Intisari-online.com -Sering jadi pertanyaan, jika Korea Utara begitu miskin dari mana mereka mampu menjaga stabilitas ekonomi?
Tentu bukan dari program nuklir yang mereka unggulkan, karena sejatinya program tersebut sudah dikecam oleh PBB.
Sering didengar desas-desus jika rakyat Korea Utara kelaparan dan tidak dapat hidup layak.
Bahkan dikatakan di sana hanya kota Pyongyang yang juga ibukota-lah kota yang paling maju.
Lalu, dari mana kestabilan ekonomi mereka dapatkan?
Jawabannya akan membuat Anda cukup terkejut.
Yang pasti, kestabilan itu bukan Kim Jong-Un yang memperjuangkan.
Kim Jong-Un memang penguasa utama di Korea Utara, namun bukan berarti dia yang mengendalikan segalanya.
Kenyataanya, di Korea Utara ternyata ada orang-orang yang diam-diam memiliki pengaruh besar bagi negeri Komunis tersebut.
Mereka bahkan disebut, orang-orang yang sanggup mengendalikan perekonomian Korea Utara.
Mereka adalah kaum donju, pengusaha kaya asal Korea yang disebut sebagai "Penguasa Uang" atau juga mereka adalah "Kapitalis Korea Utara"
Mereka disebut tangan tak terlihat dari pertumbuhan ekonomi Korea Utara, yang bekerja untuk keuntungan dan stabilitas.
Karena itulah, meski negara miskin yang minim sumber daya, Korea Utara tidak pernah bangkrut atau dalam situasi terpuruk.
Donju terlibat dalam beragam bisnis, mulai dari ritel hingga penyelundupan, tetapi peran utama mereka adalah peminjaman uang, berkat banyaknya modal asing yang mereka miliki.
Seorang pembelot yang melarikan diri dari Korut tahun lalu mengatakan, donju baru-baru ini mengakumulasi pengaruh sedemikian rupa.
Sehingga mereka benar-benar mengendalikan harga di pasar, terutama berkat perintah mereka atas jaringan penyelundupan besar-besaran dari Tiongkok dan melewati sanksi internasional.
Jika pasar real estat Korea Utara yang berkembang pesat merupakan indikasi negara itu beringsut ke arah kapitalisme, donju dapat dilihat sebagai pendorong utama.
Dalam cara mereka dicirikan oleh pembelot, donju tampaknya tidak terlalu jauh berbeda dengan orang kaya baru dari setiap ekonomi yang berkembang pesat.
Mereka menggunakan mobil mewah dan tinggal di tempat tinggal terbaik yang dapat dibeli dengan uang.
Pada masa lalu, orang-orang dengan harta 50.000 dollar AS (Rp706 juta) disebut donju, sekarang donju setidaknya memiliki kekayaan sebanyak 1 juta dollar AS (Rp14 miliar).
Praktik bisnis mereka adalah lintas batas dan membohongi pemerintah untuk memperkaya diri.
Mereka melakukan perdagangan lintas negara tanpa kantor resmi, donju menyediakan modal awal untuk mendirikan bisnis dan bertindak sebagai penyandang pribadi.
Pemerintah Korea Utara menutup mata akan hal ini, bahkan dalam pidato Kim Jong-Un 2015 dia memerintahkan pejabat untuk meningkatkan investasi, tanpa menanyakan dari mana mata uang asing itu berasal.
Dalam hal ini donju melakukan praktik yang sepenuhnya didukung negara dengan cara melonggarkan aktivitasnya dari cengkeraman pemerintah, bahkan bebas mengendalikan perekonomian negara.
(Afif Khoirul M)