat di Lebanon.

Kelompok ini dianggap Washington sebagai kelompok teroris dan dihukum dengan sanksi.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Pakar Bahan Peledak Klaim Ledakan Beirut Disebabkan Misil Militer karena Hal Ini")

Baca Juga: Kabar Baik bagi Tenaga Kesehatan, Menkeu Sri Mulyani Ungkap Tenaga Medis Juga Bisa Dapat Gaji ke-13, 'Sedang Dipertimbangkan oleh Presiden'