Penulis
Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu, di Korea situasi sempat memanas antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Seperti yang kita ketahui, Korea Utara dan Korea Selatan memang tidak pernah akur sejak meletusnya perang Korea.
Hingga kini pun demikian, desakan rakyatnya untuk melakukan reunifikasi pun tampaknya tidak akan pernah terlaksana.
Mengingat kesenjangan yang begitu besar dari kedua negara.
Sementara itu, situasi Korea yang memanas ditunjukkan dengan dirobohkannya gedung Korea Selatan yang berada di Korea Utara.
Situasi ini menunjukkan kondisi Korea Utara yang marah besar terhadap Korea Selatan.
Meski demikian, setelah beberapa minggu berlalu, terkuak alasan kemarahan Kim Jong-Un ternyata bukan perkara politik maupun militer.
Ternyata hal yang membuatnya sangat marah hingga merobohkan gedung di Korea Selatan adalah karena oerkara istri.
Baca Juga: Kim Jong-un Kembali Dihantam Rumor, Disebut Habiskan Uang Jutaan Dolar untuk Selundupkan Barang-barang Ini, Pakar Juluki Keluarga Kim 'KriminalTerorganisir'
Melansir New York Post pada Selasa (30/6/20), Kim Jong-Un sangat marah, karena istrinya dijadikan penggambaran kotor dalam kampanye anti-Pyongyang.
Kampanye itu diprakarsai oleh pembelot Korea Utara di Korea Selatan.
Hal itu memicu kemarahan Kim Jong-Un hingga meledakkan kantor penghubung Seoul, kemudian dia juga siap mengambil tindakan militer.
Selebaran yang dibawa melalui perbatasan termiliterisasi oleh balon.
Ini merupakan taktik propaganda yang digunakan kedua negara sejak perang Korea.
Adapun pamflet dan selebaran itu berhasil melintasi perbatasan Korea Utara pada 31 Mei lalu.
Isinya mencakup istri Kim Jong-Un, yaitu Ri Sol-Ju, yang memicu kemarahan serius dari pemimpin Korut itu.
"Selebaran itu memuat propaganda kotor yang menghina secara khusus ditunjukkan kepada pasangan pemimpin," kata Matsegora kepada outlet media Rusia TASS.
Dia mengatakan, memuat foto dengan penggambaran yang sangat rendah, sehingga membuat geram Korut.
Kantor penghubung Korut dan Korsel di Kaesong, akhirnya diledakkan pada 16 Juni atas perintah saudara perempuan Kim Jong-Un, Kim Yo Jong.
Dia memperingatkan, "pemandangan tragis dari kantor perhubungan bersama Korea Utara-Selatan yang tidak berguna benar-benar runtuh."
Hari berikutnya, Pyongnyang menebar ancaman akan melanjutkan latihan militer sebagai bentuk reaksi pada Korea Selatan.
Mereka meningkatkan kesiapan di kota-kota perbatasan dan membangun kembali pos penjagaan, untuk melancarkan tindakan provokatif.
Sebelumnya kedua negara telah menandatangani perjanjian untuk mengurangi ketegangan pada 2018 lalu.
Sementara itu, situsi di Korea saat ini sudah mereka, setelah Kim Jong-Un mendadak melunak dan menarik diri dari spekulasi perang Korea.