Penulis
Intisari-Online.com - Hingga 29 April 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia hampir menyentuh angka 10.000, atau tepatnya 9.771 pasien.
Sementara itu ada 784 pasien meninggal dan 1.391 sembuh.
Jumlah kasus kini masih terus bertambah dari hari ke hari, namun diyakini pada bulan Juni Indonesia akan mempu menurunkan kasus Covid-19.
Sebelum itu, pemerintah meyakini puncak pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung pada bulan Mei 2020.
Keyakinan ini disampaikan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-29, Doni Monardo, Senin (27/4/2020).
Menurut Doni, Indonesia akan mampu menurunkan kasus Covid-19 pada bulan Juni, sehingga kehidupan masyarakat diharapkan akan mulai berjalan normal kembali pada bulan Juli mendatang.
Hal ini dengan catatan jika pemerintah sukses melakukan upaya pelacakan yang masif dan isolasi yang ketat pada April hingga Mei.
Sebelumnya, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan masa puncak pandemi yang dimulai pada Mei hingga Juni.
Ini setelah pihaknya menggabungkan semua pemodelan yang dilakukan oleh berbagai institusi dan peneliti. Ia mengatakan akumulasi kasus positif pada masa puncak mencapai 95.000 kasus.
Pemodelan akhir pandemi Covid-19 di Indonesia antara lain dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura atau SUTD.
Menurut mereka, Indonesia sedang berada di masa puncak pandemi sejak 19 April 2020. Pandemi di Indonesia diprediksi akan berakhir 99% pada 20 Juni 2020.
Masa puncak pandemi ditandai dengan perlambatan penyebaran penyakit atau penurunan jumlah kasus baru. Kurva penambahan kasus mulai melandai hingga mendatar (flat) dan terus menurun.
Ketua Gugus Tugas Covid-19, Doni Monardo, mengatakan kasus Covid-19 di DKI Jakarta yang merupakan episentrum penyebaran di Indonesia sudah mengalami perlambatan dan mulai flat.
Ia meyakini hal ini berkat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak 10 April lalu.
Sejauh ini penambahan kasus baru tertinggi di DKI tercatat pada 16 April dengan 223 kasus. Sejak itu trend penambahan kasus baru memang cenderung menurun.
Intervensi pemerintah dan kedisiplinan warga
Berbagai pemodelan tentang puncak dan akhir pandemi sejatinya merupakan perkiraan yang tidak serta merta akan terjadi.
Kapan dan bagaimana puncak pandemi akan terjadi sangat dipengaruhi oleh intervensi pemerintah dan kedisiplinan warga.
Semakin kuat intervensi yang dilakukan pemerintah dan semakin tinggi kedisiplinan warga dalam menjalankan protokol, maka masa puncak pandemi akan berlangsung lebih dini, lebih cepat, dan lebih rendah.
Dengan demikian, jumlah pasien pada masa puncak bisa ditekan sehingga tidak melebihi kapasitas pelayanan kesehatan. Pun masa pandemi bisa berakhir lebih cepat sehingga kehidupan masyarakat bisa segera kembali ke keadaan normal.
Pakar epidemiologi UI, Pandu Riono, mengatakan kedisiplinan masyarakat terhadap larangan mudik akan mempengaruhi puncak pandemi Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, puncak pandemi yang diprediksi pada pertengahan Mei atau minggu-minggu sebelum lebaran yang jatuh pada 24 Mei akan bergeser mundur, alias pandemi akan berlangsung lebih lama lagi, jika masyarakat tetap nekad mudik.
Sementara itu, gelombang PHK diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juni. Sejauh ini jumlah karyawan yang di-PHK atau dirumahkan akibat pandemi Covid-19 di Indonesia tercatat sekitar 1,2 juta.
Ekonomi INDEF, Andry Satrio Nugroho, mengatakan gelombang PHK yang lebih besar akan datang pada akhir kuartal II-2020 jika pandemi masih belum bisa diselesaikan.
Kesiapan pemerintah dalam menyediakan bantuan sosial terhadap warga terdampak saat puncak pandemi kini dipertanyakan. Hal ini lantaran karut marut penyaluran bansos selama ini.
Penyaluran di lapangan kerap bermasalah, mulai karena masalah perbedaan data, salah sasaran, hingga prosedur penyaluran yang berbelit-belit. (Heru Margianto)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Puncak pandemi virus corona di Indonesia akan berlangsung Mei 2020