Find Us On Social Media :

Andai Saja Hidung Cleopatra Lebih Mancung, Jalannya Sejarah Mungkin Berbeda

By Tatik Ariyani, Rabu, 15 April 2020 | 06:30 WIB

Intisari-Online.com – Kisah mengenai Cleopatra memang penuh misteri dan menarik untuk diikuti.

Mulai dari kisah cintanya, kekuasaannya, hingga kecantikannya.

Sekitar tahun 50 sebelum Masehi jajahan Republik Roma meliputi tanah-tanah yang sekarang kita kenal dengan nama Spanyol, Prancis, Swiss, Italia, Yugoslavia, Yunani serta sebagian dari daerah Balkan, Asia Kecil, dan pantai Utara Afrika.

Struktur pemerintahan lama gaya demokrasi dengan senat yang karena jumlahnya kurang cekatan itu, ternyata tidak sesuai lagi dengan situasi baru. Republik Roma tidak dapat mengendalikan kemudi negara.

Kepribadian-kepribadian kuat tampil kedepan, saling bersaingan mencoba mengambil oper pucuk pimpinan atau berusaha merubah struktur pemerintahan.

Mereka ini antara lain: tritunggal I (tahun 60) terdiri dari Caesar Pompelus dan Crassus; kemudian tritunggal II (tahun 43) : Antonius, Octavianus, dan Lepidus.

Baca Juga: Tidak Hanya Obati Pilek dan Flu, Ini Manfaat Jahe dan Madu bagi Kesehatan, Termasuk Atasi Mabuk Perjalanan

Diantara lelaki-lelaki yang memperebutkan kekuasaan dalam negara raksasa Romawi itu, tiba-tiba muncul seorang wanita yang “kecantikannya dapat membangkitkan mayat dari kubur": Cleopatra, ratu Mesir.

Kecantikan paras yang masih dapat dilihat pada tubuh yang dibalsem (mumi) 2.000 tahun yang lalu itu, menggoncangkan Caesar, kemudian Antonius. Cleopatra juga berwatak. Karena pengaruhnya “hampir” Roma dari Kaisar Agustus (alias Octavianus) mati tercekam sebelum lahir.

Berikut ini kisah Cleopatra menurut seorang ahli sejarahn Prancis, seperti dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1964.

Tahun 48 sebelum Masehi. Telah beberapa hari Julius Caesar menduduki kota Alexandria. Pada suatu malam datang seorang lelaki menghadap jenderal Roma itu, dengan memikul gulungan permadani.

Baca Juga: Kabar Buruk Bagi ASN, Eselon I dan II Tahun ini Tidak Dapat THR, Sedang Eselon III Jatahnya Sebesar ini

Sampai di hadapan Caesar permadani ia letakkan di tanah. Tali yang mengikat gulungan dipotong. Maka muncullah di depan mata Caesar wanita umur duapuluhan tahun dari permadani : molek, ramping, bermata biru, hidung mancung, kulit putih, rambut terurai,

“Saya Cleopatra", katanya sambil tersenyum.

Hari berikutnya si cantik Cleopatra sudah duduk disamping Caesar sebagai kekasihnya. Caesar, jenderal penuh disiplin dan salah satu genius terbesar dalam kemiliteran, terjerat oleh Cleopatra, Ratu  Mesir.

Caesar berada di Mesir untuk menghancurkan kekuasaan Pompeius saingannya. Setelah jatuh cinta pada Cleopatra, Caesar berhenti mengejar pengikut-pengikut Pompeius. la meninggalkan kebiasaannya hidup dikemah dibawah alam terbuka dan terik matahari untuk berpesta-pora di istana Alexandria dan merayu kekasihnya.

Baca Juga: Para Ahli Memprediksi Akan Terjadinya 'Gelombang Kedua' Virus Corona di Indonesia, Apa Maksudnya?

Beberapa bulan kemudian di bengawan Nil nampak kapal beriring-iring. Paling depan dahabigeh kerajaan: perahu sepanjang 300 meter, lebar 55 meter dan setinggi rumah duapuluh tingkat. Ini perahu Caesar dan Cleopatra.

Didalamnya terdapat banyak kamar-kamar pesta, kuil-kuil Venus dewi asmara dan Dyonisos dewa anggur. Perahu mewah ini diiringi 400 kapal lainnya dengan beribu-ribu serdadu Roma dan Mesir.

Rombongan Caesar dan kekasihnya menuju Thebe, ibukota lama dari kerajaan Mesir; kemudian ke air terjun Aswan. Dalam perjalanan yang lamanya 5 minggu itu pesta pora tak ada hentinya. Sebab Cleopatra yang pada waktu itu mengandung, ingin menghadiahkan kerajaan Mesir kepada jenderai Roma kekasihnya.

