Find Us On Social Media :

Munculnya Kembali Hantavirus di China Bikin Geger di Tengah Pandemi Covid-19, Ternyata di Indonesia Juga Ada Penyakit Leptospirosis yang Disebabkan Tikus, Ini Beda Keduanya

By Khaerunisa, Kamis, 26 Maret 2020 | 16:50 WIB

Ilustrasi tikus

Intisari-Online.com - Belum selesai virus corona diatasi, baru-baru ini China kembali menggegerkan dunia internasional dengan munculnya kembali virus lama di negara tersebut, yaitu hantavirus.

Seorang pria dikabarkan tewas karena virus tersebut.

Tentu hal itu menjadi sorotan, pasalnya virus corona yang kini tengah menggemparkan dunia juga bermula dari China pada akhir 2019 lalu.

Dilansir dari Twitter resmi Global Times, seorang pria meninggal dalam bus saat perjalanan pulang kerja akibat Hantavirus.

Baca Juga: Tak Pernah Berhenti Bikin Onar, ISIS Minta Tuhan Agar Siksaan Virus Corona Ditambah

Melansir laman Centers for Disease Control and Prevention, Hantavirus atau Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) adalah keluarga virus yang menyebar melalui kotoran atau gigitan tikus dan rodensia (hewan pengerat) yang dapat menyebabkan beragam sindrom penyakit pada orang di seluruh dunia.

Tikus menumpahkan virus dalam urine, kotoran, dan air liur mereka.

Melihat hal ini, lantas adakah perbedaan Hantavirus dengan leptospirosis?

Seperti diketahui, penyakit leptospirosis kerap kali menyerang Tanah Air di tengah bencana banjir.

Baca Juga: Ditangkap! Salah Seorang Pencuri 360 Boks Masker di Cianjur Ternyata PNS di RSUD, Masker Dijual Setengah Harga Saat Ini

Sama halnya dengan Hantavirus, leptospirosis juga bermula dari gigitan tikus.

Menurut penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga di tahun 2017 menjelaskan perbedaan Hantavirus dengan leptispirosis.

Penyebab leptospirosis adalah bakteri dari genus Leptospira sp yang mencakup 9 spesies patogen (Leptospira interrogans, L. kirschneri, L. kmetyi, L. borgpetersenii, L. santarosai, L. noguchii, L. weilii, L. alexanderi, dan L. alstoni) dan 5 spesies antara (L. inadai, L. broomii, L. fainei, L. wolffii, dan L. licerasiae).

Baca Juga: Percaya Khasiat Alkohol, 30 Orang di Turki Meninggal Setelah Meminum Alkohol Murni Untuk Melindungi Diri Mereka dari Covid-19: Ini Jadi Masalah Umum Baru

Transmisi infeksi Leptospira ke manusia dapat melalui berbagai cara, yang tersering adalah melalui kontak dengan air atau tanah yang tercemar bakteri Leptospira sp.

Selain melalui kulit atau mukosa, infeksi Leptospira bisa juga masuk melalui konjungtiva (mata merah).

Sementara, infeksi hantavirus disebabkan oleh virus dari genus Hantavirus anggota famili Bunyaviridae.

Baca Juga: Orang yang Mengalaminya Berpotensi Jadi 'Agen Rahasia' Penyebar Covid-19, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui Soal Infeksi Virus Corona Tanpa Gejala

Hantavirus merupakan virus RNA, berbentuk bulat, mempunyai kapsul dan terdiri dari tiga segmen yaitu segmen S, M, dan L.

Segmen S (1,7-2,0 kb) mengkode protein nukleokapsid (N), segmen M (3.6 kb) mengkode protein prekusor glikoprotein dari dua glioprotein virus (G1 dan G2) dan segmen L (6,5 kb) mengkode enzim RNA polymerase.

Berbeda dengan genus lain dari Famili Bunyaviridae, Hantavirus tidak ditularkan oleh arthropoda tetapi oleh hewan pengerat terutama dari famili Cricetidae (hamster) dan Muridae (tikus), meskipun insektivora dan kelelawar juga telah dilaporkan.

Baca Juga: Viral Video Pemakaman Diduga Korban Corona, Tapi Petugas Pemakaman Tak Pakai Atribut Standar, Ini Tata Cara Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Menurut Kemenkes dan Kemenag RI

Adapun perbedaan leptospirosis dan Hantavirus yaitu:

- Bakteri Leptospira sp penyebab leptospirosis masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau luka dan mukosa, disebutkan bahwa penularan leptospirosis dapat melalui kontak dengan kulit sehat (intak) terutama bila kontak lama dengan air.

- Hantavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan air liur, urine atau feses hewan reservoir (pembawa virus).

Infeksi hantavirus memperlihatkan dua macam manifestasi penyakit yaitu demam berdarah dengan sindrom renal (Haemorrhagic Fever With Renal Syndrome HFRS) dan hantavirus dengan sindrom pernapasan (Hantavirus Pulmonary Syndrome HPS).

Baca Juga: Pandemi Virus Corona Mengepung, Kerusuhan Pun Meletus di Penjara-penjara Ini: Para Tahanan Melawan, Membakar, dan Melarikan Diri Lewat Atap Penjara

 

Kasus HFRS banyak ditemukan di Asia sedangkan HPS ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Tikus got R. norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang menimbulkan ancaman kesehatan bagi manusia.

Tikus got R. norvegicus diketahui sebagai penampung (reservoir) virus, bakteri, riketsia, dan cacing penyebab zoonosis termasuk leptospirosis dan Hantavirus.

Baca Juga: Viral Keluarga Bawa Pulang Jenazah PDP Corona dengan Mobil Pribadi, Ternyata Dokter Sudah Membungkus Plastik Tapi Keluarga Membuka Paksa Ingin Melihat Jenazah

Namun, tikus got R. norvegicus bukan spesies asli Indonesia, tikus ini masuk ke Indonesia dan menyebar ke seluruh dunia melalui jalur perdagangan.

Meski tergolong jarang ditemukan di Indonesia, namun Hantavirus tercatat pernah muncul sejak tahun 2002 di Maumere, NTT; Kota Serang, Banten pada tahun 2009; dan di Kepulauan Seribu pada tahun 2013.

Melihat kasus Hantavirus yang kini menjadi trending topic, masyarakat Indonesia berharap agar infeksi virus ini tak menyebar luas ke berbagai negara seperti virus corona (Covid-19). (*)

Baca Juga: 'Kami Berasa Seperti Negara Dunia Ketiga, Kami Tidak Siap', Pengakuan Dokter Amerika yang Ceritakan Betapa Keteterannya Negara Adidaya Tersebut Hadapi Corona dan Terancam Seperti Italia

Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul Sama-sama Disebabkan Oleh Tikus, Ini Perbedaan Hantavirus dengan Leptospirosis, Pernah Muncul di Indonesia sejak Tahun 2002