Find Us On Social Media :

Setelah Jakarta dan Surabaya, Makasar Disebut Masuk Zona Merah Covid-19, Gubernur Sulawesi Selatan Jelaskan Begini Alasannya

By Mentari DP, Rabu, 10 Juni 2020 | 15:40 WIB

Pantai Losari, Makassar.

Intisari-Online.com - Kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah.

Berdasarkan data per Selasa (6/10/2020) pukul 12.00 WIB, ada 33.078 kasus positif virus corona di Indonesia.

Sementara itu, ada 1.923 kasus kematian dan 11.414 orang dinyatakan sembuh.

DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan kasus positif virus corona terbanyak di Indonesia.

Baca Juga: Bak Angin Segar, Indonesia Tempati Urutan ke-97 dari 100 Negara Teraman dari Covid-19 di Dunia!

Ada 8.355 kasus positif, 533 kasus kematian, dan 3.371 orang dinyatakan sembuh.

Provinsi Jawa Timur menempari urutan kedua dengan 6.533 kasus positif, 512 kasus kematian, dan 1.584 orang dinyatakan sembuh.

Sementara Jawa Barat berada di urutan ketiga dengan 2.448 kasus positif, 161 kasus kematian, dan 962 orang dinyatakan sembuh.

Sebelumnya Jawa Tengah dan Banten masuk top 5.

Namun tiba-tiba Sulawesi Selatan melonjak ke urutan ke 4.

Baca Juga: Bebas Virus Corona, Selandia Baru Langsung Terapkan Kehidupan Normal Kembali Setelah Tak Ada Kasus Baru Covid-19 dalam 17 Hari Berturut-turut

Dilaporkan ada 2.194 kasus positif virus corona di Sulawesi Selatan (Sulsel), dengan 97 kasus kematian dan 704 orang dinyatakan sembuh.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menyebut bahwa di Sulsel per hari ini terdapat tiga wilayah sebagai klaster terkait Covid-19.

"Kita masih tersisa Luwu Timur sebagai klaster baru yaitu klaster Vale."

"Yang kedua adalah Maros, dan kemudian Makassar."

"Tinggal tiga itu, yang lain saya kira insyaallah belum ada lagi transmisi lokal," ujar Nurdin dalam siaran BNPB pada Rabu (10/6/2020).

 

Namun, di antara ketiga klaster tersebut, Nurdin berujar bahwa Makassar yang berada di zona merah.

Sementara, Nurdin menyebut Toraja sebagai wilayah yang masih nihil kasus positif Covid-19.

Nurdin pun menjelaskan alasannya mengapa Makassar jadi zona merah di Sulsel.

"Karena memang kemarin ada pelonggaran yang dilakukan Pemkot sehingga kita agak kesulitan juga, padahal kita berharap Makassar karena episentrum penularan utama."

"Maka kita ingin Makassar lebih cepat lagi."

"Tapi kemarin ada pergantian pejabat walokota dan ada kesulitan atau miskomunikasi dalam menyusun kebijakan," katanya.

Baca Juga: Pantas China Berani, Ternyata Mereka Miliki Lebih dari 2.200 Rudal Balistik yang Bisa Jangkau hingga 5.500 km, Langsung Buat AS Ketar-ketir dan Lakukan Hal Ini

Nurdin mengatakan edukasi protokol kesehatan terus dilakukan pemerintah, baik pemkot/pemkab maupun pemprov, agar kota atau kabupaten di zona-zona yang belum hijau bisa kemudian mencapai itu.

Sementara yang hijau bisa dipertahankan.

"Kita dari awal terus secara aktif melakukan tracing contact supaya kita bisa menemukan orang-orang yang kemana-mana menularkan, terutama kategori OTG-ODP," ujarnya.

Tak lupa, pengetesan terkait Covid-19 baik berupa rapid test maupun tes PCR juga jadi faktor bagaimana Sulawesi Selatan bisa menuju zona hijau keseluruhan.

"Kami sangat bersyukur bahwa kami mampu meningkatkan kapasitas lab kita dari kapasitas 350 spesimen per hari, saat ini bisa 800 per hari."

"Kenaikan ini karena peningkatan kapasitas lab," kata Nurdin.

"Kami berharap bukan kenaikannya, tapi bagaimana menekan angka kematian."

"Terus kurva melandai dan inilah yang kita dorong."

"Sehingga betul-betul kita melakukan terus upaya-upaya agar bisa cepat mengendalikan Covid-19," pungkasnya.

(Reza Deni)

(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Makassar Zona Merah, Gubernur Nurdin Sebut Wilayah-Wilayah Ini Jadi Klaster Covid-19 di Sulsel")

Baca Juga: Bukan Akhir Tahun 2019, Tapi Virus Corona Mungkin Sudah Menyebar di China Sejak Agustus 2019, Ini Bukti-buktinya