Sepulangnya dari perjalanan Cleopatra melahirkan anak laki-laki: Cesarion alias Ptolemaeus Caesar. Baru sesudah ini Caesar berangkat lagi kemedan perang Asia Kecil (Tentang peperangan inilah Caesai menulis kalimat yang terkenal itu: Veni, vidi, vid, aku datang. aku melihat, aku menang). Kemudian ke Afrika Utara lagi untuk menghancurkan sisa-sisa pengikut Pompeius.

Baca Juga: Semakin Beragam Gejala Virus Corona yang Muncul, Ahli Perancis Sebut Beberapa Masalah Kulit Ini Bisa Merupakan Gejala Infeksi Covid-19

Caesar berada di Roma. Begitu perang selesai, Caesar  merindukan kekasihnya. Cleopatra bersama Cesarion didatangkan ke Roma. Mereka ditempatkan oleh Caesar disuatu villa indah dipinggir bengawan Tiber.

Pengaruh Cleopatra menghebohkan Roma. Caesar lebih banyak tinggal disamping kekasihnya daripada disamping Calpurnia isterinya. Di mata Caesar Cleopatra adalah penjelmaan Dewi Asmara. Maka didirikannya kuil Dewi Venus Genitrix dengan patung Cleopatra tanpa pakaian.

Atas saran Cleopatra Caesar mendatangkan ahli-ahli astronomi dari Alexandria untuk mengubah sistim penanggalan lama. (Hasilnya: sistim Julius yang menjadi dasar dari penanggalan kita sekarang!).

Terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan Ratu Mesir, Caesar berlagak seperti raja. Cesarion ia jadikan raja tak bermahkota dari Mesir. Dalam ruang-sidang senat Caesar mempunyai takhta emas.

Baca Juga: Pamerkan Tas Berbahan Tulang Belakang Manusia Seharga Rp 78,5 juta, Desainer Asal Indonesia Arnold Putra Menuai Kecaman Dunia

Semangat demokrasi masyarakat Roma memberontak. Pada tanggal 15 Maret tahun 44 sebelum Masehi, Caesar pergi ke senat. Sore itu Cleopatra terisak-isak dipetamanan villanya, menangis seperti kehilangan akal.

Kekasihnya pagi itu dibunuh oleh komplotan Brutus. ("Tu quoque Brute! Engkau juga Brutus teriak Caesar ketika melihat bahwa Brutus, anak angkatnya ikut serta dalam komplotan. Kata-kata Caesar itu seperti diketahui, kemudian menjadi kata bersayap.) Tiga minggu kemudian perahu pribadi Cleopatra mengembangkan layar, menuju Alexandria.

Negara Romawi yang begitu luas kehilangan satu-satunya orang yang mampu  mengendalikannya. Siapa penggantinya? Sekali lagi Roma dilanda peperangan. Octavianus anak angkat Caesar dan Antonius bersaingan memperebutkan kekuasaan.

Waktu berlalu. Tabir panggung sejarah terbuka. Perahu mewah dengan layar merah jingga berlabuh didepan kota Tarsos, Asia Kecil. Di bagian buritan kapal ada hiasan berupa kepala gajah terbuat dari emas; itu atap pelindung pengemudi kapal.

Baca Juga : Jadi Resep Awet Muda Yuni Shara dan Mayangsari, Naytanya Minuman Ini Justru Jadi Penyebab Kanker Darah Ani Yudhoyono

Dayung-dayung berlapiskan perak menepuk permukaan air, mengikuti irama seruling, tambur dan kecapi.

Dibawah tenda bersulam emas berbaring seorang wanita yang berpakaian seperti Aphrodite, dewi Asmara. la dikerumuni dayang-dayang  dan bidadari yang mengipasi Ratu mereka dengan bulu burung onta.

Kanak-kanak lambang dewa Asmara berkeliaran disekelilingnya. Bau wewangian memenuhi ruangan.

Wanita itu Cleopatra. la sedang menunggu kedatangan Antonius, anggauta tritunggal ke-II yang antara lain diserahi daerah Mesir. Maksud Cleopatra cukup jelas. la berpakaian sebagai dewi Asmara dan Kecantikan. Bekas kekasih Caesar hendak menaklukkan jenderal baru.

Baca Juga: Atasi Batuk Pilek hingga Diabetes dengan Air Rendaman Ketumbar, Begini Cara Membuatnya!

