Find Us On Social Media :

Terlanjur Tidak Lakukan Lockdown dan Memilih Strategi 'Herd Immunity' untuk Menangkal Corona, Kondisi di Swedia Tunjukkan Strategi Tersebut Sia-sia Belaka

By Maymunah Nasution, Jumat, 22 Mei 2020 | 13:27 WIB

(Ilustrasi) Herd Immunity

Intisari-online.com - Tidak seperti negara Eropa lain yang terapkan lockdown yang ketat, Swedia memilih metode yang cukup longgar dalam tangani virus Corona.

Mereka terapkan strategi 'herd immunity' untuk mengelola virus Corona.

Seperti diketahui herd immunity adalah upaya untuk kembangkan kekebalan dalam masing-masing individu sehingga semua 'akan kebal dengan sendirinya' terhadap virus Corona.

Kekebalan dikembangkan dari antibodi dalam tubuh dalam melawan masuknya virus Corona ke dalam tubuh.

Baca Juga: Lancarkan Aksi Balas Dendam, Sniper Perempuan Yazidi Tembak Mati Komandan ISIS yang Pernah Membuatnya Jadi Budak Nafsu

Swedia telah gembar-gemborkan akan lakukan upaya herd immunity sejak akhir Maret lalu.

Mereka juga mengembangkan penelitian mengenai seberapa efektif upaya tersebut dalam melawan Corona.

Sayangnya, hasil mereka masih jauh dari yang diharapkan.

Melansir CNN International dan Business Insider, hanya sebanyak 7,3% warga Stockholm yang berhasil kembangkan antibodi dalam tubuh yang diperlukan untuk melawan virus Corona.

Baca Juga: Berhasil Mudik? Jangan Senang Dulu, Sebab Anda Akan Sulit Kembali ke Jakarta, Walau Punya KTP Jakarta Sekali Pun!

Angka tersebut didapatkan pada akhir April lalu.

Gambaran tersebut yang telah dikonfirmasi oleh Otoritas Kesehatan Masyarakat Swedia, serupa dengan data negara lain yang juga kembangkan herd immunity.

Perlu diketahui untuk kembangkan herd immunity, diperlukan 70-90% dari masyarakat berhasil kembangkan antibodi dalam dirinya.

Jika 70-90% dalam populasi berhasil memiliki herd immunity maka dipercaya virus seperti virus Corona baru tidak akan berdampak serius.

Baca Juga: Terjangkit Covid-19, Aktor Ini Alami Sejumlah Komplikasi, Jamur di Paru-paru, Stroke, Koma, hingga Kakinya Harus Diamputasi, Sang Istri: Mohon Doanya!

Kepala epidemiologi Swedia Anders Tegnell mengatakan angka 7,3% tersebut "sedikit lebih rendah" dari yang diharapkan.

Namun tidak berarti lebih rendah secara signifikan, mungkin satu atau beberapa persen saja.

"Itu cocok dengan model yang kami miliki," tambahnya saat berbicara dalam konferensi pers di Stockholm.

Penelitian yang dilakukan oleh Otoritas Kesehatan Masyarakat bertujuan untuk tentukan potensi herd immunity di populasi Stockholm.

Baca Juga: Viral, Sosok Habib Umar Assegaf Ngamuk Saat Ditertibkan Petugas PSBB Surabaya, Mengapa? Simak Kronologi Sebenarnya

Mereka lakukan penelitian tersebut berdasarkan 1.118 tes yang dilakukan dalam seminggu.

Tujuannya untuk dapatkan angka tes yang sama tiap tujuh hari dalam total periode 8 minggu.

Hasil dari wilayah lain akan dirilis nanti, seperti diungkapkan oleh juru bicara Otoritas Kesehatan Masyarakat.

Penanganan Swedia terkait virus Corona memang cenderung santai daripada negara Eropa lain.

Baca Juga: Dari Akurasi hingga Daya Tembaknya yang 'Jempolan,' Inilah 5 Senapan Sniper Terbaik di Dunia, Amunisinya Bisa Tembus Beton Lho!

Mereka tetap membuka sekolah, restoran, salon dan bar.

Namun mereka meminta warga tidak lakukan perjalanan jauh, dan tekankan tanggung jawab personal.

Strategi tersebut jelas-jelas dikritik oleh ilmuwan Swedia saat digemakan pertama kali.

Para ilmuwan mengatakan usaha untuk ciptakan herd immunity memiliki daya cipta yang rendah.

Baca Juga: Ketahuan Langgar Lockdown, Wali Kota Ini Bersembunyi dalam Mati, Pakai Masker, dan Berpura-pura Jadi Mayat, Langsung Saja Dibawa Kantor Polisi

Namun pihak berwenang menampik jika mencapai herd immunity adalah tujuan mereka.

Herd immunity bisa tercapai saat 70-90% populasi kebal da imun terhadap penyakit ineksi.

Caranya bisa didapatkan entah dari awalnya mereka terinfeksi kemudian sembuh, atau melalui vaksinasi.

