Find Us On Social Media :

Kisah Pilu Pengalaman Seorang Wanita Punya Tetangga Islamofobik: 30 Tahun Mengira Hubungan Baik-baik Saja, Ternyata Diam-diam Jadi Bahan 'Tertawaan' di Media Sosial

By Khaerunisa, Sabtu, 23 Mei 2020 | 08:36 WIB

(Ilustrasi) Kisah pilu punya tetangga Islamofobik

Intisari-Online.com - Menjadi pemeluk agama minoritas di suatu tempat selalu menjadi tantangan tersendiri bagi seseorang.

Mungkin akan ada banyak ketakutan tentang kemungkinan diperlakukan berbeda atau didiskrminasi.

Termasuk menjadi pemeluk agama islam di Inggris, meski islam merupakan mayoritas di berbagai negara lainnya.

Namun, selama paling tidak 30 tahun, wanita ini tidak merasa mengalami perlakuan diskriminasi atau yang membuatnya merasa terancam selama hidup bertetangga di tempat tinggalnya.

Baca Juga: Laki-laki Ini Diturunkan dari Pesawat Hanya Gara-gara Berbicara Bahasa Arab

Kehidupan bertetangganya terasa baik-baik saja, bahkan indah.

Mereka akrab dan saling membantu satu sama lain.

Hingga suatu hari, kenyataan pahit menghantam bayangan indah yang selama ini ia miliki tentang kehidupan bertetangganya.

Rupanya diam-diam sang tetangga menjadikannya bahan tertawaan di media sosial, menunjukkan bagaimana sang tetangga ternyata seorang islamofobik.

Baca Juga: Video Ada Rapid Test di Bandara Sebelum Check In, Disuruh Bayar Rp550.000 Viral, Ini Tanggapan PT Angkasa Pura II

Melansir Vice.com, Sebuah kisah pilu dibagikan oleh seorang wanita bernama Nabeelah Hafeez.

Ia menceritakan pengalamannya tinggal di Bradford, Inggris, sebagai keturunan Pakistan.

Semua diawali saat Nabeelah pindah ke rumah keluarga pada usia empat tahun, atau kurang lebih 30 tahun lalu.

Meski berdarah Pakistan, sebenarnya Nabeelah dan tiga saudara kandungnya terlahir di Inggris.

Baca Juga: 3 Laptop Termurah untuk WFH Dengan SSD: Asus, Lenovo dan HP

Orangtua mereka yang seorang Pakistan telah lama tinggal di Inggris.

Tinggal di negara di mana agama islam menjadi mayoritas, Nabeelah memiliki kenangan masa kecil yang jauh dari perasaan diskriminasi.

Ia dan keluarganya bahkan menjadi teman baik dengan tetangga. Orangtuanya dekat dengan satu pasangan tua, bernama June dan NIgel.

Mereka banyak mengobrol, terlebih setelah salah satu dari mereka, Nigel, meninggal dunia.

Baca Juga: Ingin Coba Keseruan Berbeda Selama 'Di Rumah Saja'? Yuk Tebak Teka-teki Gambar Berikut Ini

Nabeelah menceritakan bahwa sejak demografis tempat tersebut bergeser menjadi beragam penghuninya.

Ia tak melihat ada masalah, bahkan menyebutnya penuh warna karena orang-orang memiliki rasa kebersamaan yang kuat, ramah, dan saling membantu.

Sang tetangga June, yang ditinggal sang suami Nigel, memiliki dua orang putra yang lebih tua, mereka telah menikah dan pindah, namun sesekali mampir dan selalu menyapa keluarga Nabeelah atau minum teh bersama.

Bagi keluarga Nabeelah, menjaga hubungan baik dengan tetangga sudah menjadi bagian dari budaya dan agama.

Baca Juga: Takut Melar Karena Kalap Makan di Hari Lebaran? Makan Pepaya Selama 5 Hari Dijamin Langsing Seketika Setelah Lebaran, Simak Tipsnya

Oleh karena itu Nabeelah dibiasakan oleh orangtuanya hal tersebut, misalnya sang ibu akan selalu mengirimnya untuk berkeliling memeriksa apakah June memiliki makanan atau butuh untuk berbelanja, mengambil resep di apotek, dan hal lainnya.

Bahkan, Nabeelah menyebut June sebagai teman tertua dan terlucunya.

Mereka sering saling mengobrol sambil minum teh bersama.

"Dia juga mengajari saya cara membuat pai apel dan membuat bubur 'dengan benar'," kenang Nabeelah.

Baca Juga: Nyaris 1.000 Kasus Baru dalam 1 Hari, Ridwan Kamil Tegur Warga yang Desak-desakkan di Mal, 'Tahan Dulu Beli Baju Lebarannya'

Begitu juga June yang tampak menghormati keluarga Nabeelah, seperti yang terjadi saat ayahnya meninggal.