Antonius datang, lelaki berumur 42 tahun yang bertubuh gemuk dan besar. "L'enfant colossale" atau playboy istilahnya sekarang. Pesta pora mulai. Menurut kebiasaan jamuan makan pada waktu itu para tamu berbaring.

Kasur dibuat dari kembang mawar. Selesai jamuan makan yang serba mewah, para tamu diberi hadiah. Mereka dipersilahkan membawa pulang piala  anggur, alat-alat makan yang mereka pergunakan selama jamuan, tandu yang mengantarkan pulang mereka atau kuda berikut perlengkapannya, bahkan tempat mereka berbaring.

Sungguh diluar khayalan, sebab benda-benda itu semuanya terbuat dari emas.

Untuk menjerat jendral Roma yang baru, Cleopatra menggunakan senjata yang sama: cinta dan kemewahan. Suatu contoh. Cleopatra pada akhir jamuan mengajak Antonius bertanding. Siapa dapat menghabiskan dalam satu jamuan makan uang sebanjak ratusan juta rupiah (nilai saat ini).

Baca Juga : Hanya Menjual Nasi Bungkus Rp2 Ribuan, Warung Ini Menghasilkan Rp2,8 Juta Sehari

Antonius menerima tantangan ini. Keesokan harinya "perlombaan" mulai. Ketika- tiba gilirannya Cleopatra minta sebuah piala berisikan cuka. Kemudian ia mengambil mutiara besar yang menghiasi telinganya.

Mutiara masuk kedalam cuka, luluh. Cuka diminum Cleopatra. Harga minuman itu tak dapat diimbangi oleh Antonius.

Antonius bertekuk lutut dimuka si cantik dari Mesir. Ia segera mengikuti kekasihnya ke Alexandria. Seperti Caesar, Antonius dicekoki dengan kekayaan tak terhingga dari kerajaan Mesir. Senua kekayaan itu dapat ia gunakan untuk menghancurkan semua lawan-lawan dan saingannya di Roma.

Seperti Caesar, Antonius mendapatkan anak dari Cleopatra: Alexander Helios (Alexander Matahari) dan Cleopatra Selene (Cleopatra Bulan).

Baca Juga : Ketika Kereta Lapis Baja Kim Jong Un Sampai di Rusia, Inilah Hal Unik yang Dilakukan Para Pengawal

Seperti Caesar, Antonius terjerat pengaruh Cleopatra. Ia menanggalkan toga, pakaian nasionalnya, suatu perbuatan sangat mencemarkan di mata bangsa Roma. Antonius berpakaian seperti raja-raja Mesir dengan kebiasaan-kebiasaan Mesir.

Tritunggal Antonius, Octavianus, Lepidus bubar. Pengikut-pengikut Antonius memberontak kepada Octavianus. Antonius terpaksa melepaskan pelukan kekasihnya. Perang saudara melanda negara Romawi.

Tapi segera tercapai perdamaian. Hubungan Antonius dengan Octavianus malahan diperkokoh dengan perkawinan Antonius dengan Octavia, adik perempuan Octavianus.

Kemarahan putri Mesir makin bertambah, ketika ia mendengar bahwa Octavia memberikan keturunan kepada Antonius: Antonia yang kemudian menjadi nenek Nero.

Baca Juga : Sembuhkan Batuk dengan Minum Ramuan Madu dan Bawang Merah Setiap 2 Jam

Tapi Cleopatra bukan Cleopatra kalau mau menyerah begitu saja. Ia mengirimkan ahli-ahli  nujum ke Roma untuk mempengaruhi bekas kekasihnya. Usahanya berhasil. Si "playboy" Antonius merasa bosan disamping Octavia yang sehari-hari kesukaannya hanya  motongi pakaian indah saja. Tahun 37 Antonius menolak Octavia dan minta berdamai dengan Cleopatra.

Cleopatra jual mahal. Jika Antonius ingin berdamai, ia harus mengabulkan semua permintaannya. Antonius harus memberikan kedaulatan sepenuhnya kepada Cleopatra. Bukannya Helios anak Antonius, tapi Cesarion, putera Julius Caesar yang akan menduduki tahta kerajaan Mesir.

Antonius hanya akan berkedudukan sebagai autocrator, semacam gubernur jendral dibawah raja Mesir. Tuntutan Ratu Mesir kepada  Antonius sungguh membahayakan negara Romawi. Tapi Antonius tunduk. Untuk menguatkan perujukan Antonius meresmikan lagi perkawinannya dengan Cleopatra menurut adat kebiasaan Mesir.

