Find Us On Social Media :

Diibaratkan 'Genset' saat Pandemi, Inilah Terapi Plasma Darah 'Pemangkas' Setengah Korban Flu Spanyol yang akan Mulai Diuji Coba dalam Skala Besar di Indonesia

By Ade S, Rabu, 13 Mei 2020 | 15:25 WIB

'Genset' Bagi Penyakit-penyakit Tanpa Vaksi, Inilah Terapi Plasma Darah Penyelamat Setengah Korban Flu Spanyol yang akan Mulai Diuji Coba dalam Skala Besar di Indonesia

Namun, meski keberhasilan-keberhasilan di atas, terutama saat Flu Spanyol, telah membuat nama terapi plasma mencuat, sebenarnya keberaannya sudah muncul sejak peradaban memasuki awal abad-20.

Pada 1901, Emil von Behring berhasil mengembangkan sebuah terapi untuk mengatasi difteri, sebuah infeksi bakteri mematikan yang biasanya menyerang anak-anak.

Tetapi, tidak seperti terapi plasma pada wabah campak di AS dan flu Spanyol, Behring mengambil plasma darah diambil dari hewan.

Plasma-plasma darah dari hewan yang telah pulih dari difteri itulah yang kemudian disuntikan kepada manusia.

Hasilnya? Tentu saja keberhasilan yang membawa sebuah Hadiah Nobel pertama dalam bidang Fisiologi Kedokteran.

Namanya saat itu adalah antitoksi difteri, bukan terapi plasma darah.

Setelah itu, termasuk dalam pandemi flu spanyol, terapi plasma darah terus menerus menjadi penyelamat nyawa manusia ketika sebuah penyakit belum memiliki vaksin untuk mencegahnya.

Mulai dari virus Ebola, SARS, MERS-CoV hingga H1N1 silih berganti harus berhadapan dengan terapi plasma darah saat penyakit-penyakit tersebut menyerang manusia.

Baca Juga: Konsumsi Air Kelapa 14 Hari Berturut-turut! Rasakan 5 Manfaat Ini