Find Us On Social Media :

Membelot dari Pasukan Militer Wanita Korea Utara, Wanita Ini Bocorkan Kehidupan Kejam di Barak, Tentara Wanita Sering Diperkosa Komandanya Hingga Dipaksa Menstruasi 2 Tahun Sekali

By Afif Khoirul M, Minggu, 5 Juli 2020 | 15:00 WIB

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dikelilingi oleh tentara dari unit artileri wanita di provinsi Kangwon

Intisari-online.com - Bukan rahasia lagi jika Korea Utara adalah negara dengan ambisi militer yang sangat tinggi.

Selain memiliki pasukan militer pria dalam jumlah banyak, di Korea Utara para wanita banyak yang dijadikan tentara militer.

Meski demikian, terselip kisah tragis di dalamnya, perempuan Korea Utara yang menjadi pasukan militer ternyata alami kehidupan bak di neraka begitu mereka tinggal di barak.

Melansir Fox News, sebuah artikel yang terbit tahun 2017, pernah mengekspose kehidupan getir yang dialami oleh tentara wanita di Korea Utara.

Baca Juga: Tak Ada Satu Pun Kasus Positif Covid-19 di Korea Utara, Kim Jong Un Suruh Bawahannya Tetap Waspada, 'Jangan Cepat Berpuas Diri!'

Tentara wanita di Korea Utara sering menjadi obyek pemerkosaan, dan beberapa terpaksa menggunakan kembali pembalut wanitanya.

Sementara itu, banyak dari mereka yang berhenti menstruasi sama sekali karena kondisi yang sulit selama tugas militer.

Hal itu dibocokan oleh seorang mantan tentara wanita Korea Utara  yang menjadi pembelot, dia membongkar kekejaman rezim itu selama bertahun-tahun.

Le So Yeon, seorang pembelot yang tinggal di Korea Selatan menceritakannya pada BBC, tentang 10 tahun hidupnya di dalam barak pasukan militer Korea Utara.

Baca Juga: Murkanya Kim Jong-Un Sampai Ratakan Gedung Penghubung Korea Selatan di Korea Utara, Rupanya Poster Propaganda Pembelot Nakal Korut Tampakkan Gambar yang Lecehkan Ri Sol-Ju

Periode itu dimulai pada usia 17 tahun, dia bertugas sebagai pasukan militer tahun 1992 dan 2001, untungnya dia tidak pernah mengalami pelecehan seksual.

Tetapi dia menyaksikan teman-temannya menjadi sasaran kebejatan dari komandannya, banyak teman-temannya yang menderita pelecehan seksual.

"Komandan kompi biasanya akan tinggal di kamarnya di unit, setelah berjam-jam memperkosa tentara wanita di bawah komandonya, ini akan terjadi berulang tanpa akhir," kata Lee.

Militer Korea Utara mengatakan bahwa penanganan serius pelecehan seksual, dengan hukuman tujuh tahun bagi pria tang bersalah melakukannya..

Tetapi sebagian wanita yang diperkosa tidak mau bersaksi, jadi para pelaku sering lolos dari hukuman.

Diam dalam pelecehan seksual merupakan sikap patriatikal masyarakat Korea Utara.

Baca Juga: Sempat Robohkan Kantor Korea Selatan di Perbatasan Korea Utara, Ternyata Ini Penyebab Kim Jong-Un Meradang, Perkara Istri yang Jadi Pemicunya

Sikap yang sama memastikan bahwa wanita yang menjadi pasukan militer bisa melakukan sebagian besar tugasnya.

Lee yang berusia 41 saat diwawancarai BBC tahun 2017, mengatakan menikmati saat menjadi tentara.

Tetapi pelatihan yang ketat dan kurangnya bahan makanan membuat hidup menjadi prajurit wanita Korut sangat sulit.

"Setelah enam bulan sampai satu tahun kami hidup di barak, kami tidak bisa menstruasi karena kekurangan gizi, dan tinggal di lingkungan yang penuh tekanan," katanya.

"Para prajurit wanita mengatakan bahwa mereka senang tidak mengalami menstruasi, tetapi itu hal buruk, tetapi jika mereka mengalami menstruasi itu juga sangat buruk," jelasnya.

Lee mengatakan, prajurit wanita sering menggunakan kembali pembalut wanita.

Baca Juga: 'Keanehan Pergerakan' di Korea Utara Terdeteksi Jepang hingga Spekulasi Tentang Kondisi Kesehatan Kim Jong-un yang 'Hilang-hilang Timbul'

Lee bergabung dengan tentara di masa remajanya secara sukarela, tetapi di bawah rezim Kim Jong-Un, wanita Korea Utara diminta untuk melayaninya setidaknya tujuh tahun di ketentaraan.

Dimulai pada usia 18 tahun, menurut BBC.

Mandat dilaksanakan tahun 2015, diperkirakan akan meningkatkan jumlah perempuan antara usia 18-25 tahun di militer.

Namun ada pengecualian bagi mereka yang memiliki bakat khusus seperti olahraga, dan musik.

Sementara itu, Lee memutuskan menjadi pembelot tahun 2008 dan melakukan dua upaya, dia ditangkap dan dikirim ke kamp penjara, namun berhasil melarikan diri setelah berenang di Sungai Tumen.