Jika keluarga Nabeelah memastikan ada ruang di depannya untuk keluarga Jue datang dan memberi hormat, sementara June muncul dengan jilbab sebagai tanda penghormatan terhadap Islam.

Bahkan, sang tetangga selalu menyalakan lilin untuknya di gereja pada hari MInggu, juga memberinya doa kristen yang masih disimpannya di dompet sampai Nabeelah menceritakan kisah ini.

Suatu hari June menyusul sang suami Nigel. Meninggalnya June pun meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Nabeelah.

Baca Juga: Biasanya Jadi Hidangan Saat Lebaran, Lubang Kecil Pada Biskuit Ternyata Memiliki Fungsi Penting Ini, Anda Harus Tahu!

"Ketika dia meninggal, itu menghantam kami dengan keras. Aku masih merindukannya," ungkap Nabeelah.

Begitu dekatnya hubungan mereka dengan June, membuat Nabeelah menyalakan lilin untuk menghormatinya.

Dan meski June telah tiada, hubungan keluarga Nabeelah dan keluarganya masih tetap terjaga, paling tidak terlihat begitu sebelum sebuah kenyataan pahit 'menghantam' itu semua.

"Sejak dia meninggal, putra-putranya telah menyewakan rumahnya, kami tetap berhubungan dan menghubungi mereka jika ada masalah dengan penyewa atau jika kami melihat ada sesuatu yang tidak beres," cerita Nabeelah.

Baca Juga: Dibeli Secara Rahasia dari Israel, Jet Tempur A-4 Skyhawk Zaman Pak Harto Ini Justru Hanya Berakhir di Museum Saja, Padahal Sempat Buat Bingung Teknisi TNI AU

Nabeelah pun menceritakan bahwa ia dan anak-anak June kadang minum teh bersama saat mereka mengunjungi rumah itu.

Hingga suatu hari kenyataan pahit itu muncul ke permukaan, saat adik Nabeelah menunjukkan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Akhir tahun lalu, saudara perempuan saya menyerahkan teleponnya kepada saya dan berkata, "Apakah Anda melihat ini?" Seperti banyak saudari, kami selalu menunjukkan hal-hal lucu atau menarik yang kami temui secara online, jadi saya tidak memikirkannya," Nabeelah menceritakan.

"Tetapi ketika dia menyerahkan teleponnya dan saya melihat apa yang ada di layar, saya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan saya," sambungnya.

Baca Juga: Tolak Mentah-mentah Bantuan dari UEA karena Pengirimannya Janggal, Palestina: Ada Ikatan Rahasia dengan Israel yang Ditutupi

Rupanya, putra June telah memosting beberapa curhatan di halaman Facebooknya tentang pria muda Asia, komunitas imigran dan pengungsi.

Nabeelah tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya, namun ketika terus membaca postingan itu, makin dilihatnya kenyataan pahit.

"Saya tidak bisa mempercayainya. Saya menggulir dan menggulir berpikir bahwa mata saya pasti telah menipu saya. Tetapi semakin memburuk semakin saya membaca.

"Semua kefanatikannya ada di sana, tanpa malu-malu dipajang untuk seluruh dunia - termasuk saudara perempuan saya - untuk dilihat. Ada empedu Islamofobik, rasisme, diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas dan juga ketidaktahuan," ungkap Nabeelah.

Baca Juga: 'Chukjibeop', Kemampuan 'Magis' Keluarga Kim Jong-Un yang Terpaksa Diungkap Kebenarannya oleh 'Orang Dalam' Demi Hilangkan Spekulasi Tentang Kondisi Sang Diktator

"Jujur ​​saja. Saya terus berpikir, 'Mengapa saya terkejut? Saya seharusnya tidak terkejut. " Tapi entah bagaimana saya masih - saya kira itu karena saya berharap itu akan berbeda," sambungnya.

Meski berharap hubungan mereka dengan keluarganya membuat putra June menentang pandangan-pandangan buruk tentang orang-orang seperti Nabeelah, namun kenyataannya berbeda.

"Awalnya saya marah, saya ingin mengomentari posting dan memanggilnya, tetapi saya menyadari itu tidak ada gunanya bagiku.

"Saya segera mundur dari media sosial , dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengunjungi kembali kenangan indah saya tentang Juni dan keluarganya, atau membiarkan diri saya mengungkapnya atau mempertanyakan keasliannya," katanya.

Baca Juga: Bukan Cheetah Apalagi Elang, Inilah Makhluk Paling Cepat di Bumi, Anda Dijamin Tidak Akan Bisa Menangkapnya!