Find Us On Social Media :

Intelijen AS Sebut Penyebaran Virus Corona di China, Korut dan Rusia Sulit Dipetakan

By Tatik Ariyani, Selasa, 31 Maret 2020 | 08:00 WIB

(Ilustrasi) Virus corona

Intisari-Online.com - Agen mata-mata AS berhasil menemukan celah serius dalam kemampuan mereka untuk menilai situasi berkenaan dengan kasus virus corona di China, Rusia dan Korea Utara.

Hal itu ditemukan saat mereka berusaha untuk mengumpulkan gambaran yang tepat dari penyebaran wabah virus corona dunia.

Hal ini diungkapkan oleh lima sumber pemerintah AS yang akrab dengan pelaporan intelijen kepada Reuters.

Badan-badan itu juga memiliki wawasan terbatas mengenai dampak penuh pandemi di Iran, meskipun informasi tentang infeksi dan kematian di antara kelas yang berkuasa dan publik menjadi lebih tersedia di media resmi dan sosial, kata dua sumber.

Baca Juga: Data Terbaru per 30 Maret 1.414 Kasus Positif Covid-19 di 31 Provinsi, Persentase Kematian 8,63 Persen

Agen mata-mata AS menyebut keempat negara tersebut sebagai "target keras" karena kontrol berat negara atas informasi.

Bahkan informasi ini sangat sulit didapat saat situasi dalam kondisi normal.

Padahal, menurut sumber Reuters, penilaian akurat atas wabah negara-negara tersebut akan membantu AS dan upaya internasional untuk membatasi korban manusia dan ekonomi dari COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Badan-badan tersebut tidak hanya mencari angka yang akurat, tetapi juga untuk tanda-tanda konsekuensi politik mengenai bagaimana krisis sedang ditangani.

Baca Juga: Diserang Virus Corona, Begini Kerja Sistem Imum demi Melindungi Tubuh Kita dari Penyakit yang Menyerang Tersebut

"Kami ingin memiliki pemahaman yang akurat dan real-time tentang di mana hotspot global berada dan di mana mereka berkembang," kata Jeremy Konyndyk, seorang ahli di thinktank Pusat Pengembangan Global, yang memimpin Kantor Bantuan Bencana Luar Negeri AS sejak 2013 hingga 2017, termasuk respons AS terhadap wabah Ebola.

"Dunia tidak akan menyingkirkan benda ini sampai kita menyingkirkannya di mana-mana," tambahnya.

Badan-badan intelijen AS pertama kali melaporkan tentang virus corona pada bulan Januari dan memberikan peringatan dini kepada anggota parlemen tentang wabah di China, tempat di mana virus ini berasal dari kota Wuhan akhir tahun lalu.

Baca Juga: 'Ini Bukan Virus Biasa', Pesan dari Mereka yang Sembuh dari Covid-19

Sumber-sumber Reuters, meminta namanya tidak disebutkan karena tidak boleh berbicara secara bebas tentang hal-hal intelijen.

Data Reuters menunjukkan, pandemi telah berkembang menjadi hampir 740.000 kasus di sekitar 200 negara dan wilayah, di mana Amerika Serikat sekarang melaporkan kasus terbanyak di lebih dari 152.000.

Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang mengawasi 17 badan intelijen AS, menolak berkomentar mengenai hal ini.

Bukan satu kasus

Hingga kini, Korea Utara mengklaim tidak memiliki satu kasus pun terkait virus corona, meski negaranya berbatasan dengan China.

Akan tetapi, mereka telah meminta kepada lembaga bantuan internasional alat-alat kesehatan seperti masker dan alat uji.

Baca Juga: Karena Agama dan Takut Menyangkal Tuhan, Keluarga Ini Sembunyikan Penemuan yang Bisa Menguak Fakta Sejarah Selama 170 Tahun

Satu sumber AS mengatakan, "Kami tidak tahu tentang skala masalah di negara ini. Negara bersenjata nuklir dapat mengganggu stabilitas pemerintahan akan sangat menarik bagi Amerika Serikat," kata Konyndyk, yang juga memimpin respons AS terhadap krisis kemanusiaan di Suriah.

Sementara itu, pihak berwenang Rusia sedang mempertimbangkan penutupan secara nasional setelah mencatat kenaikan harian terbesar dalam kasus virus corona untuk hari keenam berturut-turut, dengan total 1.836 kasus dan sembilan kematian.

Mengetahui sepenuhnya penyebaran virus corona di Rusia bisa menjadi sangat penting karena negara ini berbatasan dengan 14 negara lain dan merupakan pusat perdagangan dan perjalanan.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada pekan lalu menyinggung tentang kelangkaan informasi akurat tentang Rusia dan Iran.

Dia bahkan menuduh China melakukan kampanye disinformasi, yang kemudian dibantah Beijing.

China, yang telah melaporkan lebih dari 81.000 kasus dan lebih dari 3.300 kematian, mengatakan tidak ada kasus baru yang berasal dari domestik.

Baca Juga: Kisah Pilu Jenazah PDP Corona di Sulawesi, Hendak Dimakamkan Warga Menolak dan Mengusir Ambulans yang Mengangkutnya Sampai di Bawa Kembali ke RS, Begini Nasibnya Sekarang

Namun, China tetap waspada terhadap wisatawan yang kembali dari luar negeri.

"Pandangan AS terhadap klaim Tiongkok tentang tidak ada kasus domestik baru adalah bahwa beberapa di antaranya mungkin benar," menurut satu sumber. Namun, lanjutnya, badan intelijen AS tetap skeptis bahwa China berhasil menahan virus di bawah kendali.

Konyndyk mengatakan, sementara Beijing menyembunyikan keparahan dari wabah awal, tampaknya data yang sekarang tidak akurat.

"Tiongkok tampaknya menjadi negara paling sukses dalam hal mengambil pertumbuhan berskala sangat besar dan memadamkannya dengan cepat. Jika jumlah kasus mereka nyata, sangat penting untuk memahami pendekatan mereka dan menyesuaikannya," papar Konyndyk kepada Reuters.

Artikel ini pernah tayang di Kontan.id dengan judul ""Mata-mata AS: Penyebaran virus corona di China, Korut, dan Rusia sulit dipetakan