Saat hal tersebut terjadi, penyakit akan menyebar lebih rendah kepada orang-orang yang tidak kebal.

Baca Juga: Protes APD Kurang dan Hanya Terima Gaji Rp750.000 per Bulan, 109 Petugas Medis Mogok Kerja, Tapi Aksi Mereka Malah Berujung Pemecatan

Sebabnya inang carrier atau pembawa virus tidak banyak.

Sampai berita ini diturunkan, belum ada komunitas yang telah berhasil mencapai herd immunity.

Selanjutnya vaksin "akan menciptakan herd immunity" lebih cepat daripada infeksi, ujar Michael Mina, Asisten Profesor Epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Hal tersebut ia sampaikan dalam wawancara baru-baru ini kepada Radio Publik Internasional The World.

Baca Juga: Mampu Menutup 'Pintu Masuk' Virus Corona ke Dalam Tubuh Hingga 70%, Ganja Disodorkan untuk Tangani Covid-19, Ini Penelitiannya

Sementara itu, persentase warga dengan antibodi di Swedia tidak begitu jauh dengan negara lain yang lakukan lockdown.

Di Spanyol, 5% dari warga telah kembangkan antibodi virus Corona tertanggal 14 Mei lalu, menurut hasil studi awal epidemiologi oleh pemerintah.

Namun menurut Martin Kuba, pejabat di wilayah Jihocesky di Republik Ceko yang mempelopori tes massal acak untuk virus Corona di antara petugas pemerintah dan pekerja barisan terdepan, hasil aslinya tunjukkan jika proporsi warga yang memiliki penyakit tersebut adalah "1 persen digit" dan bukan "pecahan persen".

Michael Osterholm, direktur Center for Infectious Disease Research and Policy di University of Minnesota, mengestimasi awal bulan ini jika antara 5-15% warga Amerika telah terinfeksi.

Baca Juga: Operasi Sangat Rahasia: Indonesia Beberapa Kali Membeli Senjata dari Israel Seperti Senapan Serbu hingga Jet Tempur Meski Tak Punya Hubungan Diplomatik, Kok Bisa?

Ia katakan jika virus Corona akan menyebar dan menginfeksi setidaknya 60-70% dari populasi sebelum akhirnya melambat.

Namun ia ingatkan jika negara Amerika harus lalui jalan panjang untuk mencapai herd immunity.

Laporan ia tulis dengan epidemiologi dan sejarawan mengestimasi jika akan memakan waktu 18 sampai 24 bulan.

Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO mengatakan konsep herd immunity adalah "perhitungan berbahaya."

Baca Juga: Kemunculan Wanita Ini Buktikan Korea Utara Memang Sedang Dalam Masalah, Dennis Rodman Ungkap Petunjuk Paling Sahih Jika Negeri Sahabatnya Sedang Kacau

Saat ditanya apakah ia lebih nyaman dengan paspor imunitas berdasarkan tes dari perusahaannya, CEO dari perusahaan farmasi Swiss Roche Severin Schwan mengatakan: "aku yakin jika kita hidup di dunia penuh ambiguitas, dan kita harus membuat keputusan berdasarkan informasi tidak lengkap.

"Sehingga, kupikir itu merupakan informasi berharga, tapi jangan terlalu menggantungkan pada informasi tersebut."

Pada 24 April kepala epidemiologis Tegnell mengatakan kepada radio BBC jika otoritas yakin Stockholm memiliki "tingkat imunitas...di antara 15 dan 20% dari seluruh populasi."

Ia juga katakan strategi tersebut telah "bekerja di beberapa aspek, karena sistem kesehatan kami bisa mengatasinya.

Baca Juga: Aneh Tapi Nyata, Militer Israel Selalu Kalang Kabut Saat Diserang Roket 'Rumahan' Hamas, 'Iron Dome Missile Defense System' Saja Jadi Tak Efektif

"Selalu ada setidaknya 20% ranjang ICU yang kosong dan bisa digunakan untuk merawat pasien Covid-19."

Saat ditanya apakah pendekatan Swedia akan membantu mereka menangkal gelombang kedua penularan virus Corona, Tegnell katakan ia yakin bisa.

"Itu pasti akan berdampak pada laju reproduksi virus dan memperlambat penularannya," ujarnya.

Namun, ia tambahkan jika itu tidak akan cukup untuk mencapai herd immunity.

Baca Juga: Sengitnya 'Operation Badr:' Kisah Kemenangan Perang Atas Israel Lewat Pertempuran Brutal Satu Lawan Satu yang Diawali Tembakan Meriam dan Hantaman Peluru

Sedangkan menteri luar negeri Swedia Ann Linde dan direktur manajemen Institute for Health Economics (IHE) Swedia Peter Lindgren, mengatakan bulan llau jika mereka telah gagal mencegah kematian dalam jumlah besar di panti jompo.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, Swedia telah memiliki 32.172 kasus dan 3.871 kematian.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini