Lebanon Baru Alami Ledakan Besar, Rupanya Kondisi Negara Itu Sangat 'Semrawut': Inflasi Tinggi Sampai Mata Uangnya Remuk Bubuk, Harga Makanan Pokok Mahal, 'Semua Kacau!'

May N

Penulis

Mengintip kondisi Lebanon beberapa bulan sebelum ledakan kemarin, inflasi tinggi, harga makanan pokok mahal dan kacau di mana-mana

Lebanon Baru Alami Ledakan Besar, Rupanya Kondisi Negara Itu Sangat 'Semrawut': Inflasi Tinggi Sampai Mata Uangnya Remuk Bubuk, Harga Makanan Pokok Mahal, 'Semua Kacau!'

Intisari-online.com -Ledakan dahsyat yang mengguncang Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) pukul 18.07 waktu setempat, menewaskan sedikitnya 100 orang dan melukai hampir 4.000 orang lainnya.

Pejabat keamanan Lebanon mengungkapkan bahwa insiden tersebut diduga berasal ledakan sekitar 2.750 ton amonium nitrat di salah satu gudang di pelabuhan kota Beirut.

Ledakan yang berasal dari tepi pantai ini menimbulkan gelombang kejut dengan jangkauan yang sangat luas, menyebabkan hancurnya jendela-jendela bangunan sekitar serta guncangan yang cukup besar.

Kedahsyatan ledakan itu juga dapat disaksikan melalui sejumlah unggahan video amatir yang sempat menangkap momen terjadinya ledakan.

Baca Juga: 78 Orang Tewas dan Hampir 4.000 Orang Luka, Pakar Penjinak Bom Ungkap Analisisnya Terkait Ledakan Hebat yang Meluluhlantakkan Beirut Tersebut

Negara Lebanon sendiri sebenarnya sudah berada di tengah kekacauan sebelum ledakan Selasa kemarin.

Sejak April lalu, inflasi di Lebanon melambung tinggi.

Inflasi ini sebabkan harga makanan pokok juga ikut melambung tinggi dan sebagian besar warga Lebanon kelaparan.

April lalu, melansir Arab News. ratusan pengunjuk rasa menyerang sejumlah bank dan membakar kendaraan militer saat melakukan aksi demonstrasi jalanan di Tripoli.

Baca Juga: Layak Saja Ledakan Besar Terjadi di Beirut, 6 Tahun Gudang Ini Simpan 2.750 Ton Amonium Nitrat Lalu 'Didiamkan' Begitu Saja, Bagaimana Tanggapan Presiden Lebanon?

Dalam waktu singkat, kondisi itu berubah menjadi kerusuhan.

Enam perwira militer Libanon terluka ketika pasukan menghadapi demonstran dengan gas air mata dan peluru karet.

Aksi militer Lebanon melukai lebih dari 40 orang.

Seorang pengunjuk rasa yakni Fawaz Al-Samman, 26 tahun, dilarikan ke rumah sakit setelah terkena peluru karet selama bentrokan.

Baca Juga: Seorang WNI yang Jadi Saksi Mata dalam Ledakan Beirut, 'Seluruh Kota Gelap, Suasana Mencekam, dan Orang-orang Berlumur Darah'

Akan tetapi, Al-Samman meninggal dunia karena luka-lukanya.

Saat itu, meski tengah Corona banyak yang berkumpul di pemakamannya.

Ayah Al-Samman menggambarkan putranya sebagai salah satu dari orang-orang yang lapar.

Komando militer Lebanon kemudian menyatakan "penyesalan mendalam atas jatuhnya martir selama protes pada hari Senin" dan mengatakan bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Musuh Bebuyutan, Bahkan Pernah Ancam Akan Jatuhkan Bom Di Lebanon, Israel Tawarkan Bantuan Pasca Ledakan Di Lebanon

Tentara menuduh ada penyusup yang menghasut kekerasan, dan mengatakan bahwa sembilan orang telah ditangkap karena membakar bank dan kendaraan militer.

Bahkan ada yang melemparkan granat tangan ke pasukan keamanan.

Protes anti-pemerintah di Libanon muncul sejak minggu ketiga April, ketika pemerintah mulai mengurangi penguncian yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus Corona.