Untuk kedua kalinya romans Antonius – Cleopatra mulai lagi, romans yang terdiri dari rentetan cumbu-raju, pestapora dan kekalahan perang.

Baca Juga : Elizabeth Bathory, Bangsawan Kejam yang Bunuh 612 Perawan dan Gunakan Darah Korban untuk Mandi Tanpa Rasa Bersalah

Permusuhan Antonius dan Octavianus meruncing. Kedua jendral itu berhadapan, lengkap dengan pengikut-pengikutnya. Antonius dibantu oleh raja-raja Ephesos berikut tentara mereka dari 19 legiun Roma (satu legiun terdiri dari 4500 tentara).

Pada saat itu Octavianus mungkin mau diajak berdamai.  Tapi Clebpatra tidak menghendaki; ia masih ingat kepada hubungan kekasihnya dengan adik perempuan Octavianus.

Antonius dipaksanya berperang. Antonius dan Cleopatra berada di Athene.  Seluruh isi istana Mesir mengikutinya, diiringi 100 ribu orang serdadu.

Armada Octavianus dan armada Antonius bertemu. Kekasih Cleopatra diblokade, terjepit di teluk Ambracis, Cleopatra menyarankan supaya Antonius menembus blokade itu dengan 300 perahu agar dapat berperang ditengah lautan.

Baca Juga : Padahal Dulu Jadi Pakan Ayam dan Babi, Sekarang Makanan Berlendir Ini Harganya Rp17 Juta per Kilo

Pertempuran berlangsung hanya sekejap mata. Kapal Antonius dikepung oleh perahu-perahu Rum. Sebentar kemudian terbakar. Cleopatra menjauh dengan perahunya. Melihat Cleopatra pergi, seketika itu juga Antonius meninggalkan medan pertempuran, lari mengikuti kekasihnya.

Antonius duduk termenung diburitan memandang asap kapal-kapalnya yang terbakar. Nasib pengikut-pengikutnya yang bersedia mempertaruhkan jiwa baginya, tak ia hiraukan. Pasangan Antonius Cleopatra hilang dari perhatian sejarah.

Cleopatra berusaha mengumpulkan armada baru. Tapi Octavianus sudah tak tertahankan. Ia makin mendekat. Akhir percintaan Antonius Cleopatra cepat sekali. Cleopatra menjauhkan diri dari Antonius dan menutup dirinya dalam menara marmer, bakal makamnja.

Antonius berteriak-teriak, "Cleopatra, saya susah tidak karena harus berpisah darimu, sebab sebantar lagi saya toh akan bersatu kembali denganmu. Aku susah karena aku seorang jendral besar, kalah ulet dengan engkau seorang wanita.”

Baca Juga : Kisah Zenobia, Ratu Cantik yang Diarak sebagai Tontonan karena Kalah Perang

Karena pelayan menolak membunuhnya, Antonius terpaksa bunuh diri. Ia tidak mati, hanya luka.

Pada  saat itu ia mendengar bahwa Cleopatra belum bunuh diri. la minta dibawa ke menara marmer dimana Cleopatra menutup diri.

Dengan seutas tali Antonius ditarik ke atas  oleh Cleopatra. Permintaannya terakhir terkabul: mati dalam pelukan kekasihnya.

Rupa-rupanya Cleopatra belum mau menyerah. la masih mempunyai harapan dapat menerkam jendral baru dari Roma yang mengalahkan Antonius. Octavianus bertemu dengan Cleopatra. Sebentar saja Cleopatra telah tahu, bahwa ia tak dapat menawan jendral muda ini dengan pesta pora daa rayuan asmara.

Baca Juga : Sering Curhat Tentang Diri Sendiri ke Teman? Ternyata Itu Tanda Bahwa Anda 'Caper'

la tahu, riwayat Mesir telah tamat dan dia sendiri dalam triumphus (pawai kemenangan) akan diseret sepanjang jalan kotae Roma mengikuti Octavianus »nak angkat Caesar, bekas kekasihnya.

Cleopatra pergi kemakam Antonius, menangis sambil memeluk makamnya. Kemudian ia kembali ke kamarnya, minta bakul berisi ular berbisa. Ketika Octavianus masuk ke dalam kamarnya, Cleopatra telah menggeletak tak bernyawa, kepala dengan mahkota bertingkat, badan penuh perhiasan.

“Seandainya Cleopatra hidungnya lebih mancung sedikit saja jalan sejarah ini tentu berlainan sama sekali,” kata Pascal yang mengira bahwa si cantik dari Mesir itu agak pesek dan karenanya tak dapat memikat Octavianus masuk ke dalam perangkapnya. (Historia Desember 1963)