Baca Juga: Luluh Lantahkan Kota Beirut Lebanon Hingga Menelan Korban 4.000 orang Luka-luka dan 78 Meninggal, Tak Disangka Ledakannya Nyaris Setara Bom Atom di Kota Hiroshima

Setelah aksi protes menyebar ke Beirut pada hari Selasa, ratusan aktivis berpawai di Lapangan Martir, meneriakkan slogan "revolusi", menghalangi jalan dan melemparkan batu ke kendaraan militer.

Para pengunjuk rasa juga membakar Bank Audi di Ras Al-Nabaa.

Koordinator khusus PBB di Libanon, Jan Kubitsch, mengatakan bahwa peristiwa tragis di Tripoli adalah sinyal peringatan bagi para pemimpin politik negara itu.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk menyerang bank.

Baca Juga: Sama-sama Libatkan Amonium Nitrat, Ledakan di Amerika Ini Lebih Mengerikan hingga Menelan Ratusan Korban Jiwa Dibandingkan Ledakan di Beirut

"Sebaliknya, itu adalah saat ketika dukungan konkret harus diberikan kepada mayoritas rakyat Lebanon yang putus asa, miskin, dan kelaparan di seluruh negeri," jelas Kubitsch.

Kerusuhan berlanjut pada bulan Juni, saat warga Lebanon memblokir jalan dengan membakar ban dan tong sampah di Beirut dan kota-kota lainnya Kamis (11/6/2020).

Ini merupakan aksi protes baru yang dipicu oleh penurunan dalam mata uang pound dan meningkatnya kesulitan ekonomi.

Reuters memberitakan, nilai tukar pound merosot ke sekitar level 5.000 terhadap dollar AS pada hari Kamis dan telah kehilangan 70% nilainya sejak Oktober.

Baca Juga: Dari Gudang Senjata Meledak, Senjata Hizbullah, hingga Serangan Israel, Muncul Berbagai Spekulasi di Balik Ledakan Beirut, Lebanon

Kondisi ini terjadi ketika Lebanon terjungkal ke dalam krisis keuangan yang dipandang sebagai ancaman terbesar bagi stabilitas sejak perang saudara 1975-90.

Dari kota Tripoli di utara hingga ke kota Sidon di selatan, warga Lebanon meneriakkan kata-kata melawan elite politik dan membakar ban di jalan-jalan utama di seluruh negeri dalam kerusuhan paling luas sejak lockdown virus corona yang diberlakukan pada pertengahan Maret.

"Kami tidak mampu makan atau membayar sewa atau semacamnya, jadi kami akan tinggal di sini sampai nilai dollar turun dan kami mendapatkan semua tuntutan kami," kata Manal, seorang pengunjuk rasa di Beirut tengah seperti yang dikutip Reuters.

Menurut keterangan saksi mata, para pengunjuk rasa di Tripoli, kota terbesar kedua di Lebanon, melemparkan bom molotov ke sebuah gedung bank sentral, membakarnya dan mendorong pasukan keamanan untuk menembakkan gas air mata.

Baca Juga: Dipastikan Selamat dari Ledakan di Beirut, Personel TNI Anggota Satgas Kontingen Garuda UNIFIL Siap Bantu Warga Lebanon, 'Mereka Datang dengan Misi Perdamaian'

Perdana Menteri Hassan Diab menyerukan pertemuan kabinet darurat diadakan pada hari Jumat untuk membahas situasi moneter, sebuah pernyataan dari kantornya mengatakan.

Krisis Lebanon telah lama bercokol, disebabkan oleh korupsi dan pemborosan yang berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya.

Korupsi itulah yang sebabkan harga pangan melonjak, pengangguran meningat dan susahnya kontrol modal yang pisahkan Lebanon dari penghematan mata uang mereka.

Kerusuhan Juni lalu terjadi ketika Beirut mengadakan pembicaraan dengan IMF untuk program reformasi yang diharapkan akan mengamankan miliaran dolan dalam pembiayaan dan mengembalikan ekonomi Lebanon ke jalurnya.

Baca Juga: Ledakan Hebat di Beirut Terjadi Sebelum Sidang Pembunuhan Rafiq Hariri, Mantan PM Lebanon yang Tewas Secara Tragis Karena Ledakan Bom Truk, Kasusnya Tak Juga Selesai padahal Sudah 15 Tahun Berlalu

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait